Cerita Detik-Detik Eksekusi Mati DN Aidit, Jenazahnya Diduga Dibuang di Tempat Ini

Merdeka.com - Sebagai Pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit jelas tak luput dari pembantaian pengikut PKI pasca peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Setelah sempat menghilang pada malam hari peristiwa G30S, Aidit ditemukan di Solo.
Alwi Shahab dalam harian Republika menulis, pada saat penangkapan, Aidit bersembunyi di dalam sebuah lemari. Pada saat itu, ia ditemukan oleh Kolonel Yasir Hadibroto, Komandan Brigade IV Infanteri, dan para anak buahnya.
Dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (1/10), pada saat penangkapan, Aidit berkali-laki meminta pada Kolonel Yasir untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Namun, ia tidak mau menuruti begitu saja permintaan Aidit.
“Jika diserahkan kepada Bung Karno pasti akan memutarbalikkan fakta sehingga persoalannya akan jadi lain,” ungkap Yasir seperti dikutip dalam buku Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia karya Abdul Gafur. Lalu bagaimana nasib Aidit selanjutnya?
Eksekusi Mati Aidit
Pada pagi buta, Yasir pergi dengan membawa Aidit meninggalkan Solo. Memasuki Boyolali, Yasir membelokkan mobilnya menuju ke Markas Batalyon 444.
Di sana, ia menanyakan pada Mayor Trisno, komandan batalyon, apakah ada sumur di tempat itu. Sang komandan menunjuk sebuah sumur tua di belakang markas. Yasir kemudian membawa Aidit ke sana.

Di depan sumur, Yasir mempersilahkan tahanannya untuk mengucapkan pesan terakhir. Namun, waktu itu justru Aidit mengumandangkan pidato dengan berapi-api.
Mendengar pidato itu, Kolonel Yasir dan para anak buahnya naik pitam. Dia langsung menembak Aidit dengan peluru hingga dadanya berlubang. Jenazahnya langsung tersungkur dan masuk ke dalam sumur.
Hilang Tanpa Jejak
Setelah bertahun-tahun berlalu, tak ada satupun penanda bekas sumur di pekarangan gedung tua bekas markas Batalyon 444 di Boyolali. Tanahnya sudah ditumbuhi berbagai tanaman seperti labu siam, ubi jalar, pohon mangga, serta jambu biji.
Namun, banyak orang meyakini bahwa di sana dulu ada sumur tua yang menjadi tempat pembuangan jenazah Aidit. Salah satunya yang meyakininya adalah, Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) Boyolali, Tamam Saemuri (71).

Pada tahun 1965, Tamam muda adalah seorang aktivis Gerakan Pemuda Ansor. Dia sempat bertemu dengan Kolonel Yasir dalam sebuah rapat organisasi di pendopo kantor kabupaten. Dalam rapat itu Yasir mengumumkan kalau dia telah menembak mati Aidit beberapa hari sebelumnya.
Selain itu, Yasir juga menunjukkan arloji Aidit yang ia bawa dan menceritakan pada saat membunuhnya, Aidit diberondong senapan AK sampai habis satu magasin.
Reaksi Putra Aidit
Setelah puluhan tahun, cerita itu sampai juga ke telinga Ilham Aidit, yang tak lain merupakan putra pemimpin PKI itu. Dia terus mencari tahu keberadaan makam ayahnya yang memang sulit ditemukan itu.

Pencarian Ilham baru berbuah ketika sebuah lembaga swadaya masyarakat di Boyolali menghubunginya dan menceritakan tentang lokasi makam ayahnya. LSM itu mengaku mendapatkan informasi itu dari sumber-sumber kredibel yang terlibat langsung dalam pembunuhan anggota PKI saat itu.
Perasaan Ilham
Akhirnya baru pada tahun 2003, Ilham berkesempatan untuk datang ke pusara ayahnya. Tempat itu kini telah menjadi gedung tua yang digunakan sebagai mes pegawai Komando Distrik Militer (Kodim) Boyolali. Saat berkunjung, Ilham tak kuasa menahan perasaannya.
“Naluri saya mengatakan memang di sinilah tempatnya,” katanya dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (1/10).
Baca Selanjutnya: Eksekusi Mati Aidit...
(mdk/shr)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami