Arkeolog Temukan 174 Makam dari Zaman Peperangan China Kuno, Berisi Kereta Kencana dan Kerangka Kuda
Makam ini berasal dari tahun 478 hingga 221 SM, ketika terjadi peperangan antar negara bagian.
arkeologiArkeolog Temukan 174 Makam dari Zaman Peperangan China Kuno, Berisi Kereta Kencana dan Kerangka Kuda
Makam ini berasal dari tahun 478 hingga 221 SM.
Para arkeolog menemukan ratusan makam dari zaman peperangan China kuno (Warring States Period). Di dalam makam ditemukan sejumlah artefak, di antaranya pedang perunggu dan ujung tombak perunggu berusia 2.200 tahun.
Sumber: Live Science
Makam dan artefak ini ditemukan di Pemakaman Bai Zhuang di Desa Dengcheng, Kota Xiangyang, Provinsi Hubei.
- Arkeolog Temukan Makam Bangsawan Berusia 1.200 Tahun, Dikubur Bersama Korban Tumbal dan Harta Karun
- Arkeolog Temukan Karya Seni Hewan Tertua di Dunia Berusia 130.000 Tahun, Begini Sosok Makhluknya
- Temuan Arkeologi 2.200 Tahun Ungkap Budaya Kuno China
- Arkeolog Temukan Patung Kuda Pertama Buatan Manusia Berusia 35.000 Tahun, Dipahat dari Gading Gajah Purba
- FOTO: Terjebak Macet Parah Imbas Demo Buruh 1 Mei, Sejumlah Warga Pilih Turun dari Kendaraan dan Jalan Kaki
- Tabrak Bus Kuning UI hingga Ringsek, Mobil Diduga Melaju dengan Kecepatan Tinggi
Selama penggalian pada November 2023, lebih dari 500 benda budaya ditemukan, termasuk pedang, tripod tembaga, bejana ritual, tembikar, cincin giok, pernis, perahu, dan kereta yang terkubur di samping kerangka dua kuda.
Artefak-artefak ini ditemukan di 174 makam yang berasal dari tahun 478 hingga 221 SM.
Xiangyang adalah bagian dari negara Chu yang kuat pada saat itu. Para arkeolog berharap penemuan ini dapat memberikan wawasan tentang negara bagian dan periode peperangan pada masa itu.
Para ahli menganggap zaman peperangan sebagai masa formatif dalam sejarah China, dimana tujuh negara bagian kuno bersaing untuk mendapatkan supremasi. Periode ini termasuk periode musim semi dan musim gugur, diikuti oleh perang penaklukan Qin yang mengakhiri periode ini.
“Zaman peperangan adalah masa perubahan besar di wilayah Xiangyang," kata arkeolog dan sejarawan di Universitas Ursinus Pennsylvania, Glenda Chao, kepada Live Science.
"Pertengahan hingga akhir periode zaman peperangan menyaksikan transisi politik wilayah ini dari pemerintahan yang sebelumnya otonom dengan nama Deng menjadi wilayah taklukan di bawah pemerintahan Chu yang meluas," lanjutnya.
Chao menambahkan, temuan ini akan membantu studi masa depan tentang waktu dan tempat, juga sebagai "inventaris informasi penting tentang bagaimana orang-orang yang hidup melalui transisi ini memprosesnya secara budaya dan sosial di tingkat lokal, berbasis masyarakat."
Penemuan ini juga memberikan wawasan tentang kebiasaan pemakaman di daerah Xiangyang pada periode itu dan memberikan materi penting untuk studi budaya Chu.
Salah satu makam besar berisi sebuah kereta dan kerangka dua ekor kuda, yang diduga milik seorang bangsawan dari kelas sosial tertinggi. Ukuran, arsitektur, dan barang-barang kuburan di dalam makam menunjukkan tingkat sosial dan kekayaan yang berbeda, dan dapat membantu para peneliti mengetahui sejauh mana praktek penguburan mencerminkan organisasi sosial.
Sejarawan juga mengamati bahwa negara Chu telah mencoba mengadopsi budaya utara dengan sukses pada abad keempat dan ketiga SM, yang terlihat dari prakata yang terus bertahan. Namun, peneliti menunggu untuk melihat orientasi budaya dari situs-situs tersebut.
Penemuan ini memberikan informasi berharga tentang sejarah China pada periode tersebut dan dapat membantu peneliti memahami perubahan politik dan sosial yang terjadi selama masa itu.