Berani Berubah: Pengepul Besi dan Rezeki Kala Pandemi
Merdeka.com - Usaha mengepul sepeda rongsok Sanudi Rahul makin laris di masa pandemi. Minat bersepeda di kalangan masyarakat memang semakin meningkat saat ini. Apalagi keharusan berolahraga juga makin digencarkan. Alhasil, masyarakat memilih bersepeda, karena lebih mudah dilakukan.
Sudah 10 tahun Sanudi mengumpulkan puing-puing sepeda bekas. Awalnya usaha Sanudi tidak ada masalah. Namun saat pandemi melanda Indonesia, pendapatan Sanudi dari mengumpulkan puing sepeda semakin turun. Bahkan Sanudi sempat bingung memilih usaha lain demi menyambung hidup keluarganya.
"Awal pandemi agak sepi sekali. Bahkan kita mau usaha apa, yang saya pikirkan itu anak istri dan saya itu punya pekerjaan apa lagi. Bahkan kita ini sehari-hari agak melamun sedikit. Saya sampai nggak bisa tidur. Saya agak banyak ngelamun, anak saya sampai nggak kerja-kerja," kata Sanudi.
istimewaSanudi menceritakan awal kesulitannya. Saat itu PSBB diterapkan di Kota Cirebon, Jawa Tengah, kota tempat tinggal Sanudi dan keluarga. Selama PSBB, tidak ada warga yang ingin menambal ban, tidak ada warga yang keluar rumah, bahkan hanya untuk berbelanja.
"Saya bagaimana kita mau cari makan?" kata Sanudi.
Akhirnya ide-ide muncul. Sanudi berinisiatif mengumpulkan puing-puing sepeda. Mulai dari laku satu hingga dua batang puing sepeda dalam sehari. Kemudian usahanya makin berkembang menjadi laku 15 sampai 20 batang puing sehari.
Awalnya Sanudi menjual satu puing batang sepeda seharga Rp50.000. Kini satu puing batang sepeda yang dijual seharga Rp250.000. Wajar saja, karena saat ini musim sepeda sedang gencar-gencarnya.
istimewaKeahlian Sanudi dalam merakit sepeda juga dilakukan. Apalagi anak-anak di sekitar rumahnya senang sekali bersepeda. Semua jenis sepeda dibuat, mulai dari yang paling kecil hingga besar.
"Pandemi itu ada hikmahnya bagi saya karena minat orang pada sepeda meningkat," kata Sanudi.
istimewaUsaha reparasi sepeda yang dilakukan Sanudi justru membuahkan hasil yang amat besar. Sanudi mengaku bahwa selama 10 tahun memiliki usaha mengumpulkan puing besi, di bulan ini usahanya yang paling maju.
"Karena 10 tahun paling untung sekarang," kata Sanudi.
Ada banyak cobaan yang dihadapi Sanudi. Namun dengan banyak berdoa dan kerja keras, kini Sanudi bisa mencicipi hasil jerih payahnya.
"Kuncinya kita berdoa agar jangan menyerah, kita maju pantang mundur," tutup Sanudi.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaSingapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Korban yang berusia 13 tahun sedang menjalani perawatan. Kasus terungkap setelah orang tua korban membuat laporan.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaKondisi arus balik landai lantaran belum semua pemudik kembali ke Jakarta.
Baca SelengkapnyaDua santri di Kediri, yang didakwa menganiaya rekannya berinisial BBM (14) hingga tewas menjalani sidang dengan agenda pemeriksaan saksi.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaPer 19 Februari, stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog total ada 1,4 juta ton.
Baca Selengkapnya