Merdeka.com - Muslim Uighur mengalami diskriminasi selama berada di China. Nasib mereka mirip dengan yang dirasakan etnis Rohingya. Perlu diketahui, etnis Uighur merupakan etnis minoritas di China yang secara kultural dekat dengan bangsa Turk, daripada mayoritas bangsa Han beragama muslim yang diterima China.
Bangsa Uighur muncul di China pada awal abad 20. Mereka mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Ini bisa menjadi penyebab, mengapa muslim Uighur dekat dengan bangsa Turk. Menurut kajian yang dilansir Global Voices menunjukkan, kecurigaan Beijing terhadap etnis Uighur atau orang-orang Muslim Uighur berakar sejak dua abad lalu.
Ada banyak kecurigaan Beijing, China, terhadap Uighur. Mereka dianggap ingin melepaskan diri dari RRC. Oleh sebab itu, 10 juta warga Uighur dipersulit untuk membuat paspor. Selain itu, pemerintah China juga mencurigai etnis Uighur masuk ke dalam jaringan teroris dan juga menjadi pemberontak, dan masih banyak lagi kecurigaan Pemerintah China terhadap Uighur.
Karena banyaknya kecurigaan, pada akhir 2016, pemerintah China memenjarakan ratusan ribu etnis Uighur. Tak hanya dipenjara, Pemerintah China juga melakukan banyak penyiksaan terhadap etnis minoritas di China tersebut.
Berikut Kekejaman yang dilakukan China kepada etnis minoritas muslim Uighur:
Dua puluh satu tahanan tinggal dalam sebuah ruangan kecil di kamp pendidikan ulang China. Mereka diborgol, dibotaki, setiap gerakan diawasi melalui kamera plafon. Sebuah ember di pojok ruangan menjadi toilet mereka. Aktivitas harian mulai pukul 06.00. Mereka belajar bahasa China, menghapal lagu propaganda dan mengakui dosa-dosa mereka. Usia mereka remaja sampai dewasa. Jatah makan mereka sedikit; sup dingin dan sepotong roti.
Penyiksaan yang dialami mereka antara lain ditusuk paku, kuku dicopot, disetrum. Hal itu dilakukan di 'ruang gelap'. Hukuman berlangsung terus menerus. Tahanan dipaksa meminum obat dan disuntik. Tujuannya untuk pencegahan penyakit, kata staf penjara kepada mereka. Tapi pada nyatanya mereka jadi kelinci percobaan medis. Banyak dari tahanan menderita penurunan fungsi kognitif. Beberapa pria menjadi mandul. Perempuan kerap diperkosa.
Sayragul Sauytbay (43), seorang guru yang melarikan diri dari China dan mendapat suaka di Swedia. Beberapa tahanan berhasil kabur dan mengisahkan pengalaman mereka, menceritakan kondisi wanita di kamp pendidikan ulang China. Sauytbay mengatakan polisi akan membawa gadis-gadis cantik. Mereka bisa membawa siapapun yang mereka suka. Dia juga mengungkapkan kasus pemerkosaan massal.
Sauytbay menceritakan, awalnya polisi memeriksa apakah pendidikan itu berhasil. Kemudian, polisi-polisi itu membawa 200 tahanan ke luar, laki-laki dan perempuan, dan memerintahkan kepada salah seorang perempuan untuk mengakui dosa-dosanya.
"Dia berdiri di depan kami dan menyatakan bahwa dia sebelumnya orang jahat, tetapi sekarang setelah belajar bahasa China, dia menjadi orang yang lebih baik. Ketika dia selesai berbicara, polisi memerintahkan dia untuk lepas jubah dan memperkosanya satu demi satu, di depan semua orang. Sementara mereka memperkosanya, mereka memeriksa untuk melihat bagaimana kami bereaksi. Orang-orang yang memalingkan kepala atau memejamkan mata, dan mereka yang terlihat marah atau terkejut, dibawa pergi dan kami tidak pernah melihat mereka lagi," kata Sauytbay.
Salah satu tahanan Uighur yang sudah berapa di kamp pendidikan selama 4 tahun, Ruqiye Perhat (30), mengaku pernah diperkosa berulang kali oleh para penjaga kamp dan hamil dua kali, yang kemudian terpaksa digugurkan.
Kamp Pendidikan China yang dihuni etnis Uighur hanya berukuran 16 meter persegi, dihuni 20 orang dan ada kamera di setiap ruangan dan koridor. Setiap ruangan disediakan satu ember plastik sebagai toilet. Setiap tahanan hanya diberikan dua menit untuk menggunakan toilet setiap hari, dan ember itu dikosongkan hanya sekali dalam sehari. Jika penuh, maka harus menunggu sampai hari berikutnya.
Tak hanya itu saja, tangan dan kaki mereka diborgol juga setiap hari kecuali saat sedang menulis. Bahkan saat tidur mereka diborgol, mereka hanya diperbolehkan tidur menghadap kanan, jika berubah, maka akan dihukum.
Sauytbay memperkirakan ada sekitar 2.500 tahanan di kamp tersebut. Tahanan tertua seorang perempuan berusia 84 tahun dan termuda adalah anak laki-laki 13 tahun.
Sayragul Sauytbay harus mengajarkan para tahanan, yang kebanyakan penutur bahasa Uighur dan Kazakh, berbahasa Mandarin dan lagu propaganda Partai Komunis. Ada juga jam-jam tertentu untuk belajar lagu propaganda dan mengucapkan slogan dari poster-poster bertuliskan: "Saya cinta China," "Terima Kasih Partai Komunis," "Saya China," dan "Saya Cinta Xi Jinping".
Pada sore dan malam hari adalah jadwal pengakuan perbuatan jahat dan pelanggaran moral. Hal yang dianggap dosa seperti melakukan praktik keagamaan, tidak mengerti bahasa dan budaya China, dan kelakuan tak bermoral.
Komandan kamp menyediakan ruang untuk penyiksaan yang disebut "ruang gelap" karena tahanan dilarang membicarakannya secara terang-terangan. Beragam jenis penyiksaan dihadapi para tahanan seperti digantung di tembok, dipukul dengan tongkat elektrik. Ada juga kuku tahanan yang dicabut.
"Saya melihat tahanan yang kembali dari ruangan itu berdarah-darah. Beberapa kembali tanpa kuku di jarinya," kata Sayragul Sauytbay.
Alasan tahanan dihukum di antaranya karena tidak belajar bahasa Mandarin dengan baik atau tidak menyanyikan lagu propaganda. Sauytbay juga mengaku pernah dihukum dengan dipukul dan tak diberi jatah makan selama dua hari.
Sayragul Sauytbay juga mengaku menyaksikan bagaimana tahanan dijadikan kelici percobaan medis. Tahanan akan diberikan pil atau suntikan dengan dalih mencegah penyakit.
"Tapi perawat mengatakan kepada saya diam-diam pil itu berbahaya dan saya tidak boleh meminumnya," kata Sauytbay.
