Filosofi Busana Pengantin Mupus Braen Blambangan, Bikin Pengantin Lebih Cantik
Pasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
pasangan pengantinFilosofi Busana Pengantin Mupus Braen Blambangan, Bikin Pengantin Lebih Cantik
Tradisi pengantin Mupus Braen Blambangan dikhususkan untuk mempelai yang merupakan anak bungsu.
Busana Pengantin Mupus Braen Blambangan asal Banyuwangi jadi salah satu busana terbaik pilihan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan RI , Kamis (17/8/2023).
Pasutri Curi Perhatian
Pasangan suami istri, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
- Pantun Lucu Bikin Ngakak sampai Sakit Perut, Dijamin Menghibur
- Momen Meriah Pernikahan Cewek Cantik dengan Prajurit TNI, Pangkat Sang Suami jadi Sorotan
- Pesona Istri Brigjen Faisol Eks Paspampres, Anggun saat Dampingi Suami Tugas
- Anggunnya Irawati Adik Ipar Irjen Krishna Murti, Kini jadi Ketua Persit Siliwangi Usai Suami Diangkat jadi Pangdam
- Kasus Korupsi, Eks Bupati Malang Bebas Bersyarat Usai Dapat Remisi 14 Bulan
- Respons Polri Soal Revisi UU Beri Kewenangan Melakukan Penyadapan dan Galang Intelijen
Filosofi Busana Mupus Braen Blambangan
Dalam bahasa Jawa, busana Mupus Braen Blambangan diartikan sebagai pakaian yang membuat pengantin tampak cantik. Busana ini dilengkapi dengan gaya rias pengantin yang unik. Dikutip dari Instagram @banyuwangi_tourism, rias pengantin memadukan unsur tradisional dan spiritual.
Sejarah
Tradisi pengantin Mupus Braen Blambangan dikhususkan untuk mempelai yang merupakan anak bungsu. Tradisi ini hanya dilakukan oleh masyarakat suku Osing.
Tradisi ini punya banyak makna, yang berasal dari nasihat kepala adat. Nasihat tersebut juga bisa ditemukan pada setiap tata cara dan ubarampe. Adapun ubarampe berupa bantal dan guling yang dikemas tikar, ekrak, kampil putih (ponjen), ayam dan telur, irus dan gayung, serta kelapa. Tradisi pernikahan Mupus Braen Blambangan dilakukan sesudah akad, tepatnya menuju petang atau menjelang magrib.Tradisi ini muncul dan berkembang di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi. Eksistensinya tidak lepas dari latar belakang sejarah nenek moyang. Tradisi ini mengandung filosofi para leluhur, bahwasanya upacara sakral dan memiliki simbol-simbol penuh makna atau ajaran kehidupan untuk membangun rumah tangga. Menurut warga suku Osing, tradisi sangat penting bagi kebahagiaan rumah tangga untuk anak kemunjilan (bungsu), seperti dikutip dari jurnal elektronik Unesa berjudul Tradisi Pengantin Mupus Braen Blambangan di Masyarakat Suku Osing Kabupaten Banyuwangi.
Mitos
Ada cerita tutur yang eksis hingga sekarang. Konon, dulu ada warga yang tidak melaksanakan tradisi pernikahan Mupus Braen Blambangan. Hal itu menyebabkan pengantin mengalami kesusahan.
Tradisi ini disebut sudah ada sejak zaman Praja Blambangan dan dilaksanakan turun-temurun hingga sekarang. Mbah Sae Panji, sesepuh desa adat masyarakat Osing menceritakan, dulu ada warga yang melakukan pernikahan antara anak bungsu dan sulung. Tidak lama pengantin tersebut mengalami kejadian-kejadian yang sulit dalam hidupnya. Pengantin tersebut terjangkit penyakit yang susah disembuhkan dan akhirnya meninggal. Kasus serupa juga terjadi pada beberapa pengantin lain yang tidak melaksanakan tradisi pernikahan Mupus Braen Blambangan.