Bahaya Limbah Rokok Bagi Lingkungan
Merdeka.com - Peraturan pengendalian tembakau di Indonesia dinilai masih sangat lemah. Data membuktikan, perokok di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) tahun 2019 menyebutkan, jumlah prevalensi perokok di Indonesia mencapai 65 juta orang. Terbanyak ke-3 di dunia. Angka tersebut seiring dengan peningkatan prevalensi perokok muda usia 10-18 tahun dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen tahun 2019.
Sekretaris Jenderal Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) Rama Tantra mengatakan, anak muda tidak boleh berdiam diri melihat produk rokok yang dianggap normal di kalangan masyarakat. Dia pun merasa resah dengan iklan rokok yang beredar luas di masyarakat saat ini.
"Sudah sangat jelas, Industri rokok menargetkan anak muda melalui iklan promosi sponsor yang masif secara offline maupun online di internet agar kita tertarik (merokok). Selain itu sebenarnya, iklan promosi sponsorship adalah upaya manipulasi yang dilakukan industri rokok untuk menormalisasi produknya. Tidak bisa terus didiamkan," ucapnya dalam sebuah diskusi, Rabu (18/5).
Terbaru, industri rokok mulai memperkenalkan produk anyar yaitu rokok elektronik dengan dalih bebas asap dan sebagai produk baru yang dapat memberhentikan perokok konvensional. Namun, katanya, faktanya penelitian membuktikan bahwa kandungan bahan kimia dalam rokok elektrik berbahaya mengandung nikotin. Bahkan lebih berbahaya dibandingkan rokok konvensional.
"Kami di Ambon, resah juga melihat teman-teman kami yang merokok biasa dengan juga nge-vape. Mungkin juga karena mereka yang mau merokok itu mudah sekali beli rokok. Jadi akhirnya banyak yang merokok," ucapnya.
Limbah Rokok Berbahaya
Aktivis lingkungan River Warrior , Aeshnina Azzahra Aqilani, menilai, rokok berbahaya bagi lingkungan. Dia mengatakan, puntung rokok merupakan sampah residu (B3) yang mencemari udara dan merusak kualitas air.
"Hingga dapat membunuh makhluk hidup di dalamnya. Dan sampah ini (puntung rokok) sangat banyak di sekitar kita," jelas dia.
Aktivis lingkungan dan Staf Edukasi GIDKP Sarah Rauzana Putri, menambahkan, penting adanya komitmen pemerintah melalui kebijakan terkait sampah produk rokok yang ditimbulkan.
Terlebih, kata dia, rokok elektronik bukanlah solusi. Melainkan menambah masalah baru dari segi lingkungan. Sisa konsumsi atau sampah rokok elektronik, harus dikelola secara spesifik sebagai sampah elektronik.
"Industri rokok harus bertanggung jawab untuk mengelola sampah produk mereka (Extended Producer Responsibility). Tetapi sampai sekarang belum ada bentuk tanggung jawab yang konkret dari industri rokok," ucapnya.
Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2022, IYCTC didukung oleh Lentera Anak dan Campaign Tobacco Free Kids akan menyelenggarakan kegiatan Indonesian Youth Summit on Tobacco Control dengan tema ‘Speaking Truth to Power’ sebagai wadah berkumpul dan partisipasi anak muda dari seluruh indonesia menyuarakan kebenaran terkait isu pengendalian tembakau.
"Industri rokok tidak peduli terhadap masalah kesehatan dan lingkungan yang mereka timbulkan. Pemerintah harus melindungi kami melalui peraturan (revisi PP 109) yang kuat," ucap Rama Tantra.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KLHK pun memberikan perhatian terhadap menangani polusi yang merusak lingkungan, maka limbah plastik tidak luput dari perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaAreal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca SelengkapnyaMenurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
"Kami juga meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali terkait kenaikan tahunan cukai hasil tembakau."
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPengelolaan sampah secara berkelanjutan masih perlu menjadi perhatian serius di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaMembuang sampah sembarangan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Baca Selengkapnya