Merdeka.com - Anggota DPRD Kota Surabaya menyoroti sejumlah proyek bernilai ratusan miliar di ibu kota provinsi Jawa Timur itu. Pasalnya, proyek-proyek tersebut dinilai tidak memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat.
Mengutip dari ANTARA (22/10/2020), pembangunan yang dilakukan Pemkot Surabaya disebut hanya asal atau sesuai pesanan penguasa, tanpa perencanaan dan Detail Engineering Design (DED) yang matang. Sebagaimana penjelasan Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Buchori Imron.
"Sehingga yang terjadi, pembangunan itu hanya asal atau juga sesuai dengan pesanan penguasa," katanya di Surabaya, Kamis (22/10).
©2020 Merdeka.com/surabaya.go.id
Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Surabaya ini mencontohkan jembatan bambu yang dibangun di Kawasan Wisata Mangrove, Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Saat ini kondisi jembatan yang dibangun dengan APBD Kota Surabaya senilai Rp1,2 miliar itu tidak terawat, bahkan beberapa bagiannya ambruk.
"Proyeknya kebanyakan tanpa konsep dan DED yang jelas, langsung dikerjakan begitu saja, proyek jembatan mangrove itu kecil, tapi kalau sampai roboh banyak wisatawan datang ke sana kan memalukan, masak Pemkot tidak punya tenaga di paling bawah, tempat wisata kok amburadul," ujar Buchori.
©2020 Merdeka.com/surabaya.go.id
Anggota DPRD Surabaya dua periode itu juga mempertanyakan anggaran pembangunan jembatan dengan bahan bambu yang menghabiskan dana miliaran rupiah. Baginya, itu sungguh tidak masuk akal. Ia mengatakan, estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk membangun jembatan bambu harusnya cukup di kisaran ratusan juta.
"Itu tidak masuk akal, kalau hanya bahan bambu ratusan juta sudah cukup," ungkapnya.
Pemkot Surabaya, lanjut Buchori, perlu mencontoh Probolinggo dalam penataan kawasan mangrove. Di Probolinggo jembatan yang membentang di kawasan hutan mangrove terbuat dari besi, selain itu desainnya juga menarik. Bahkan di tengah hutan mangrove terdapat rumah makan.
©2020 Merdeka.com/surabaya.go.id
Selain jembatan bambu di kawasan wisata mangrove, Jembatan Suroboyo di kawasan wisata Kenjeran juga mengalami nasib yang sama. Pembangunan jembatan yang menghabiskan dana APBD Kota Surabaya sebesar Rp208 miliar itu kini tidak lagi difungsikan.
“Jembatan Suroboyo itu juga, tiba-tiba dikerjakan begitu saja, DED-nya tidak ada, itu tidak bagus. Apalagi sekarang ditutup, tidak memberikan manfaat pada masyarakat sekitar, bahkan tidak ada efek ekonominya sama sekali,” ujar Buchori.
Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya itu membandingkan, dana pembangunan Jembatan Suroboyo jika dipakai untuk kesejahteraan rakyat Surabaya akan sangat bagus. Manfaatnya langsung terasa oleh rakyat yang membutuhkan.
©2016 Merdeka.com
Tidak berhenti di situ, Terminal Kedung Cowek yang pembangunannya menyedot anggaran APBD Kota Surabaya hingga puluhan miliar juga mangkrak bertahun-tahun.
"Sentra Ikan Bulak juga menjadi deretan proyek gagal Pemkot Surabaya, sedikit sekali manfaatnya, modal yang dikeluarkan tidak sesuai dengan manfaat yang dirasakan warga. Adalagi cable car yang 800 meter di Tambak Wedi, mangkrak juga, Kalimas juga bangun rumah pompa saja nggak selesai-selesai, banyak sekali proyek pemkot itu yang manfaatnya nggak dirasakan masyarakat," lanjutnya.
Buchori menegaskan, Komisi C DPRD Surabaya yang membidani pembangunan tidak pernah diajak diskusi untuk memberi masukan dalam setiap proyek pembangunan yang dilakukan.
Baca Selanjutnya: Jembatan Bambu Bernilai Miliaran...
(mdk/rka)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami