Wisma di Kaliurang Ini Dulu Pernah Jadi Tempat Menginap Presiden Soekarno, Begini Keunikannya
Bentuk bangunannya belum banyak berubah sejak awal didirikan.
wisata indonesiaWisma di Kaliurang Ini Dulu Pernah Jadi Tempat Menginap Presiden Soekarno, Begini Keunikannya
Bentuk bangunannya belum banyak berubah sejak awal didirikan.
Sebagai kawasan wisata, di Kaliurang banyak sekali penginapan bagi wisatawan. Beberapa di antaranya merupakan penginapan yang memiliki nilai sejarah.
Salah satu penginapan bersejarah di Kaliurang adalah Wisma Merapi Indah I. secara administratif, penginapan itu berada di Padukuhan Kaliurang Barat, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Sleman.
- Presiden Singgung Jalan Solo-Purwodadi Rusak, Hasto: Bagus Jokowi Bantu Kepemimpinan Ganjar
- Mengunjungi Pesanggrahan Kotanopan Mandailing, Saksi Bisu Presiden Soekarno Persatukan Rakyat Sumatra
- Jokowi Rencanakan Berkantor di IKN: Saya Tunggu Bandara dan Tol Jadi
- Potret Kaum Buruh di Tuban Sambut Presiden Soekarno 72 Tahun Silam, Aspirasinya Progresif Banget
- Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Laut Selatan Banten Malam Ini
- VIDEO: Teriakan Dede Yusuf Getarkan DPR, Bela Mahasiswa Kritisi Biaya UKT Makin Mahal
Bangunan ini merupakan perpaduan arsitektur lokal dengan pengaruh indis sehingga sering dinamakan jengki.
Pada tahun 1948, bangunan ini pernah digunakan menginap Presiden Soekarno saat terjadi Konferensi Tiga Negara (KTN).
Pada tahun 1946, wisma ini dibeli oleh Alm. H. Digdo Sudarmo (NV Baker) dan diwariskan pada anaknya.
Bangunan wisma itu terdiri dari bangunan induk, bangunan pelengkap, dan pagar. Bangunan induk terdiri dari ruang tamu, tiga buah kamar tidur, dapur, gudang, dan kamar mandi.
Bangunan induk memiliki atap berbentuk tajuk pokok berbentuk pyramid dengan penutup genteng dan terdapat hiasan kuncup dari semen di bagian atasnya.
Bangunan induk berdiri di atas fondasi berbentuk persegi yang terbuat dari susunan batu andesit yang direkatkan dengan semen. Dinding rumahnya juga dibuat dari susunan batu andesit yang diberi perekat semen.
Batu-batu andesit itu diberi cat berwarna hitam dan perekat semennya berwarna putih.
Separuh dinding rumah sebelah selatan dan dinding rumah sebelah timur terbuat dari kayu dengan panel-panel dari kaca bening yang dilengkapi tiga pintu geser.
Sedangkan bangunan pelengkap villa terdiri dari empat kamar tidur, garasi, gudang, dan dua buah kamar mandi. Atap bangunan pelengkap memiliki atap tajuk pokok berbentuk pyramid.
Ciri khas arsitektur kolonial pada bangunan itu tercermin pada penggunaan jendela panil kaca yang banyak dengan geometri yang sangat kuat. Sedangkan ciri arsitektur Jawa terlihat pada penggunaan apat tajug pokok.
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, karakteristik artistektur khas lereng Merapi terlihat pada penggunaan batu vulkanik pada keseluruhan dinding luar bangunan.
Penggunaan batu vulkanik ini sangat ekspresif karena penggunaan warna cat putih sebagai perekat di sela antar batu sehingga tampil sangat mencolok.
Dari dulu sampai sekarang, fasad bangunan dan lingkungan belum mengalami perubahan atau masih asli.
Sementara bagian ruang tamunya juga belum banyak berubah, hanya penambahan bahan sebagai pelapis dengan menggunakan triplek.
Secara fungsional bangunan itu juga belum mengalami perubahan. Sejak awal didirikan sampai sekarang bangunan itu memang selalu berfungsi sebagai villa atau penginapan.