Merdeka.com - Covid-19 telah membawa dampak pada perekonomian Indonesia. Banyak warga yang kesulitan untuk bertahan hidup maupun menjaga kemandirian pangan. Hal tersebut memicu beberapa pemuda di Yogyakarta untuk membangun kedaulatan pangan melalui gerakan Rakyat Bantu Rakyat.
Salah satu penggerak kegiatan tersebut adalah Dodok Putra Bangsa, warga Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Ia merasa prihatin atas dampak Covid-19 yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Melalui gerakan Rakyat Bantu Rakyat, Dodok berusaha menyediakan kebutuhan sayuran untuk disumbangkan kepada masyarakat, baik yang masih segar maupun sudah diolah menjadi makanan.
Saat ditemui Merdeka.com pada Kamis (12/11) lalu, pria 43 tahun tersebut menceritakan awal mula lahirnya gerakan Rakyat Bantu Rakyat. Awalnya, Ia berinisiatif menanam sayuran di lahan perkotaan seluas 400 meter persegi yang diberi nama Kebunku Jogja.
“Awalnya ketika itu ada kegiatan donasi ke Solidaritas Pangan Jogja dengan menyediakan donasi, salah satunya adalah PPLP (Paguyuban Petani Lahan Pantai) yang akan digusur pasir besi di Kulon Progo. Setiap minggu mereka mengirim 1 pickup untuk 12 dapur, dan saat itu ia terpikirkan untuk membuat pertanian di perkotaan untuk membantu warga terdampak” kata pria yang akrab disapa Dodok Jogja itu.
©2020 Merdeka.com
Pada 15 Mei 2020, kegiatan bertanam mulai dilakukan pertama kali oleh Dodok dan beberapa komunitas serta relawan lainnya. Mereka menanam berbagai komoditas yang punya jangka waktu panen pendek dan menengah.
“Dengan bantuan dari Walhi dan Gusdurian bulan Mei langsung kita buat, waktu itu mulai menanam tanggal 15 dan langsung menanam sayuran yang bisa memangkas waktu seperti kangkung, bayam, sawi, lalu jangka menengah cabai, terung, tomat serta untuk jangka panjang ubi dan singkong ” terangnya.
Lokasinya yang berada di tengah kota, tepatnya di Kawasan Sorowajan, Banguntapan, Bantul, membuat Kebunku Jogja sering dikunjungi beberapa kalangan akademisi. Mereka tertarik untuk belajar cara bercocok tanam dengan metode Urban Farming.
“Banyak sekali yang belajar waktu itu ke kebunku, dari mulai sekolah alam, teman-teman dari kampus serta dosen-dosen dan kalangan lainnya” tambah Dodok.
©2020 Merdeka.com
Selain banyak yang ingin belajar dan mendalami aktivitas bertani urban farming, Dodok bersama teman-teman relawan juga kerap membagikan bibit sayuran kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Hal itu agar bisa dibudidayakan sendiri di halaman rumah masing-masing.
“Saat itu dapur yang di Kulonprogo tutup Juli kita tetap bagikan sayuran ke warga sekitar, dengan bibit nya agar mereka turut merawat dan membantu mengubah persepsi yang sebelumnya hampir semua rumah menanam tanaman hias dan kita alihkan ke sayuran” ujarnya.
Dodok mengungkapkan, dirinya turut memperbolehkan bagi siapapun yang membutuhkan sayuran untuk memetik langsung saat panen. Pihaknya juga membuka donasi bagi masyarakat yang ingin menyumbang sayur sayuran untuk dibagikan.
“Di kebunku itu siapapun boleh datang, kita juga sering share publik juga, petik secukup mu dan donasi semaumu juga akan terus dijalankan” katanya
“Arah dari kebunku itu sebenarnya memberikan inspirasi warga dan negara untuk menjadikan pilihan hidup berdaulat atas pangan itu kewajiban, semisal warga dikenai sanksi jika tidak menanam tanaman pangan misalnya” tambahnya.
©2020 @bakzoojogja/Editorial Merdeka.com
Selain Kebunku Jogja, gerakan Rakyat Bantu Rakyat juga terasa di sebuah bekas warung makan bernama Bakzoo Jogja, kawasan Jalan Veteran, Umbulharjo, Yogyakarta. Dapur yang diinisiasi oleh Berkah Gamulya dan Elanto Wijoyono (aktivis Jogja Ora Didol) tersebut setiap harinya turut menyiapkan dan membagikan ratusan nasi bungkus gratis khusus bagi para buruh gendong perempuan di pasar-pasar tradisional Yogyakarta.
“Kalau dapur ini yang pertama kali mengajak adalah Mul (Berkah Gamulya), beliau yang mengonsep bagaimana mencari relawan dan sebagainya hingga akhirnya berdirilah dapur ini sejak 19 September 2020 lalu.” ungkap penggerak Jogja Ora Didol tersebut
Hadirnya dapur tersebut diharapkan bisa meringankan beban dari para buruh perempuan di pasar. Mengingat mereka rentan tertular Covid-19 sebab tingginya tingkat interaksi para buruh gendong di tengah keramaian pasar tradisional.
“Untuk pembagiannya kita sudah menyiapkan empat pasar tradisional di Yogyakarta secara bergantian per minggu, seperti Pasar Beringharjo, Pasar Giwangan, Pasar Gamping, Pasar Kranggan, dengan rata-rata 100 – 145 porsi per hari” Dodok menyebutkan.
Selain itu banyak dari kalangan buruh gendong perempuan di pasar-pasar tradisional yang masih harus menyisihkan penghasilannya untuk keperluan operasional pasar, seperti toilet.
“Dulu milih buruh gendong karena kita anggap paling rentan dari seluruh pekerja informal pasar, mereka tidak pulang karena rata-rata dari luar kota dan perlu ongkos banyak, akhirnya mereka banyak banyak yang tidur di pasar. Itu kan sangat rentan ya, ditambah mereka harus bayar toilet per penggunaan Rp2 ribu kalau diakumulasikan tentu penghasilan bisa berkurang ” terangnya
Prinsip kedaulatan pangan yang dibangun oleh Dodok serta pegiat Rakyat Bantu Rakyat adalah untuk menekankan bagaimana masyarakat bisa mengelola serta mengatasi permasalahan pangan dengan mandiri tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah.
“Artinya kebunku juga mencoba mendorong kepada negara untuk mengeluarkan regulasi bagaimana bisa memastikan agar masyarakat atau warganya bisa terjamin segala kebutuhan pokoknya. Di awal pandemi bulan Maret warga sudah banyak dirumahkan, sedangkan bantuan cair Mei. Kalo kita nunggu bantuan dari pemerintah mati, kalau tidak ada insiatif Rakyat Bantu Rakyat” beber Dodok.
©2020 @bakzoojogja/Editorial Merdeka.com
Ke depannya Dodok akan merefleksikan Kebunku Jogja sebagai tempat yang akan selalu memberikan inspirasi bagi banyak orang. Tentunya dengan beberapa inovasi yang sudah direncanakan.
“Kalau kebun pasti akan selama nya ada ya dan menjadi inspirasi baru untuk menanam di perkotaan itu kita lanjutkan mau pandemi Covid-19 pulih atau tidak, baik lewat pesta kebun setiap minggu, jadi tempat diskusi, tempat masak bagi yang ingin berdonasi" jelasnya.
Selain itu terkait dapur ia menyebutkan bahwa bakzoo ini akan berupaya memperjuangkan hak-hak buruh gendong perempuan. Terutama terkait hak penggunaan toilet agar gratis di pasar.
“Tapi yang pasti target jangka pendek ini toilet bisa digratiskan untuk seluruh Warga pasar tradisional, terutama buruh gendong perempuan. Mendesak toilet pasar gratis” tandasnya.
Baca Selanjutnya: Menebar Inspirasi Lewat Tani di...
(mdk/nrd)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami