Kepala sekolah Turki usul musnahkan bayi berbakat kriminal
Merdeka.com - Salah satu kepala sekolah di Turki memiliki ide buat membunuh anak-anak dengan kode genetik bermasalah lantaran dia takut mereka bakal menjadi ancaman di masa depan.
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Senin (4/6), Mustafa Aydin adalah kepala sekolah dasar pemilik ide itu. Dia mengatakan kode genetik bayi harus diperiksa silang dengan catatan kriminal di Turki. Tujuannya memeriksa sejak dini apakah bayi-bayi itu memiliki potensi berbuat kriminal. "Jika mereka terbukti membahayakan negeri ini maka harus segera dimusnahkan," kata Aydin.
Aydin mengatakan hal itu dalam seminar yang diadakan oleh Kepolisian Provinsi Ezurum, Turki, Februari lalu. Topik acara itu tentang tindak kejahatan anak-anak dan cara pencegahannya.
Menurut Aydin, anak-anak di lingkungan tempat tinggal dia sering mencuri. Dia menyarankan pemerintah mengikuti Argentina dan Brazil. Kedua negara itu sudah memberlakukan aturan buat membunuh anak yang punya bakat berbuat kejahatan
Aydin mengamati 90 persen anak dengan latar belakang kriminal karena keluarga kurang memberi perhatian.
Sontak pernyataan Aydin itu menimbulkan kecaman dari berbagai pihak. Kementrian Pendidikan Turki bahkan mengutuk kepala sekolah itu. Dia langsung dipecat dan kasus itu diusut.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perbuatan cabul dilakukan oknum polisi hingga berulang-ulang. Dari korban masih duduk di bangku sekolah dasar hingga ia menginjak kelas 9 SMP
Baca SelengkapnyaLantaran upaya diversi yang dilakukan pihak Kepolisian tidak menemui kesepakatan antara korban dengan 8 anak berhadapan hukum (ABH).
Baca SelengkapnyaPolisi hingga kini menyelidiki dan membidik tiga tersangka baru dalam kematian santri tersebut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengendara yang lewat kerap tergelincir karena jalan menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah pun terpaksa melepas sepatu saat melintas.
Baca SelengkapnyaDari laporan 141 kasus yang diterima KPAI, 35 persen di antaranya terjadi pada satuan pendidikan
Baca SelengkapnyaSarana dan prasarana dibangun untuk menunjang pendidikan dan kesehatan
Baca SelengkapnyaPara anak kembar ini sama-sama lolos seleksi dan menjadi taruna di Akmil dan Akpol. Mereka pun menjalani pendidikan bersama dengan kembarannya.
Baca SelengkapnyaJoko mengatakan bahwa sejumlah bagian tubuh korban memang diketahui dimutilasi dan dipisahkan dari badannya.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca Selengkapnya