Abdul Aziz, Pahlawan Penyelamat Jemaah Masjid dari Serangan Teroris di Selandia Baru
Merdeka.com - Nama Abdul Aziz (48) mencuat baru-baru ini, dikabarkan sebagai pria yang berjasa melawan aksi teroris penembakan masjid di Selandia Baru, pada Jumat (15/3). Aziz berjasa mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa dari jemaah masjid yang ada di Masjid Linwood, Christchurch.
Dilansir dari VOA Indonesia, Senin (18/3), Abdul Aziz tidak bersembunyi saat serangan teror tengah terjadi di Masjid Linwood, salah satu dari dua masjid di Kota Christchurch, yang menjadi target aksi teror keji Brenton Tarrant yang bersenjata.
Aziz sempat melakukan aksi saling kejar dengan si teroris, sebelum akhirnya menakut-nakuti pria yang membawa senjata itu untuk kabur dengan mobilnya.
Imam Masjid Linwood, Latef Alabi mengatakan jumlah kematian akan jauh lebih banyak dalam insiden itu jika bukan karena Aziz. Alabi mengatakan mendengar suara di luar masjid sekitar jam 13.55 waktu setempat dan menghentikan salat yang dipimpinnya kemudian mengintip ke luar jendela. Dia melihat seorang pria berpakaian hitam bergaya militer dan helm memegang senjata besar.
Awalnya ia mengira itu adalah seorang polisi. Kemudian dia melihat dua mayat dan mendengar pria bersenjata itu meneriakkan kata-kata kotor.
"Aku sadar ini sesuatu yang lain. Ini pembunuh," katanya, sebagaimana dikutip dari media Selandia Baru, Stuff.
Dia berteriak kepada lebih dari 80 jemaah untuk segera turun. Mereka ragu-ragu. Tembakan terdengar, jendela pecah dan beberapa jemaah ambruk, dan orang-orang mulai menyadari itu memang serangan nyata.
"Kemudian saudara (Aziz) ini datang. Dia mengejarnya, dan dia berhasil mengalahkannya, dan itulah bagaimana kita diselamatkan," tambah Alabi.
"Kalau tidak, jika dia (Tarrant) berhasil masuk ke masjid, maka kita semua mungkin telah pergi (meninggal)," pungkasnya.
Sosok Pahlawan
Abdul Aziz kini tengah menjadi topik perbincangan hangat di Selandia Baru. Dia disebut sebagai pahlawan karena berupaya mengalihkan perhatian Tarrant.
Di saat orang-orang berusaha untuk menghindari serangan dan bersembunyi, Aziz justru berani menghadapinya. Ia mengambil benda pertama yang bisa ia temukan di sekelilingnya, yakni mesin pemindai kartu kredit.
Dengan bermodal itu, lelaki berambut gondrong tersebut nekat berlari keluar menghampiri Tarrant sembari berteriak, "Kemarilah!".
Demi menyelamatkan nyawa orang-orang, Alabi lantas berseru kepada lebih dari 80 jemaah untuk tiarap. Namun mereka didera keraguan. Begitu tembakan terdengar, jendela pecah dan tubuh beberapa jemaah mulai tumbang, mereka mulai menyadari bahwa teror itu nyata.
Aziz, yang berasal dari Afghanistan, mengungkapkan dirinya mengambil langkah seribu ke luar masjid dengan harapan bisa mengalihkan perhatian Tarrant. Pelaku sempat berlari kembali ke mobilnya untuk mengambil senjata lain, dan Aziz melemparkan mesin kartu kredit yang digenggamnya ke arah Tarrant.
Tarrant kembali menembak. Meleset. Empat putra Aziz yang berada di dalam masjid, mendesak sang ayah untuk kembali. Namun ia tetap berlari menghampiri pelaku, berjalan menembus mobil yang diparkir di gang masuk, dan mencegah Tarrant mengunci sasarannya.
Lalu, Aziz melihat pistol yang ditinggalkan Tarrant dan memungutnya, mengarahkan dan menarik pelatuknya ke arah Tarrant. Kosong. Tak ada peluru.
Mengetahui ada orang yang berusaha melawan, Tarrant lantas bergegas kembali ke mobil untuk kedua kalinya, kemungkinan akan mengambil senjata lain.
"Dia masuk ke mobilnya dan saya baru saja mengambil pistol dan melemparkan ke jendelanya seperti panah dan menghancurkan kacanya," Aziz mengkisahkan. "Kaca depan pecah. Itu sebabnya dia takut dan kabur."
Abdul Aziz adalah laki-laki asal Kabul, Afghanistan. Ia mengungsi ke Australia sewaktu kecil dan tinggal di Negeri Kanguru selama lebih dari 25 tahun.
Beberapa tahun lalu, ia pindah ke Selandia Baru dan menetap di sana. "Saya beberapa kali berkelana ke banyak negara dan Selandia Baru adalah salah satu negara yang indah dan damai," akunya.
Aksi keji Tarrant menewaskan 50 orang dalam insiden paling mematikan dalam sejarah modern Selandia Baru itu. Selain melakukan aksinya di Masjid Linwood, pria berkebangsaan Australia itu juga beraksi di Masjid Al Noor yang berjarak 5 kilometer dari Linwood, yang menewaskan jauh lebih banyak jemaah masjid atau 41 orang.
Serangan pertama terjadi di Masjid Al Noor. Tarrant masuk ke masjid dan mulai memberondong orang-orang yang tengah melaksanakan salat jumat dengan senapan yang dibawanya. Empat puluh satu jemaah meninggal dunia. Pria berusia 28 tahun itu kemudian bergerak menuju masjid kedua di Linwood. Di sana, dia membunuh 7 orang.
Reporter: Afra AugestiSumber: Liputan6
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu rekam jejak K.H Abbas terlihat saat melawan penjajah dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaKoorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Dadang Arief sedih harus meninggalkan Kodam III/Siliwangi, namun lebih sedih ketika melihat Persib kalah terus.
Baca SelengkapnyaMayjen TNI Kunto Arief Wibowo tak sengaja berjumpa dengan sosok tak terduga saat tengah berjalan santai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selain Armand Maulana, ada juga Ustaz Alfie Alfandy memberikan siraman rohani kepada para pengunjung.
Baca SelengkapnyaKemenag Surabaya akan berkoordinasi dengan Kepolisian saat di singgung apakah akan mengeluarkan larangan resmi terhadap Ustaz Syafiq berceramah di Surabaya.
Baca SelengkapnyaPengajian dihadiri oleh Ustaz Riza Syafiq Hasan Basalamah di Masjid Assalam Purimas Kota Surabaya dibubarkan paksa GP Ansor.
Baca SelengkapnyaJangan sembarangan memprovokasi orang untuk tidak memilih di pemilu. Karena hal itu bisa melanggar pidana
Baca SelengkapnyaAncaman itu dilontarkan agar orangtuanya merestui dia menjalin hubungan dengan pacarnya.
Baca SelengkapnyaSeorang pria lansia di Maros, Daeng Supu (80) ditangkap karena menikam imam masjid Desa Baruga bernama M Amir Abbas (54), Rabu (24/1) kemarin.
Baca SelengkapnyaAnies bercerita, warga sangat berjasa saat kampanye akbar AMIN di JIS pada 10 Februari 2024.
Baca Selengkapnya