Merdeka.com - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menarik mundur pasukan AS di Suriah dan membiarkan Turki menguasai wilayah sebelah utara Suriah membuat Trump dituding mengkhianati sekutu mereka, Kurdi, di Suriah. Tapi keputusan Trump yang menyerahkan tanggung jawab tahanan dan keluarga militan ISIS kepada Turki juga menjadi beban bagi negara itu.
Tak lama setelah Trump berbicara lewat telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Minggu lalu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Turki akan segera melaksanakan rencananya selama ini untuk melancarkan operasi militer di sebelah utara Suriah dan AS tidak akan berada di daerah itu. Pernyataan itu diikuti dengan Turki sekarang akan "bertanggung jawab atas semua militan ISIS yang ditahan dalam dua tahun terakhir."
Mengambil tanggung jawab tahanan ISIS adalah mimpi buruk bagi Turki, ujar Yasar Yakis, mantan menteri luar negeri Turki di era 2002-2003. "Saat ini sudah banyak sel ISIS di Turki. Mereka bisa bangkit dan membuat kekacauan di dalam negeri. Pada 2015 dan 2016 sejumlah serangan teror di Turki diklaim oleh ISIS dan sedikitnya 276 orang tewas.
Dilansir dari laman Time, Rabu (9/10), saat ini ada sekitar 11.000 tahanan ISIS di lebih dari 30 kamp tahanan di sepanjang utara Suriah. Menurut data terbaru dari Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan, di kamp Al-Hol yang terletak di timur laut Suriah ada sekitar 70 ribu orang, termasuk keluarga ISIS.
Kamp-kamp penahanan itu kini dikelola oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), terdiri dari milisi Kurdi (YPG) yang selama ini didukung AS. Turki menganggap YPG adalah sayap militer dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang menurut Ankara dan Washington adalah organisasi teroris. Operasi militer Turki di timur laut Suriah adalah untuk menggempur milisi YPG.
Mantan perwakilan khusus AS untuk koalisi global melawan ISIS Brett McGurk mengatakan Turki tidak punya kapasitas, niat, dan selera untuk mengelola tahanan ISIS seperti di Al-Hol, yang menurut Pentagon bisa menjadi tempat bangkitnya ISIS.
Panglima SDF Jenderal Mazloum Abadi mengatakan kepada NBC News, bagi mereka kini mengawasi tahanan ISIS menjadi 'prioritas kedua' karena mereka kini bergegas ke perbatasan utara Suriah untuk mengantisipasi operasi militer Turki.
"Kalau Anda jadi Kurdi, dalam situasi ini apakah Anda mampu menjaga para tahanan tapi juga menghadapi ancaman dari seberang perbatasan? Mereka (Kurdi) hanya punya dua pilihan. Membebaskan tahanan atau menghabisi mereka."
Turki sejauh ini belum mengabarkan kapan operasi militer itu akan dimulai, berapa banyak pasukan yang akan dikerahkan atau sampai sejauh mana mereka akan masuk ke wilayah Suriah. Para tahanan ISIS yang ditangkap di Suriah saat ini tidak ditahan di kota-kota mayoritas berpenduduk Arab dekat perbatasan Turki, tapi mereka berada di kamp dan pusat penahanan yang tersebar di sebelah timur laut Suriah.
"Jika Turki masuk lebih jauh ke wilayah mayoritas dihuni Kurdi maka itu tidak hanya akan memperpelik konflik yang sudah ada tapi juga memicu pengungsian besar-besaran," ujar Ganul Tol, direktur Studi Turki di Pusat Institut Timur Tengah.
Baca juga:
Mobilisasi Pasukan Militer Turki ke Suriah
AS Mulai Tarik Pasukan dari Perbatasan Turki di Suriah
Bertemu Putin, Erdogan Mengaku Siap Kerahkan Operasi Militer di Suriah
Kamp Militer Turki di Irak Diserbu Demonstran Kurdi, 1 Orang Tewas & 10 Cedera
Keluar dari Suriah, AS Janji Tetap Lindungi Milisi Kurdi dari Serangan Turki
(mdk/pan)
AS Mulai Tarik Pasukan dari Perbatasan Turki di Suriah
Intip Gaya Latihan Militer Pejuang Kurdi di Irak
Misteri Tewasnya WNI di Kapal Berbendera China
Menelisik Kelompok Militan Komunis di Suriah yang Jadi Sekutu Amerika
Kegembiraan Tentara Kurdi Cantik Usai Hancurkan Markas Terakhir ISIS
Sukacita Suku Kurdi Iraq Peringati Hari Nowruz
Kegiatan Wanita-wanita Cantik Yazidi di Hari Perempuan Internasional
Kamp Militer Turki di Irak Diserbu Demonstran Kurdi, 1 Orang Tewas & 10 Cedera
Meski Kedua Kakinya Hilang, Pria Ini Tetap Gigih Jadi Penjinak Ranjau Darat
Sebelum Jadi Wamendes, Ketum ProJo Mengaku Incar Posisi Wamenhan
Kapolda Jatim Sebut Senjata Ilegal di Lumajang Dijual ke Daerah Konflik
Gudang Perakitan dan Penjualan Senjata Ilegal di Lumajang Digerebek Polisi
Jokowi Ungkap Cerita di Balik Pembuatan Jalan Penghubung Wamena-Nduga
Suruh Siswa Onani, Guru PPKN di Malang Berdalih untuk Disertasi
BPRD DKI Jakarta: 1.000 Lebih Unit Mobil Mewah Masih Tunggak Pajak
Bersama Nicolas Saputra, Mitsubishi Rilis Kampanye Digital Xpander Cross
Bus yang Terjun ke Sungai sedang Antar Rombongan Guru TK Menuju Kebun Kurma
Kenali Bahaya Kecanduan Belanja Online
Begini Penampakan Revitalisasi Trotoar Cikini yang Hampir Rampung
Ekspresi Kocak PM Boris Johnson Saat Beraksi Jadi Kiper
2 Anggota LSM di Lebak Gasak 44 Karung Beras Bantuan dan Uang Gaji Sopir Truk
Saran Menhub Budi Sebelum Erick Thohir Pilih Dirut Garuda Indonesia
Mural Percantik Jalan Layang Pesing
Amien Rais: Sumber Alam Luar Biasa yang Menikmati bukan Orang Papua
BTS, Katy Perry hingga Camila Cabello Hipnotis Penonton iHeartRadio 2019
Soal Penyelundupan Harley Davidson, Garuda Indonesia Dituntut Denda Puluhan Juta
Absen Lima Tahun, Festival Joyland 2019 Digelar di Senayan
Politikus Golkar Ungkap Kader Trauma Ada Dualisme di Tubuh Partai
'Starling', Kopi Keliling untuk Buruh Pelabuhan Sunda Kelapa
Seluruh Direksi Dicopot, Komisaris Garuda Indonesia Yakinkan Operasional Tetap Normal
Amien Rais Sindir Tokoh PAN Dukung Jokowi Tanpa Syarat: Saya Menangis
Menhub Dorong Pembelian Tiket Bus Online di Terminal Pulo Gebang
Eks Koruptor Boleh Maju Pilkada 2020, Politikus Golkar Bilang 'Ini Jalan Tengah'
Rakernas PAN Sempat Ricuh soal Pembacaan Tata Tertib hingga Dilerai Amien Rais
Jessica Iskandar Terkejut Lihat Ada 3 TV di Satu Ruangan Rumah Nia Ramadhani
Guru Besar IPDN: Syarat SKCK Buat Pendaftar CPNS jadi Ribet
Seorang Guru PPKN di Malang Suruh 18 Siswanya Onani