Dalam Sehari 368 Meninggal di Italia karena Corona, Negara Krisis Rumah Sakit

Advertisement
Merdeka.com - Italia pada Minggu (15/3) melaporkan angka kematian tertinggi akibat wabah corona dan para pemimpin diperingatkan soal kekurangan tempat tidur dan peralatan pernapasan di tengah pusat pandemi di Eropa tersebut.
Data resmi menunjukkan angka kematian melonjak 368 sehingga totalnya menjadi 1.809 kasus, lebih dari setengah dari semua kasus yang dilaporkan di luar China.
Sampai Minggu, jumlah kasus yang tercatat di Italia mencapai 24.747 dan 1.809 kematian. Hal ini menjadi peringatan bagi negara-negara Eropa lainnya yang mengalami peningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir.
Advertisement
Lombardy, wilayah berpenduduk padat di sekitar pusat keuangan Milan, menjadi wilayah paling terdampak dengan kasus kematian mencapai 1.218. Dari data ini, 252 kematian dilaporkan dalam waktu 24 jam. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (16/3).
Vatikan mengambil langkah drastis dengan membatalkan perayaan minggu Paskah yang dijadwalkan mulai 5 April sampai ketika negara berpenduduk 60 juta jiwa itu bersiap menghadapi krisis panjang.

Hanya pelari musiman dan beberapa penduduk membawa barang belanjaan terlihat di jalan-jalan di Roma pada sore hari pada pekan pertama isolasi diberlakukan di Italia.
"Saya tidak begitu tertarik terkait apa yang orang sampaikan soal keagamaan," kata seorang pensiunan dari Roma setelah Vatikan mengumumkan pelaksanaan minggu Paskah tanpa dihadiri jemaat secara langsung.
"Saya tertarik terkait imbauan orang soal kesehatan kami," lanjutnya.
Gubernur Lombardy, Attilio Fontana mengatakan situasi di wilayahnya memburuk.
"Kami semakin menuju titik dimana kami tak lagi mampu menyadarkan orang-orang karena kami akan kekurangan tempat tidur ICU," jelasnya kepada saluran Sky TG24.
"Kami memerlukan alat bantu pernapasan yang sayangnya tak bisa kami dapatkan," kata Fontana.
"Segera ketika alat bantu pernapasan itu datang dari luar negeri, kami akan siap mengatasinya."
Wilayah Lombardy mencatat 1.218 kasus kematian karena Covid-19 dalam tiga pekan terakhir, lebih dari setengah dari kasus di negara Eropa lainnya. Selain itu jumlah kasus infeksi sebanyak 13.272 dan 767 pasien dirawat di ICU.
Advertisement
Tak Ada Ambulans

Wali Kota Milan, Beppe Sala menyampaikan telah mengirim masker dari China untuk membantu mengatasi kekurangan.
"Milan selalu memiliki hubungan sangat baik dengan sejumlah kota utama di China dan saya telah menelepon dalam beberapa hari terakhir untuk mencari masker," jelasnya.
"Pengiriman pertama tiba (Jumat) dan kami sekarang akan mendistribusikan ke dokter-dokter, ke pegawai kami."
Komisi Eropa juga mengumumkan pengiriman segera 1 juta masker dari Jerman.
Situasi tetap kritis kendati Lombardy dipuji WHO memiliki sistem kesehatan kelas dunia karena peralatan dan penanganan para pekerja medisnya.
Anggota Dewan Kesejahteraan Lombardy mengatakan kepada wartawan pada Sabtu bahwa tak ada lagi ambulan di sekitar Milan.
Gubernur Veneto, Luca Zaia menyerukan warganya agar tetap terisolasi untuk mencegah membeludaknya rumah sakit.
"Jika Anda tidak mematuhi aturan, sistem kesehatan akan kacau dan saya harus menerapkan jam malam," tegasnya.
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte menegaskan pemerintahnya sangat memperhatikan situasi di wilayah utara.
Pemerintahannya dijadwalkan mengumumkan rencana baru penanganan krisis termasuk tindakan bantuan keringanan bagi para keluarga seperti menggaji pensiunan dan bantuan untuk wiraswasta.
Baca juga:
Ini Negara-Negara yang Terapkan 'Lock Down' untuk Cegah Penyebaran Corona
Genting Virus Corona, Wanita Ini Terisolasi Bersama Jenazah Sang Suami
Dubes RI Ungkap Dampak Isolasi Italia, Pengunjung Restoran Duduk Berjauhan
Selain Menhub Budi Karya, Ini 7 Pejabat Dunia yang Positif Corona
4 Pesepak Bola yang Positif Virus Corona, Ada Pemain Juventus
TOPIK TERKAIT
Advertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami