Sejumlah Pesantren di Cilacap Tolak Swab Massal, Ternyata Ini Alasannya

Merdeka.com - Tes swab makin digencarkan oleh tim gugus tugas untuk mendeteksi penyebaran Virus Corona. Walau begitu tidak semua orang mau dilakukan tes swab. Mereka memiliki banyak alasan mulai dari merasa sehat-sehat saja sampai takut pada kenyataan bahwa mereka sudah terkena Virus Corona.
Hal yang sama juga terjadi pada beberapa pondok pesantren di Cilacap, Jawa Tengah. Di sana, mereka keberatan melakukan tes usap karena stigma yang bakal ditanggung pesantren itu. Tak dipungkiri, biasanya stigma yang muncul setelah tes swab dilakukan adalah bahwa tempat tersebut mendapat label 'berbahaya' ada Covid-19.
“Karena yang muncul itu kan stigmatisasi. Kalau ada swab, berarti di situ ada COVID-19. Bahasanya bukan menolak tapi keberatan,” ungkap Banu Tolib Majid, Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Cilacap, dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (1/10).
Tetap Dilakukan
Kendati demikian, untuk mencegah penularan Virus Corona, tes swab tetap harus dilakukan. Sebelum tes dilakukan, Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap akan mulai mendata pesantren dan jumlah santri yang akan menjalani tes swab massal tersebut. Kemudian tes swab akan dilakukan pada pekan kedua atau ketiga Oktober 2020.
“Jadi kemarin itu sudah dibuat konsep untuk pondok pesantren itu. Misal kalau di kecamatan itu ada 10 pesantren, maka diambil 50 persen atau separuhnya. Nah dari separuh itu dilihat jumlah santrinya,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Kuswantoro.
Klaster Pesantren di Dua Kabupaten
Sementara itu, klaster pondok pesantren telah menyebar pada beberapa pondok pesantren di Kabupaten Banyumas dan Kebumen. Di dua kabupaten itu, ratusan santri terkonfirmasi COVID-19.
Di Banyumas, kasus COVID-19 diduga berasal dari kasus impor yang kemudian berkembang karena interaksi lokal yang intensif di pesantren. Walau begitu, sebagian besar santri yang positif COVID-19 tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan seperti kehilangan indera penciuman dan batuk ringan.
Akan tetapi penularan tersebut harus diwaspadai karena bisa menular ke kelompok rentan seperti ke pengasuh atau pengajar yang berusia lanjut atau yang memiliki penyakit bawaan.
Baca Selanjutnya: Tetap Dilakukan...
(mdk/shr)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami