Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah tingkatkan ekspor kelapa sawit ke Pakistan

Pemerintah tingkatkan ekspor kelapa sawit ke Pakistan cpo. ©2012 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Selepas mengunjungi Konferensi Tingkat Tinggi Developing-8 di Islamabad Pakistan, pada 19-22 November lalu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengabarkan rampungnya ratifikasi kesepakatan Perdagangan Bebas Terbatas (Preferential Trade Agreement/PTA) dengan Pakistan. Dia yakin perdagangan kedua negara, terutama terkait ekspor kelapa sawit Tanah Air ke negeri tetangga India itu bisa meningkat signifikan selepas ratifikasi.

Gita menyatakan tanpa PTA itu pun, sebetulnya volume perdagangan antara Indonesia-Pakistan sudah tinggi. Khusus minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), Indonesia bahkan berhasil mengekspor 400.000 ton per September tahun ini.

Ekspor kelapa sawit tahun lalu telah menurun akibat tertundanya perjanjian perdagangan bebas secara bilateral itu. Jumlah impor kelapa sawit di Pakistan dari Indonesia hanya sekitar 86.000 ton.

"Belum berlaku saja trennya sudah naik 60 persen. Total perdagangan (Indonesia-Pakistan) sudah USD 1,1 sekian miliar sampai 9 bulan pertama, mayoritas kelapa sawit, dan saya rasa kalau (PTA) bisa dieefektifkan, bisa meningkat lagi," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jumat (23/11).

Pria yang kini juga menjadi Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) ini menilai jumlah ekspor CPO bisa meningkat drastis tahun depan. "pasti kita bisa jualan lebih dari 400.000 untuk 9 bulan pertama tahun depan," tegasnya.

Sebetulnya PTA antara Indonesia-Pakistan sudah ditandatangani sejak 20 Januari 2012. Namun proses ratifikasi berlarut-larut karena kedua negara terus berunding mengenai tarif bea masuk produk unggulan masing-masing.

Salah satu isi PTA yang cukup strategis adalah Pakistan menurunkan tarif bea masuk CPO Indonesia. Selain tarif sawit, perjanjian ini juga memberi penyesuaian tarif bea masuk kertas, produk elektronik, dan batu bara. Kementerian Perdagangan mencatat PTA ini meliberalisasi 176 produk dari sisi Indonesia, dan 250 barang asal Pakistan.

Gita menjamin ratifikasi ini tidak akan molor lagi, karena kedua pihak berharap implementasi PTA dapat dilaksanakan secepatnya. Draf yang akan dituangkan dalam peraturan presiden (Perpres) itu saat ini telah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dikirim ke Kementerian Keuangan untuk diterbitkan dalam waktu dekat.

"Mereka sangat gembira dengan ditandatanganinya perpres ini. Tinggal implementasi saja, tinggal penyelesaian lampiran, sudah dibahas dengan Kementerian Keuangan, saya sudah menargetkan kalau bisa dalam satu-dua minggu (terbit Perpres)," ungkapnya.

Keuntungan lain dari ratifikasi PTA ini adalah potensi Indonesia menjual produknya tidak hanya ke Pakistan. Sebab negara mayoritas muslim itu merupakan salah satu distributor utama (hub) yang menyalurkan pelbagai komoditas ke negara sekitarnya di kawasan Asia Tengah.

"Pakistan ini sebagai hub untuk Afghanistan, Nepal, Iran, untuk kita bisa mengirim produk-produk kita," pungkasnya.

(mdk/rin)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Berencana Naikkan Dana Peremajaan Sawit Jadi Rp60 Juta Per Hektare
Pemerintah Berencana Naikkan Dana Peremajaan Sawit Jadi Rp60 Juta Per Hektare

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat di Istana Negara untuk membahas sejumlah isu penting terkait kebijakan sawit di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Beras Impor 500.000 Ton Masuk Indonesia Mulai Januari 2024, Asalnya dari Thailand dan Pakistan
Beras Impor 500.000 Ton Masuk Indonesia Mulai Januari 2024, Asalnya dari Thailand dan Pakistan

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya

Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia
Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia

Aturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.

Baca Selengkapnya
Kebun Sawit Terluas di Dunia Ternyata Ada di Indonesia, Ini Dia Perusahaan Pengelolanya
Kebun Sawit Terluas di Dunia Ternyata Ada di Indonesia, Ini Dia Perusahaan Pengelolanya

Kebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.

Baca Selengkapnya
Peringkat Paspor Indonesia di Urutan Ke-66 Dunia, Kalah dari Timor Leste, Malaysia dan Thailand
Peringkat Paspor Indonesia di Urutan Ke-66 Dunia, Kalah dari Timor Leste, Malaysia dan Thailand

Dalam indeks tersebut menampilkan pemegang paspor Indonesia bisa bebas masuk visa ke 78 negara.

Baca Selengkapnya
Anies Bakal Hentikan Ekspor Pasir Laut
Anies Bakal Hentikan Ekspor Pasir Laut

Kebijakan untuk pengelolaan kelautan juga perlu keterhubungan antar pulau pelabuhan dengan infrastruktur darat.

Baca Selengkapnya
Kereta Ini Tak Pernah Diharapkan Kehadirannya, Jika Keluar dari Sarangnya, Berarti Ada Hal Buruk Terjadi
Kereta Ini Tak Pernah Diharapkan Kehadirannya, Jika Keluar dari Sarangnya, Berarti Ada Hal Buruk Terjadi

Indonesia memiliki sebuah kereta yang kehadirannya sama sekali tidak diharapkan, jika kereta tersebut keluar, berarti sedang ada hal buruk yang terjadi.

Baca Selengkapnya