Permintaan maaf SBY tak ada artinya bagi Singapura dan Malaysia
Merdeka.com - Kebakaran hutan di Riau mengakibatkan mempengaruhi hubungan Indonesia dengan dua negara tetangganya, Malaysia dan Singapura. Sebab, kedua negara tersebut terkena polusi dari kabut asap kebakaran.
Kabut asap menyelimuti udara di dua negara tersebut. Sampai-sampai mengganggu kehidupan warga mereka. Kabut asap asal Indonesia itu bahkan dituding menjadi penyebab meninggalnya seorang wanita penderita asma di Kota Muar, Negara Bagian Johor, Malaysia.
Li Cai Ling dikabarkan meninggal pada Minggu lalu. Dari laporan medis menyebut kematian Li akibat pencemaran udara. Alhasil, protes pun dilayangkan kepada Indonesia.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak bahkan mengancam akan mengirim surat protes kepada Indonesia sebagai tanggung jawab atas kabut tebal yang menyelubungi kawasan Malaysia. Najib juga mengaku hendak membantu Indonesia untuk memadamkan api.
"Pertanyaan tentang siapa yang memiliki perkebunan itu bukan menjadi masalah di sini. Tetapi ketika sesuatu yang sebesar ini terjadi, tidak boleh ada perhatian apakah kebun itu dimiliki oleh Indonesia, Malaysia atau Singapura, tetapi apa tindakan yang diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab," kata Najib, seperti dikutip kantor berita Bernama.
Menanggapi protes dari negara tetangga, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung bereaksi cepat. Dalam keterangan persnya di Kantor Presiden, Senin (24/6) lalu, Presiden langsung meminta maaf secara khusus kepada dua negara tersebut.
Presiden mengatakan, Indonesia akan bertanggung jawab atas meluasnya asap akibat kebakaran hutan. "Meminta maaf dan meminta pengertian saudara-saudara kita di Malaysia dan Singapura. Tentu tidak ada niat dari Indonesia atas apa yang terjadi ini," kata Presiden SBY.
Namun, permintaan maaf Presiden seakan tidak dihargai. Media di Singapura bahkan terus mengkritik dan menyalahkan Indonesia atas 'ekspor' kabut asap tersebut. Presiden mengaku kecewa dengan pemberitaan tersebut, padahal Indonesia tengah berupaya melakukan pemadaman atas kebakaran hutan.
"Tentu menyakitkan kalau dikesankan Indonesia ini menimbulkan masalah bagi tetangga-tetangganya. Dan saya sekali lagi menyayangkan acara pemberitaan itu di saat kami sedang serius menghadapi bencana asap dan ladang ini," kata SBY usai mendarat dari Bali di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (26/6).
Tak hanya itu, Presiden bahkan balik menyentil sikap Singapura. Menurutnya, meski Indonesia dan Singapura memiliki hubungan yang saling menguntungkan, nyatanya Singapura belum juga menandatangani perjanjian ekstradisi. Presiden bahkan menyebut banyak aset Indonesia yang pindah ke Singapura.
"Saya kira kita semua tahu, saat kita menghadapi krisis banyak aset kita yang pindah ke Singapura, dan kita tahu bahwa aset itu tidak legal, dan kita ingin kerjasama dan menyentuh hal-hal itu bagi asasi rakyat Indonesia," tegasnya.
Para menteri SBY pun mengaku kecewa atas pemberitaan media Singapura. Mereka sakit hati karena permintaan maaf SBY seakan tidak ada artinya di mata Singapura.
"Yang kita agak menyesalkan, responnya kok seperti itu, padahal presiden kita sudah meminta maaf. Kita sudah begitu niat baik, menyampaikan permintaan maaf, karena memang sumber asapnya dari Indonesia, kita akui," kata Menko Kesra Agung Laksono usai Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Pengendalian Kebakaran Hutan di Jakarta, Kamis (27/6).
Agung mengakui asap itu sempat mengotori wilayah udara Malaysia dan Singapura. Tapi Indonesia sudah menunjukkan itikad baik, kenapa masih ribut juga?
"Terus respon dari pihak sana kok tidak pada tempatnya. Padahal kesantunan dari bapak presiden SBY sudah terbukti," kata Agung.
Malaysia dan Singapura rupanya harus sedikit berkaca. Toh selama ini dua negara tersebut juga tidak 'sempurna' dalam menjalani pergaulan dengan Indonesia.
Sebut saja sejumlah kasus penyiksaan TKI di Malaysia serta sulitnya Indonesia melacak dan mengambil harta koruptor di Singapura. Lagi pula dalam kasus kebakaran hutan ini ada indikasi perusahaan asal kedua negara itu terlibat secara sengaja melakukan pembakaran.
Jadi dengan kata lain hubungan antar-negara harus saling menguntungkan dan saling menghargai. Toh teori itu sesuai dengan terori hubungan internasional yang dianut negara-negara di dunia.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 229,54 hektare hutan dan lahan di Jambi terbakar dalam delapan bulan terakhir. Kebakaran itu paling banyak dipicu ulah masyarakat.
Baca SelengkapnyaSejatinya penguasaan lahan oleh Prabowo berawal dari akuisisi sebuah pabrik kertas.
Baca SelengkapnyaBukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polisi menyita barang bukti berupa tiga batang kayu bekas terbakar dan satu mancis.
Baca SelengkapnyaJokowi optimistis Upacara Peringatan ke-79 Kemerdekaan RI bisa digelar di IKN.
Baca SelengkapnyaJokowi juga memuji sejumlah peralatan media yang diklaim tercanggih yang terpasang di dalamnya.
Baca SelengkapnyaApi dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca Selengkapnya