Tembus Pasar Eropa, Ini Cerita Mantan Pekerja Migran Asal Indramayu Kenalkan Terasi

Merdeka.com - Pekerja migran memiliki peran penting dalam pemasukan devisa negara dan juga menjadi upaya pengenalan potensi daerah. Hal tersebut rupanya dijadikan peluang oleh Ashen Kuraesin Manta, seorang mantan pekerja migran asal Kabupaten Indramayu. Ia berhasil mengenalkan potensi khas daerahnya, terasi udang khas Cirebon.
Usahanya ini membuahkan hasil. Kini, ia berhasil memasarkan terasi udang hingga ke Eropa. Seperti yang dilansir dari Liputan6, Kamis (8/4), mantan pekerja migran yang pernah bekerja selama 11 tahun di Timur Tengah ini memanfaatkan berbagai medium untuk menjual terasi khas pesisir Pantura itu.
Lewat Online hingga Jasa Titip

Ashen menyebut, untuk mengenalkan produk terasi Cirebon, dirinya memanfaatkan sejumlah medium. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan platform online, hingga jasa penitipan. Jasa penitipan ia lakukan saat rekannya pulang ke Indonesia, dan menitipkan pesanan.
“Ada yang online juga tapi untuk pemasaran di dalam negeri. Kalau luar negeri ya manfaatkan teman-teman pekerja migran yang sedang cuti pulang ketika kembali ke negara tempat mereka bekerja kami titip barang dagangan kami semacam jastip gitu," terangnya saat mengikuti Pelatihan dan Praktik Digitalisasi Proses Bisnis Kelompok Usaha Eks Pekerja Migran Indonesia oleh Kominfo, Senin (5/4/2021).
Tembus Hingga Pasar Eropa
Sampai saat ini, produk terasi yang dipasarkan oleh Ahsen dan kelompok usahanya disebut sudah sampai Taiwan, Jepang, Arab Saudi, London, hingga Eropa. Namun, ia bersama teman kelompok usahanya tidak berpuas diri. Menurutnya, banyak kemampuan yang perlu dipelajari untuk menunjang penjualan.
"Kalau kirim lewat paket masih takut selain faktor utama mahal kemudian dari sisi kemasan juga sepertinya masih perlu diperbaiki khawatir jadinya rusak. Makannya kami titip lewat bagasi orang saja," kata Ashen.
Lakukan Pelatihan
Ashen tak memungkiri, sebagai seorang pengusaha, dirinya bersama kelompok usaha pekerja migran Indramayu-Cirebon mengaku membutuhkan sokongan dari pemerintah.
"Kalau usaha saya sendiri itu jahit dari sprei sampai jahit baju karena pandemi jadi berdampak. Tapi saya juga punya kelompok usaha dan kebanyakan di makanan salah satunya terasi yang sudah kami bawa mendunia," ujar Ashen.
Menanggapi hal tersebut, koordinator pelatihan untuk wilayah Indramayu Nur Choirul Afif mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi adalah kondisi barang yang masih belum layak ekspor.
"Pernah ada peserta yang punya pengalaman produknya dimusnahkan oleh imigrasi negara setempat saat menitipkan produknya lewat pekerja migran yang masih aktif karena memang waktu itu dalam skala besar," ujarnya.
Melalui pelatihan ini, ia berharap bisa bermanfaat bagi para pekerja migran yang hendak memasarkan produk/potensi daerahnya ke luar negeri. Sementara itu, Pelatihan tersebut dilaksanakan dengan tiga klaster, sesuai kebutuhan serta minat kelompok pekerja migran. Klaster satu akan difokuskan soal manajemen keuangan dan kelembagaan organisasi, klaster dua pemasaran melalui digital dan klaster tiga pengembangan inovasi produk hingga siap jual.
Ada pengelolaan media sosial, marketplace, foto dan video untuk optimalisasi promosi dan di klaster ke tiga, peserta diberikan seputar pengembangan untuk memperbaiki produk seperti kemasan sampai skema perizinan termasuk sertifikasi halal.
Baca Selanjutnya: Lewat Online hingga Jasa Titip...
(mdk/nrd)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami