Merdeka.com - Di Pusat Kota Semarang, ada sebuah jembatan tua yang unik. Setiap harinya, jalanan itu selalu dipadati kendaraan yang lalu lalang dan juga para pejalan kaki, serta pedagang kaki lima yang melintas. Di bawah jembatan itu mengalirlah Kali Semarang. Dulunya sungai itu digunakan sebagai lalu lintas kapal yang ingin masuk ke pedalaman.
Dulunya, jembatan sepanjang 10 meter itu merupakan penghubung utama masyarakat yang tinggal di Kota Lama dengan masyarakat luar. Di sisi timur jembatan itu terdapat kawasan elit Kota Lama yang menjadi pemukiman orang-orang Belanda. Sementara itu, di sisi barat jembatan terdapat kawasan penduduk pribumi seperti Kampung Melayu, Pecinan, Kampung Arab, dan Kampung Jawa.
Setelah dibongkarnya dinding benteng Kota Lama pada tahun 1824, masyarakat pribumi bisa berinteraksi dengan masyarakat Eropa yang tinggal di Kota Lama. Padahal sebelumnya kawasan itu dijaga sangat ketat sehingga masyarakat pribumi hanya bisa memandanginya dari seberang jembatan. Berikut selengkapnya:
Jembatan Berok dibangun pada tahun 1705. Di saat yang bersamaan dibangun sebuah benteng berbentuk segi lima yang bernama Benteng Vijhoek. Saat itu, jembatan tersebut diberi nama De Zuider Port. Namun pada masa VOC jembatan itu berganti dengan nama Gouverments Brug. Hal ini dikarenakan jembatan itu menjadi penghubung menuju kantor Gubernur VOC di mana dia melakukan pekerjaan-pekerjaan kantor dan pekerjaan lainnya.
Dengan dibongkarnya Benteng Kota Lama atau Benteng Vijhoek pada tahun 1824, jembatan ini memiliki arti penting. Pada tahun 1910 jembatan ini diperbaiki dan diberi lampu penerangan. Jembatan ini kemudian diberi nama Berok karena orang-orang pribumi tidak bisa mengucapkan kata “brug” yang dalam Bahasa Belanda artinya jembatan.
Karena menjadi pintu gerbang menuju kawasan elite, jembatan ini dulunya dijaga sangat ketat. Dari seberang jembatan, orang-orang pribumi hanya bisa melihat kawasan elite Kota Lama tanpa bisa masuk ke dalamnya. Dapat dikatakan, jembatan ini menjadi simbol pembatas antara si kaya dan si miskin.
Namun, memasuki tahun 1800-an, pemerintah kolonial membuat kebijakan baru, di mana masyarakat pribumi yang berada di sekitar Kota Lama bisa berinteraksi dengan masyarakat Eropa. Sehingga jembatan ini bisa dilalui siapa saja.
Selain itu, jembatan ini juga punya keunikan di mana saat ada kapal yang melintasi Kali Semarang, jembatan ini bisa terbelah dan terangkat. Dulunya, Kali Semarang menjadi akses masuk utama untuk masuk ke Kota Semarang dan menjadi saksi bisu perkembangan ekonomi Nusantara.
Letaknya yang berada di jantung Kota Semarang membuat Jembatan Berok menjadi simbol keberagaman etnis di Kota Semarang. Selain kawasan elit Kota Lama, di dekat Jembatan Berok inilah terdapat banyak pemukiman dari berbagai etnis seperti Pecinan, Kampung Melayu, Kampung Arab, dan Kampung Jawa.
Sementara, tepat di sebelah barat jembatan ini terdapat Pasar Johar yang menjadi pusat perdagangan antar golongan masyarakat di Semarang. Tak jauh dari sini pula terdapat pusat kegiatan agama Islam di antaranya Masjid Menara dan Masjid Kauman.
Dilansir dari laman Kemendikbud, dari jembatan inilah sejarah mencatat perkembangan keragaman etnis mulai dari Jawa, Tionghoa, Melayu, dan juga Eropa.
Baca Selanjutnya: Jembatan Menuju Gerbang Kota Lama...
(mdk/shr)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami