Merdeka.com - Di kawasan Kota Lama Semarang, ada sebuah gedung tua yang unik. Di atas gedung itu, terdapat patung dua ekor semut raksasa yang berdiri megah. Di depan gedung itu, ada tulisan “Marabunta Gedung Multiguna”.
Dilansir dari Liputan6.com, Gedung Marabunta bisa dibilang bangunan paling unik dibanding gedung-gedung kuno lain di kawasan Kota Lama Semarang. Orang Semarang biasa menyebut dua patung semut raksasa di atas gedung itu dengan nama “semut geni”.
Menurut sejarawan Kota Semarang, Djawahir Muhammad, sebelum dikenal dengan nama Gedung Marabunta, bangunan itu bernama “Schouwburg”. Dalam bahasa Belanda, “Schouwburg” memiliki arti gedung pertunjukan atau teater.
Lalu kisah apa saja yang tersimpan di dalam gedung tua ini selama berdirinya? Berikut selengkapnya:
Dilansir dari Festivalkotalama.com, sebenarnya tak ada yang tahu persis kapan gedung ini dibangun. Namun para arkeolog memperkirakan gedung itu dibangun bersamaan dengan pengembangan kawasan Kota Lama dan pembangunan Jalan Pos Daendles, sekitar tahun 1824. Gedung itu dibangun dengan tujuan menyediakan tempat hiburan bagi para penghuni kawasan Kota Lama yang saat itu didominasi warga Eropa.
Dengan kapasitas mencapai ratusan penonton, halaman gedung itu dilengkapi pula dengan tempat parkir kuda yang menjadi moda transportasi saat itu. Karena saking banyaknya kuda yang ditambatkan di sana berdampak pada banyaknya kotoran yang memicu bau menyengat. Oleh karena itu gang di seberang pintu masuk utama kini dikenal dengan nama “Gang Tai”.
Pada era kolonialisme Belanda, gedung ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan Komedi Stamboel. Komedi Stamboel sendiri merupakan teater sandiwara keliling mirip sirkus yang saat itu populer di dataran Eropa.
Tak hanya itu, gedung itu juga dijadikan sebagai pertunjukan musik dan tarian yang mendatangkan musisi dan penari terkenal. Salah satunya adalah artis legendaris kelahiran Belanda yang menampilkan tarian erotis di sana. Artis itu dikenal dengan nama panggung Mata Hari.
Pada masa pasca kemerdekaan, Kodam VII Diponegoro mendapatkan hak untuk menggunakan gedung ini. Pengelolaannya kemudian diserahkan kepada perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) yang bernama “Marabunta”.
Marabunta sendiri merupakan spesies semut raksasa yang ganas. Gedung inipun kemudian diberi nama sama dengan nama perusahaannya dan di atasnya dibangun patung semut raksasa.
Sementara itu gedung yang berada di bagian selatan itu dulunya digunakan untuk bar atau kafe para pengunjung usai menyaksikan pementasan di gedung utama. Setelah tidak digunakan lagi, gedung itu kemudian dirawat oleh Yayasan diponegoro hingga akhir dekade 1960-an.
Pada 1999, bangunan utama Gedung Marabunta pernah dijadikan kafe tempat kunjungan para importir asing yang datang ke Semarang. Gedung yang dulunya tempat pertunjukan itu disulap menjadi kafe yang ramai dan terkenal saat itu.
Kini, gedung itu berfungsi sebagai tempat pertunjukan bergaya indis ataupun budaya daerah. Selain itu gedung itu kerap disewakan untuk tempat resepsi pernikahan.
Baca Selanjutnya: Pembangunan Gedung "Schouwburg"...
(mdk/shr)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami