Jatuh Bangun Saroh Rintis Usaha Kue Brownis Kering di Indramayu, Modal 1,5 Juta Kini Raup Omzet hingga Rp150 Juta Per Bulan
Berkat kerja kerasnya membangun usaha di masa pandemi Covid-19, omzetnya kini mencapai Rp150 juta dan terjual sampai Dubai.
kisah suksesJatuh Bangun Saroh Rintis Usaha Kue Brownis Kering di Indramayu, Modal 1,5 Juta Kini Raup Omzet hingga Rp150 Juta Per Bulan
Berkat kerja kerasnya membangun usaha di masa pandemi Covid-19, omzetnya kini mencapai Rp150 juta dan terjual sampai Dubai.
Perempuan asal Desa Lombang, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Saroh, berhasil membuktikan hasil manis dari kerja keras.
Ia kini sukses merintis usaha makanan ringan, dengan modal awal seadanya. Produknya bahkan tembus sampai Dubai dengan omzet tertingginya mencapai Rp150 juta.
Perjalanan merintis usaha ini penuh hambatan. Ia sempat dihadapkan oleh pilihan pendidikan, karir maupun fokus di usaha kue kering. Dengan tekad yang kuat, Saroh kemudian memfokuskan pilihannya di usaha pembuatan kue.
Saat awal-awal merintis, hambatan Covid-19 juga menjadi tantangannya. Pesanan kuenya pun terdampak wabah global tersebut akibat diberlakukannya lockdown massal.
Namun ia tak menyerah hingga mampu melewati tantangan demi tantangan sampai sekarang.
- Banyak Sedekah Jadi Kunci Sukses Adibayu Bisnis Kentang, Kantongi Omzet Rp2,5 Miliar
- Pantang Nyerah Walau Pernah Rugi, Ini Cerita Ibu Rumah Tangga di Bogor Usaha Kue Sederhana Omzetnya Capai Rp 40 Juta
- Bermodalkan Rp2 Juta, Aksim Cuan Jutaan Rupiah dari Budi Daya Pepaya, Bisa Beli Mobil dan ke Makkah
- Baru Setahun Buka Usaha, Pemuda Ini Sukses Jalani Bisnis Parfum dengan Omzet Rp900 Juta/Bulan
- Pemprov DKI Jakarta Temukan Ratusan Data Penerima KJMU 2023 Tak Penuhi Syarat
- Kronologi Tentara AS Peserta Super Garuda Shield Hilang di Hutan Karawang Hingga Ditemukan Tewas
Modal Awal Rp1,5 Juta di 2020
Saroh diketahui memulai usahanya pada 2020 lalu. Kala itu ia masih berkuliah dan menjalankan usaha sembari mengisi waktu luang. Modalnya pun tidak besar yakni Rp1,5 juta.
Namun usaha kuenya tidak berjalan maksimal lantaran ia masih fokus menyelesaikan studinya. Setelah selesai kuliah, masalah besar kembali datang yakni wabah Covid-19 yang memukul usahanya saat baru merintis.
"Sebenarnya saya sudah punya usaha kecil-kecilan dulu yaitu Brownis chips, tapi karena waktu itu disambi kerja jadi tidak fokus dan saya harus pilih salah satu," terang Saroh, melansir Liputan6.
Tetap Tawarkan Produk ke Tetangga
Walaupun kondisinya terpuruk akibat pandemi Covid-19, Saroh tetap berjuang. Selepas lulus dari jurusan perhotelan Kampus Untag Prima Cirebon ia terus bertahan dengan tetap menciptakan produk brownies kering.
Mencoba putar otak, Saroh mulanya menyambangi para tetangganya untuk menawarkan dagangan. Agar terserap maksimal, Saroh juga menjual produknya lewat online hingga perlahan penjualannya meningkat.
"Waktu awal itu modal Rp 1,5 juta pada awal bulan ramadhan, dan mendapatkan omzet 3jt, pada saat itu saya berfikir gimana caranya saya punya usaha tidak musiman," ujarnya.
Dihadapkan Pilihan Karir
Ketika mulai bangkit, Saroh berkeinginan untuk melamar pekerjaan di hotel, namun panggilan tak kunjung datang. Akhirnya, ia diterima di sebuah bank dan memulai bekerja di sana.
Namun karena kecintaannya di usaha kue kering ini meningkat, dengan keputusan yang matang akhirnya ia memilih untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus mematenkan bisnis kue kering miliknya.
Mochips pun Saroh pilih sebagai brand dengan produk unggulannya berupa brownies chips, rengginang dan keripik pedas.
Ia juga langsung mengurus keperluan administrasi berupa NIB, PIRT hingga sertifikat produk halal dari MUI. Ini tentu semakin membuat peluang usahanya jadi berkembang.
Terjual Sampai Dubai
Usaha kerasnya ini makin membuahkan hasil. Gayung kemudian bersambut dengan banyaknya produk yang dibawa ke Dubai. Produk-produknya dipesan oleh para TKI yang bekerja di sana.
Menurutnya, produk kue dan keripik miliknya biasanya menjadi oleh-oleh TKI atau sekedar dijual lagi di Dubai juga sebagai jastip.
Pemenang produk UMKM Juara 2023 yang bergabung dengan Diskopdagin ini semakin meningkat penjualannya hingga 80 pcs brownis chips, 50 pcs cemilan pedas dan 100 boks rengginang.
"Alhamdulillah toko oleh-oleh menerima produk saya sampai sekarang. Untuk harga brownis chips Rp 12 ribu per pcs, camilan pedas Rp 10 ribu per pcs dan Rengginang Rp 17 ribu per boks isi 10," bebernya
Omzet Sampai Rp150 Juta
Ditambahkannya, jika saat ini ia masih melayani permintaan dari para TKI yang bekerja di beberapa negara seperti Dubai, Hongkong, Taiwan hingga Jepang.
Lalu ia juga melayani toko oleh-oleh sebanyak sekitar 100 sampai 500 pcs sekali kirim.
Aneka produk Mochips
Terakhir, dirinya mengaku pernah meraup omzet tertinggi hingga Rp150 juta lewat usaha Mochipsnya ini. Produknya ia jual melalui marketplace, media sosial hingga offline.
"Kadang ada juga TKI yang sedang pulang terus kerumah pesan untuk dibawa. Katanya untuk dijual lagi atau sekedar jastip gitu. Tapi saya belum berani untuk ekspor mandiri karena butuh proses jadi melayani pesanan individu saja dari TKI baru saya kirim lewat ekspedisi di sekitar rumah," tambahnya