Waspada Wabah Virus Marburg, Sembilan Orang Sudah Tewas di Afrika
Merdeka.com - Wabah Virus Marburg dilaporkan sudah menewaskan sembilan orang di Guinea Khatulistiwa dan diduga 16 orang positif tertular. Sementara itu Kamerun melaporkan dua kasus serupa setelah virus itu mewabah sejak 7 Februari lalu.
Meski daerah di Kamerun tempat terjadi dua kasus baru itu berdekatan dengan lokasi awal wabah di Guinea Khatulistiwa, namun tidak ada riwayat perjalanan dari kedua kasus tersebut. Kondisi ini memicu dugaan sudah ada kasus penularan lokal di kedua negara tersebut.
Mengapa Marburg Berbahaya?
Virus marburg adalah penyakit menular yang terkait dengan Ebola dan cukup mematikan.
Dikutip dari laman Forbes, penyakit Marburg Virus Disease (MVD) adalah demam berdarah yang cukup ganas, dengan rasio kematian hingga 88%. Virus Marburg masih dikategorikan dengan keluarga filovirus yang menyebabkan penyakit virus Ebola.
Untungnya, wabah virus Marburg masih jarang terjadi. Pusat Pengendalian Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC) melaporkan hanya ada 15 wabah yang terjadi antara 1967 hingga 2022. Hanya empat dari sekian wabah itu yang mencapai kasus lebih dari dua digit tapi ada dua wabah yang cukup tinggi (154 kasus di Republik Demokratik Kongo pada 1998-2000 dan 252 kasus di Angola pada 2004-2005). Itu artinya penularan yang terus-menerus masih dimungkinkan.
Seperti Ebola, Marburg adalah Filovirus. Wabah yang terjadi diyakini dimulai dari keluarnya virus dari kelelawar buah menyebar ke populasi manusia. Penularan dari orang ke orang melalui cairan tubuh yang terkontaminasi. Penularan di masa lalu terjadi di Angola, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Guinea, Kenya, Uganda, dan Zimbabwe. Artinya secara geografis, Marburg tidak hanya menyebar di satu tempat saja.
Yang paling menakutkan dari Marburg adalah angka kematiannya. Dari 474 kasus, 379 di antaranya berujung pada kematian dan itu terjadi antara 1967 sampai 2022. Dengan demikian angka kematiannya mencapai 80 persen.
Meski mematikan, virus Marburg tidak serta merta cukup menular seperti yang dilaporkan berbagai media. Puncak masa penularan virus ini diperkirakan sekitar 10 hari sejak tertular.
Penanganan Marburg di Afrika Tengah
Republik Guinea Khatulistiwa sejauh ini sudah mengkarantina 200 orang sejak terjadi wabah dan pekan lalu melarang warga di Provinsi Kie-Ntem bepergian setelah kasus pertama terdeteksi setelah ada acara pemakaman.
Otoritas kesehatan kini tengah berjuang menangani wabah dengan tindakan menutup perbatasan dan melakukan penelusuran kontak yang sebelumnya cukup berhasil dalam mengendalikan penyebaran Marburg dan Ebola.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaTetaplah waspada menjaga jarak dari fauna yang dapat menyebarkan penyakit rabies.
Baca SelengkapnyaPeristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaSeorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaBanyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!
Baca SelengkapnyaVirus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaKadivpas berjanji akan menindak tegas pegawai yang kedapatan terlibat dalam kasus narkoba.
Baca Selengkapnya