Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menengok makam pahlawan tentara Jerman di kaki gunung Pangrango

Menengok makam pahlawan tentara Jerman di kaki gunung Pangrango Makam tentara Nazi. ©2013 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman

Merdeka.com - Angin bertiup lembut menyelusup pepohonan di kaki Gunung Pangrango. Melagukan nyanyian sunyi untuk para tentara Jerman yang beristirahat selamanya di sana. Mereka datang dari jauh, bertempur di dua samudera, dan gugur ribuan kilometer dari kampung halaman.

Barisan makam bernisan putih berderet rapi. Nisan mereka membentuk Eisernes Kreuz atau salib besi, lambang bala tentara Jerman. Ada 10 makam di sana. Di baris pertama, dua nisan bertuliskan unbekannt atau tak dikenal. Sementara sisanya berjejer rapi di baris belakang.

Kawasan seluas 1.000 meter di tengah Perkebunan Cikopo, Mega Mendung, Bogor itu kini dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan Tentara Jerman. Dulunya merupakan perkebunan teh seluas 900 hektar milik Emil dan Theodor Hellferich, dua orang Jerman.

Lokasi perkebunan Cikopo tak jauh dari pintu tol Ciawi. Jalan terus menanjak menuju area pemakaman. Tapi kini tak ada satu pun pohon teh yang tersisa di sana. Perkebunan teh tinggal cerita. Kini Perkebunan Cikopo sudah jadi vila milik orang-orang kaya dari Jakarta.

Tahun 1914, Hellferich bersaudara mendirikan monumen untuk memperingati kematian Admiral Graf Spee yang tenggelam oleh tentara Inggris dalam pertempuran di Asia Tenggara. Sekaligus penghormatan terhadap armada Jerman. Sebagai penghargaan pada budaya lokal, mereka juga membangun patung Buddha dan patung Ganesha di kedua sisi monumen tersebut.

Salah satunya jenazah Letnan Satu Laut Friedrich Steinfeld, kapten kapal selam U-195 dari 16 April 1944 hingga 8 Mei 1945. Steinfeld gugur pada 30 November 1945 dan dimakamkan di perkebunan Cikopo, Bogor.

Penugasan kapal selam U-195 di Indonesia lebih sebagai kapal kargo. Torpedo andalan kapal selam ini dikeluarkan sehingga bisa memuat karet dan bahan baku industri lainnya. Sebuah tugas yang sebenarnya sangat memalukan bagi kapten kapal selam dan seluruh krunya.

Ada juga malam Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens yang terbunuh di Bogor oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, 12 Oktober 1945. Lalu makam Letnan Laut W Martens yang terbunuh dalam kereta api dari Jakarta ke Bogor.

"Saya ingat banyak tentara Angkatan laut Jerman, seragamnya warna coklat khaki tapi lebih muda. Mereka dimakamkan dengan upacara militer. Warga menonton upacara itu" ujar Munir, seorang warga Cikopo menggambarkan kejadian puluhan tahun silam.

Munir lahir di perkebunan teh Cikopo tahun 1938. Ayahnya buruh perkebunan teh, sementara ibunya menjadi pembantu di rumah pejabat perkebunan. Dia banyak berkisah soal cerita lampau di sini.

"Dulu ada gedung kantor Jerman dekat makam ini. Satunya lagi di atas bukit. Tapi sekarang sudah tak ada," katanya.

Di pemakaman ini juga beristirahat Kopral Satu Willi Petschow. Meninggal karena sakit di Cikopo. Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal 23 Agustus 1945 karena kecelakaan.

Di pojok paling kiri, makam Letnan Satu Dr Ir H. Haake, meninggal saat kapal selamnya terkena ranjau di Selat Sunda 30 November 1944. Lalu ada Eduard Onnen, tukang kayu kapal yang meninggal 15 April 1945.

Areal pemakaman bersih dan tertata rapi, sama sekali tak ada sampah. Pemerintah Jerman memang merawat makam para pahlawannya. Ada seorang kuncen yang ditunjuk mengurusi makam-makam itu. Nyai (52), namanya. Tinggal persis di samping komplek pemakaman Jerman.

"Dulu ayah saya yang merawat, sekarang saya. Tugas saya membersihkan makam dan merawatnya," kata nyai kepada merdeka.com.

Gaji Nyai dirapel sekaligus untuk enam bulan. Jumlahnya tak terlalu besar, tapi dia mengaku tak masalah. Baginya merupakan kebanggaan merawat makam para pahlawan itu.

Setiap hari Minggu bulan ketiga November, Pemerintah Jerman selalu menggelar upacara kemiliteran di komplek makam itu. Namun tahun ini tak ada upacara. Penyebabnya Dubes Jerman untuk Indonesia sibuk memberi bantuan bagi Filipina yang diterjang topan.

"Saya sih sudah siap. Makam sudah dicat dan dirapikan. Tapi katanya tak ada upacara tahun ini, mungkin tahun depan," kata Nyai.

Maka tak ada terompet, lagu sendu dan iringan doa bagi para pahlawan Jerman yang dikubur ribuan kilometer dari kampung halamannya. Nyai mengaku belum pernah ada yang berziarah ke makam Jerman tersebut selain pihak Kedutaan Besar Jerman di Indonesia.

Mereka berlayar menempuh dua samudera. Bertarung demi negara, dan akhirnya gugur di negara asing. Nyanyian sendu bagi para prajurit.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penampakan Daerah Paling Kotor di Jepang Banyak Sampah Di mana-mana, 'Orang Jepang Aja Ogah Ke Sini'
Penampakan Daerah Paling Kotor di Jepang Banyak Sampah Di mana-mana, 'Orang Jepang Aja Ogah Ke Sini'

Begini penampakan daerah terkotor di Jepang sampai ditemukan banyak sampah sepanjang jalan.

Baca Selengkapnya
Pendaki Tersesat di Gunung Pangrango Berburu Barang Mustika
Pendaki Tersesat di Gunung Pangrango Berburu Barang Mustika

Belasan pendaki tersebut merupakan jemaah Majelis Buni Kasih.

Baca Selengkapnya
13 Pendaki Gunung Pangrango yang Hilang Ditemukan, Begini Kondisinya
13 Pendaki Gunung Pangrango yang Hilang Ditemukan, Begini Kondisinya

13 pendaki tersebut terpisah menjadi dua kelompok. Masing-masing 10 orang dan 3 orang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Penampakan Rumah Mewah Ibu Ani Anak Jenderal, Terbengkalai Bak Hutan tapi Masih Dihuni
Penampakan Rumah Mewah Ibu Ani Anak Jenderal, Terbengkalai Bak Hutan tapi Masih Dihuni

Berikut penampakan rumah mewah Ibu Ani anak jenderal yang tinggal di rumah bak hutan terbengkalai.

Baca Selengkapnya
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih

Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.

Baca Selengkapnya
Terbentuk dari Letusan Gunung Berapi, Simak Fakta Menarik Danau Maninjau di Sumatra Barat
Terbentuk dari Letusan Gunung Berapi, Simak Fakta Menarik Danau Maninjau di Sumatra Barat

Di bagian barat Pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terdapat danau yang tak kalah indahnya untuk dikunjungi, yaitu Danau Maninjau

Baca Selengkapnya
Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang
Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang "Dewa Judi"

Pada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda

Baca Selengkapnya
Pria ini Tiga Tahun Bekerja di Jepang Baru Bisa Mudik, Sampai Rumah Anaknya Bengong Diajak Salim
Pria ini Tiga Tahun Bekerja di Jepang Baru Bisa Mudik, Sampai Rumah Anaknya Bengong Diajak Salim

Tak terkira, sang putri justru nampak tertegun saat melihat sang ayah kembali.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan, Bakar Jagung hingga Sosis di Tanah Berapi yang Sudah Ada sejak Ratusan Tahun Silam
Mengunjungi Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan, Bakar Jagung hingga Sosis di Tanah Berapi yang Sudah Ada sejak Ratusan Tahun Silam

Sejak ratusan tahun lalu, setiap kali tanah di kawasan ini digali, selalu muncul api.

Baca Selengkapnya