Efek pil itu bermacam-macam. Ada tahanan yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Perempuan berhenti menstruasi dan laki-laki menjadi mandul, berdasarkan spekulasi yang muncul. Jika tahanan benar-benar sakit, mereka tak mendapat pengobatan. (mdk/dan)
Baca juga:
Muslim China Ungkap Perlakuan Kejam di Kamp Tahanan, Disiksa Sampai Diperkosa Massal
Bocoran Dokumen Ungkap Bagaimana China Kelola Kamp Penahanan Etnis Muslim di Xinjiang
Bahkan Jejak Kematian Pun Disingkirkan, China Hancurkan Makam Muslim Uighur
Lewat Google Earth, Aktivis Temukan 500 Titik Diduga Kamp Konsentrasi Muslim Uighur
Video Tahanan Uighur Ditutup Mata di Xinjiang Beredar di Internet
Kelompok HAM Serukan Pembebasan Anak-anak Uighur di Xinjiang
Muslim China Ungkap Perlakuan Kejam di Kamp Tahanan, Disiksa Sampai Diperkosa Massal
Bocoran Dokumen Ungkap Bagaimana China Kelola Kamp Penahanan Etnis Muslim di Xinjiang
Kepanikan Turis Dikejar Harimau Saat Kunjungi Taman Nasional
Lewat Google Earth, Aktivis Temukan 500 Titik Diduga Kamp Konsentrasi Muslim Uighur
Bahkan Jejak Kematian Pun Disingkirkan, China Hancurkan Makam Muslim Uighur
Video Tahanan Uighur Ditutup Mata di Xinjiang Beredar di Internet
Kelompok HAM Serukan Pembebasan Anak-anak Uighur di Xinjiang
Tiongkok Disebut Gunakan Malware Untuk Retas iPhone Milik Muslim Uighur
Keluarga Bantah Klaim China Soal Pembebasan Tahanan Uighur dari Kamp Pelatihan
Komjen Firli Jabarkan 6 Tupoksi KPK: Demi Indonesia Bebas Korupsi
Mau Berikan Karangan Bunga Matahari? Ini Arti di Baliknya
Pengunjung Lapas Kediri Ketahuan Sembunyikan Narkoba di Pakaian Dalam
Mendikbud Nadiem Minta Sosok Ayah Tak Cuma Sibuk Cari Duit
Lolos P3K, Ribuan Guru Honorer di Bogor Masih Digaji Rp500.000 per Bulan
Seorang Mahasiswa di Kupang Cabuli Gadis Disabilitas
Polisi Sita 80 Kg Ganja Siap Edar untuk Karyawan dan Buruh di Karawang
PNS di Kutai Kertanegara Kembali Masuk Bui, Dulu Pemakai Sekarang Bandar Narkoba
Salahi Aturan, Proyek IPAL Komunal Senilai Rp 900 Juta di Solo Dibongkar
Angka Balita Stunting di Bekasi Mencapai 16,7 Persen
Farah Ann, Bintang Senam Artistik Malaysia yang Mempesona
Bule Australia Ngamuk dan Naik Atap Rumah Warga di Badung
Polusi Udara Semakin Parah di 2019, Masalah Kesehatan Ini Berisiko Meningkat
U-Turn Bawah Fly Over Satrio ditutup, Dishub Lakukan Rekayasa Lalu Lintas
Komisi III DPR Yakin Lelang Jabatan Dorong Profesionalisme Kejaksaan
6 Pernikahan Selebriti Paling Mengejutkan Sepanjang Tahun 2019
Beli Ganja di Instagram, Eks Presenter TV Ditangkap Polisi Samarinda
7 Smartphone Anti Air Terbaik di 2019, Mana Pilihanmu?
Cerita Driver Ojek Online Terperosok ke Lumpur saat Susuri Jalan via Google Maps
Bamsoet dan Airlangga Sepakat Satukan 2 Gerbong
Polisi Gerebek Markas Pembobol Kartu Kredit di Surabaya, Puluhan Orang Diamankan
Airlangga Sebut Mundurnya Bamsoet Karena Campur Tangan Senior Golkar
Bamsoet Mundur, Ridwan Hisjam Tetap Maju Caketum Golkar Lawan Airlangga
KPK Kecewa MA Kurangi Hukuman Idrus Marham Menjadi 2 Tahun
Tunggu Sikap PKS, Gerindra Ingin Wagub DKI Diputuskan Sebelum Pergantian Tahun
Ganjar Ancam Polisikan Perusahaan yang Buang Limbah Sembarangan
Kapal Patroli Bea Cukai Ditabrak Saat Bongkar Penyelundupan Minuman Alkohol
Peran 4 Saksi Kasus Suap Pemkab Bengkayang Terungkap di Persidangan