Fakta Unik Jaran Papat, Kesenian dari Magelang yang Wajib Dimainkan pada 1 Syawal

Advertisement
Merdeka.com - Tiap masyarakat di Indonesia punya tradisinya masing-masing dalam menyambut Lebaran. Begitu pula masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan Magelang. Setiap tanggal 1 Syawal, atau tepat pada hari lebaran, mereka mementaskan kesenian tradisional Jaran Papat.
Dilansir dari Rri.co.id, Jaran Papat adalah kesenian yang kuda lumping yang dimainkan oleh empat orang penari. Kesenian itu dimainkan oleh masyarakat Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Magelang. Uniknya lagi, para penari kesenian itu semuanya berusia lansia!
“Di Dusun Mantran Wetan ini, ada kepercayaan tidak boleh ada kesenian lain yang dipentaskan sebelum Jaran Papat dimainkan. Dengan kata lain, kesenian Jaran Papat ini merupakan pentas pembuka dari semua kesenian yang ada di lereng Gunung Andong,” kata salah satu tokoh masyarakat Dusun Mantran Wetan, Supadi Haryanto, dikutip dari Rri.co.id pada 14 Mei 2021.
Lantas seperti apa kesenian Jaran Papat dimainkan? Berikut selengkapnya:
Advertisement
Tarian Wajib
©YouTube/Dunia Belajar
Supadi mengatakan, tarian Jaran Papat merupakan tarian yang wajib dipentaskan pada dua acara dan dua kali dalam setahun. Acara pertama yaitu Merti Dusun yang dilaksanakan setiap Bulan Sapar, dan acara kedua saat tanggal 1 Syawal. Ia mengatakan, pementasan ini merupakan bentuk dari “nguri-uri” atau melestarikan budaya Jawa. Apalagi kesenian ini telah berkembang sejak ratusan tahun silam. Dalam pelaksanaannya kesenian tersebut dimainkan mulai siang hari.
“Sebelumnya, masyarakat setempat setelah Salat Idul Fitri kemudian bersilaturahmi dan dilanjutkan dengan pementasan Jaran Papat dari siang hingga sore menjelang maghrib,” kata Supadi dikutip dari Rri.co.id
Advertisement
Dipentaskan Apapun yang Terjadi
©YouTube/Dunia Belajar
Salah satu keunikan kesenian ini adalah pementasannya lebih menonjolkan ke arah ritual dibandingkan pertunjukan. Supadi mengatakan, walaupun hujan bahkan tak ada penonton sekalipun, tarian Jaran Papat tetap dimainkan.
“Kalau hujan turun, biasanya kesenian ini dimainkan di dalam rumah salah seorang penduduk,” lanjut Supandi.
Ia menambahkan, meski penarinya telah berusia lansia, mereka tetap mewarisi kesenian ini kepada anak cucunya, sehingga kesenian ini tidak akan sirna.
Cerita Perang
©YouTube/Dunia Belajar
Tarian Jaran Papat sendiri bercerita tentang perjalanan Prabu Klanasewandono dari Kerajaan Kediri untuk melamar seorang putri dari suatu kerajaan di Pulau Bali. Di tengah jalan, sang prabu diadang oleh para raksasa sehingga dia dan para pengawalnya harus melawan.
“Tarian ini menceritakan tentang peperangan antara prajurit Klanasewandono melawan para raksasa. Pada cerita peperangan itu tidak ada yang menang dan kalah. Karena sesungguhnya maknanya sendiri adalah peperangan melawan hawa nafsu,” kata Supandi dikutip dari Rri.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami