Miris, ada madrasah ibtidaiyah di Banten beratap daun kelapa
Merdeka.com - Dunia pendidikan merupakan sektor yang sangat urgen dalam pembangunan bangsa. Selain sekolah negeri, madrasah-madrasah juga tak jauh kalahnya sebagai tempat menimba ilmu.
Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Nur Kholis Setiawan memberikan bantuan terhadap Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Huda di Kp Rancecet, Ds Rancapinang, Cimanggu, Pandeglang, Banten. Sumbangan sebesar Rp 180 juta itu diberikan guna membangun dua ruang kelas beserta perlengkapannya.
"Kami sebagai orang tua prihatin lihat madrasah dengan kondisi seperti ini. Kasihan anak-anak juga, segera dibangun gedung," ujar Nur Kholis, Jakarta, Minggu (3/11).
Saat ini, kondisi MI Al Huda amat memperihatinkan dan menyedihkan. Madrasah yang didirikan pada tahun 2009 itu dibangun di atas tanah wakaf Aceng, salah satu warga Kp Rancecet, Ds Rancapinang, Cimanggu, Pandeglang, Banten.
Madrasah yang berada di Provinsi Banten itu hanya beratapkan daun rumbia dan daun kelapa kering. Sedangkan jendela ruang kelas hanya dipasangi dahan-dahan pohon dan tembok dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu.
Jika hujan, suasana belajar mengajar tidak nyaman lantaran banyak yang bocor. Ditambah pula, lantai yang semennya banyak berlubang dan mengelupas. Tak jarang pula ayam-ayam kampung masuk ke dalam kelas saat siswa-siswi sudah pulang.
"Cepet dibangun, biar sumbangan dan tempat ini jadi barokah. Tolong Pak Kepala Bidang dan Kepala Seksi wilayah sini membantu dan mendampingi agar cepat selesai madrasah ini," tegas Nur Kholis meminta anak buahnya di Kanwil setempat.
"Anak-anak ini aset bangsa, pendidikannya harus diperhatikan dan infrastruktur juga harus didukung. Supaya wawasannya berkembang dan menuntut ilmunya juga nyaman," sambungnya.
Madrasah yang hanya berukuran 4 x 10 meter itu terbagi atas 3 ruang dengan total jumlah siswa 78 anak. Kepala MI Al Huda Wiwi Rustandi mengungkapkan rasa syukur dan senangnya atas bantuan yang diberikan oleh Kemenag.
"Perasaan saya haru dan kami sangat terima kasih kepada Pak Direktur Nur Kholis. Kita akan segera bangun ruang kelas untuk anak-anak," kata Rustandi seraya melinangkan air mata.
Menurut Rustandi, jumlah tenaga pengajar di MI Al Huda berjumlah 11 orang dan semuanya masih berstatus guru bantu (Non PNS). Pada awal berdirinya madrasah, lanjut dia, hanya berjumlah 15 siswa.
"Guru-guru di sini tidak dibayar, siswa-siswa juga tidak dipungut biaya sepeser pun. Tidak ditarik uang SPP dan lainnya. Kita hanya mengandalkan dana BOS," jelas Rustandi.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
kondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaAdin menjelaskan, kegemaran membaca di satuan pendidikan sudah berkembang melalui sekolah maupun perguruan tinggi.
Baca SelengkapnyaUntuk pembangunan Jawa Timur bagian selatan, Anies akan melanjutkan program pemerintah saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mereka memanfaatkan bangunan senilai Rp500 juta hasil Program Desa Brilian. Namun mereka dikenakan tarif sewa lebih mahal untuk bisa berjualan di sana.
Baca SelengkapnyaAirlangga menjelaskan berbagai bantuan sosial yang diberikan pemerintah adalah program yang dijalankan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaDari 10 Kg beras yang diberikan oleh pemerintah, telah memenuhi sepertiga dari kebutuhan bulanan.
Baca SelengkapnyaPemkab Banyuwangi setiap tahunnya menggelar berbagai program peningkatan kemampuan bisnis.
Baca SelengkapnyaAda anggapan bahwa masjid ini tiba-tiba ada dan pembangunannya dibantu jin
Baca Selengkapnya