Alasan Udinus minta Wahyu mengundurkan diri karena tulis blog
Merdeka.com - Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Kota Semarang, Jawa Tengah Nur Edi Sasongko membantah memaksa salah satu mahasiswanya Nur Wahyu Dwi Prananta untuk mengundurkan diri dari kampus akibat menulis blog yang menjelekkan kampus.
"Itu tidak betul. Tidak ada yang dipecat. Secara prinsip Mas Wahyu mengundurkan diri. Memecat dan mengundurkan diri berbeda. Udinus sangat menyesal. Mas Wahyu itu pintar. IP-nya 3,6. Sampai dia kita angkat untuk jadi asisten dosen. Mas Wahyu juga menjabat MPM. Dapat beasiswa dari Udinus. Dapat beasiswa dari BRI. Untuk program screening ITB dia gagal. Apa yang didapat mas Wahyu dari Udinus impian mahasiswa lain. Pinter dapat beasiswa, jadi asisten pengajar. Itu impian mahasiswa semua," ungkap Nur Edi Sasongko di Ruang Pertemuan Rektorat Udinus Jl.Imam Bonjol Kota Semarang, Jawa Tengah Rabu( 25/9).
Sasongko menyesalkan langkah Wahyu yang selalu berupaya menjelek-jelekan melalui tulisannya. Bahkan, Wahyu dinilainya sudah menuduh kampus yang dipimpinnya berbohong kepada mahasiswa.
"Kalau ketemu dengan mas Wahyu juga baik. Satu hal yang kita tidak tahu kenapa mas Wahyu nulis jelek-jelek tentang Udinus. Dia bandingkan dengan universitas swasta di Yogya. Nulis lagi Udinus kejam, karena menerapkan absen 75 persen. Tulisan mengalir terus. Secara prinsip Mas Wahyu sudah dipanggil sana-sini. Saya tidak anti kritik. Saya menerima kritikan tapi kalau kamu ngelek-elek sekolahan apa nggak kasihan 11 ribu mahasiswa sini. Nanti susah cari kerjaan mahasiswanya," ungkapnya.
Sasongko menceritakan, puncak kejengkelan kampus terjadi disaat acara inagurasi Wahyu diminta membacakan puisi. Di situlah Wahyu malah melakukan kritikan yang dinilai kampus sudah tidak proporsional.
"Puncak acara inaugurasi, Wahyu minta izin baca puisi di panggung di depan mahasiswa baru sekian banyak. Ternyata tidak baca puisi tapi menjelek-jelekkan Udinus lagi," ungkapnya.
Sasongko menyayangkan hal itu kenapa terjadi. Kampus kemudian pada tanggal 10 September 2013 memanggil Wahyu beserta orangtuanya. Saat pertemuan itulah Sasongko meminta supaya Wahyu lebih baik mengundurkan diri saja.
"Satu sisi dia lihat anak muda, pinter. Masa depannya panjang harus sana-sini. Kemudian dengan orangtuanya kita panggil. Justru kasihan kalau dia ada Udinus. Tetapi kok ngelek-elek wae. Padahal kita sudah berusaha berikan terbaik. Kita berikan tawaran daripada kamu sekolah tidak nyaman hanya isine elek-elek tok. Piye kita pisah secara baik-baik pengen kuliah ke mana kita usahakan. Uang kuliah yang sudah dibayar kita kembalikan," tuturnya.
Kemudian dua hari berikutnya pada tanggal 12 September 2013, uang kuliah Wahyu sebesar Rp 26,7 juta dikembalikan oleh pihak kampus.
"Uang Rp.26 juta, bukti jadi asisten pengajar kita kembalikan. Dua hari lalu dari pihak Udinus Pak Agus, Usman, dan Pak Rendra silaturahmi sama ibunya sambutannya baik. Ibunya cerita Wahyu sudah kuliah di Kudus minta doa restu agar baik," jelasnya.
Sasongko juga menjelaskan di kampus Udinus juga telah disediakan ruang untuk mahasiswa menyampaikan saran, kirtik dan aspirasi. Namun, kenyataanya Wahyu tidak menggunakan wadah dan saran itu sebagaimana fungsinya.
"Satu tahun dialog akademik, kumpul dengan rektor ngomong apa. Udinus punya jaringan elektronik, ada service sms. Kalau ada apa-apa bisa ketemu langsung berbagai macam saluran bisa kita bicarakan. Apa yang kami lakukan? Ibunya merasa tidak ada apa-apa. Malah di Kudus minta didoakan supaya dapat ilmu manfaat," jelasnya.
Menanggapi soal informasi yang menyatakan bahwa pihak kampus memaksa Wahyu untuk keluar, Sasongko lagi-lagi membantahnya. Bahkan, Sasongko menjelaskan keredaksian saat meminta Wahyu untuk mengundurkan diri sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika yang dikenal dengan kampus biru.
"Kalimatnya tidak begitu. Kalimatnya Wahyu terpaksa apapun, Udinus punya tata tertib dan diluar Udinus ada UU IT. Kita nggak usah ribut, nggak usaha kemana-mana. Dah lah gini aja, kamu mengundurkan diri. Biar semua serba nyaman," pungkasnya.
Sebelumnya, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) melakukan aksi unjuk rasa di Kawasan Bundaran Air Mancur Jl Pahlawan Kota Semarang. Aksi itu digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap Wahyu Dwi Pranata mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Kota Semarang, Jawa Tengah.
Wahyu, mahasiswa yang aktif menulis di blog, dipaksa oleh pihak rektorat kampus yang ada di Jl. Nakula Kota Semarang untuk keluar dari kampus karena mengkritik kebijakan kampus yang dinilainya merugikan mahasiswa.
Berbagai permasalahan yang ada di kampus, dituangkan Wahyu dalam tulisan di blog. Hal ini membuat pihak rektorat memberikan teguran.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jaksa menilai terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana dengan sengaja dan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain.
Baca SelengkapnyaAturan mengenai batas usia Capres-Cawapres digugat ke MK pda Senin (21/7).
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kedua terdakwa dinilai telah melakukan perbuatan tak berperikemanusiaan. Sehingga tak ada yang meringankan.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah cewek yang wisuda sendirian tanpa kehadiran orang tuanya.
Baca SelengkapnyaAksi dosen datang ke wisuda mahasiswa yang orang tuanya tak bisa hadir ini viral, tuai pujian.
Baca SelengkapnyaRasa kesepian bisa kita alami secara tiba-tiba, penting untuk mengenalinya secara tepat walau kadang kondisi ini tidak disadari.
Baca SelengkapnyaMenemui lika-liku kehidupan usai lulus SMA, kini Kelvin Adianto menjadi Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaIstrinya meninggal 3 minggu sebelum dikukuhkan, ini momen haru pengukuhan guru besar pasangan suami istri di UMM.
Baca Selengkapnya