Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berburu Sinyal Sampai ke Puncak Bukit

Berburu Sinyal Sampai ke Puncak Bukit Warga Mencari Sinyal di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Limapuluhkota, Sumbar. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Selepas salat subuh dan sebelum matahari terbit, Iyun Piliang (67), tergopoh-gopoh berjalan keluar masjid. Bagian bawah mukenanya ia singsingkan agar tidak kumuh karena tanah basah semalam diguyur hujan sampai dini hari.

Iyun tidak pulang ke rumah gadangnya. Melainkan ke puncak bukit di atas kampung. Dilewatinya jalan setapak yang licin itu, lalu disibaknya ranting-ranting pohon jeruk yang menghalangi jalan, sambil menekan layar ponselnya.

Beberapa kali tertulis, jaringan seluler tidak ada. Tapi Iyun terus mencoba menjelang sampai ke puncak bukit. Di atas sana, sudah ada dua tetangganya melakukan hal sama dengannya. Mencari sinyal.

"Paling sedikit dua kali seminggu, saya memang harus naik ke bukit ini untuk menelepon anak saya di rantau, bertanya kabarnya di sana, kadang dapat sinyal kadang tidak," kata Iyun. Demikian dikutip dari Antara, Minggu (20/9).

Iyun Piliang merupakan warga di Kampung Sarugo, Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat.

Kampung adat yang berlokasi sekitar 176 kilometer dari Kota Padang ke arah utara itu tidak terjangkau sinyal seluler meskipun Indonesia ini sudah 75 tahun merdeka.

Untuk menelepon, warga harus mencari tempat ketinggian agar mendapatkan sinyal. Seperti yang dirasakan Nursyafrida (66), ia biasanya menelepon anaknya di Jambi dari ketinggian.

"Awak manalepon ko, kok dapek di dalam rumah surang-surang, ndak paralu cari-cari sampai ka porak limau (Kalau bisa kita menelepon dari dalam rumah masing-masing, tidak perlu dicari sampai ke kebun jeruk)," kata Nursyafrida berharap.

Kegiatan mencari sinyal biasanya dilakukan pagi dan malam hari. Sebab pada waktu itulah, menurut Nursyafrida, datang SMS masuk di telepon genggamnya.

Tidak jauh dari rumah Nursyafrida, Musri (46), memiliki tempat HP di atas jendela rumah gadangnya, yang diberi pagar menggunakan dua utas tali rafia.

Musri menjejerkan satu unit telepon seluler dan tiga telepon pintar milik keluarganya di tempat itu, agar lebih mudah mendapatkan sinyal.

Musri yang juga bertugas sebagai koordinator agrowisata di kampung wisata Sarugo itu, mengaku kesulitan saat transaksi dengan pembeli jeruk di kebunnya.

Kecamatan Gunung Omeh merupakan sentra penghasil jeruk siam terbesar di Sumatera Barat. Di Kampung Wisata Sarugo, terdapat 200 hektare kebun jeruk yang dikembangkan menjadi agrowisata.

"Karena tidak bisa menelepon, kita kesulitan untuk berjanji dengan pengepul saat menjual jeruk di kebun kami," kata Musri.

Terkadang, kata Musri, pengepul datang ke kebun, saat panen sudah selesai dan jeruknya sudah habis, atau sebaliknya saat petani belum panen.

Di kampungnya, jika ingin menyampaikan pesan, harus langsung datang ke rumah atau sampaikan pesan dari mulut ke mulut.

Jaringan Internet Lelet

Wali Jorong Aia Angek, Nagari Koto Tinggi, Fachrurozi, sekaligus tokoh masyarakat setempat mengaku khawatir dengan aktivitas mencari sinyal yang dilakukan muda-mudi di kampungnya pada malam hari.

Fachrurozi menjelaskan, di Nagari Koto Tinggi terdapat provider swasta lokal yang memasang paket internet melalui Wifi di sejumlah titik, dengan tarif Rp3.000 per jam namun kecepatan lelet sementara yang memakainya sangat banyak.

Jaringan internet inilah yang dicari muda-mudi untuk belajar daring dan mengerjakan tugas mereka hingga malam hari.

"Di kampung ini, anak perempuan tidak boleh keluar malam dan berkumpul-kumpul, takut terjadi hal yang tidak-tidak. Tapi kita tidak bisa melarang karena memang mereka mengerjakan tugas sekolah," kata Fachrurozi.

Kebanyakan pelajar yang belajar daring adalah yang bersekolah di luar nagari Koto Tinggi, seperti di Payakumbuh atau di luar provinsi.

Seperti yang dirasakan seorang mahasiswi Universitas Negeri di Medan, Lelbasariko, yang mengaku kesulitan saat yudisium melalui video conference dari rumah gadangnya.

"Kami yudisium menggunakan zoom, saya beli voucher wifi per jam Rp3.000 itu, semula ada sinyal, tiba-tiba hilang, akhirnya tidak jadi. Saya tidak merasakan ikut yudisium kampus," katanya.

Akibatnya, ia pun kena teguran dari pihak kampusnya, dan terancam tidak bisa ikut wisuda dan kompetensi.

Untuk menikmati jaringan internet di kampungnya, Lelbasariko mengaku harus berpindah-pindah mencari sinyal wifi yang stabil, yang sedikit penggunanya.

Apalagi, menurutnya, Kampung Sarugo merupakan objek wisata, yang membutuhkan sinyal internet lebih baik agar promosi berjalan lancar.

"Jika mau dijadikan tempat wisata yang tanpa sinyal, hendaknya ada tempat khusus yang akses internetnya lancar, agar bisa bermanfaat bagi pengunjung dan pelajar," jelasnya.

Apalagi zaman digital sekarang, kata dia, internet menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat terutama anak muda.

Wakil Bupati Limapuluhkota Ferizal Ridwan mengatakan, sejak 2017 pemerintah daerah sudah mengusulkan kepada pihak terkait agar 39 titik blankspot di kabupaten itu teratasi.

Hal itu terus ia kawal dan upayakan, karena ia ingin tidak sejengkal pun wilayah di Limapuluhkota tidak tersentuh sinyal telepon dan internet.

"Kesulitan sinyal di Kampung Sarugo karena topografi wilayah, berada di lembah dan penuh berbukitan, yang membuat pantulan sinyal sulit dari tower terdekat," jelasnya.

Menurut Ferizal, tower seluler berada tidak sampai satu kilometer dari Kampung Sarugo, tepatnya di pasar Nagari Koto Tinggi.

Pihaknya akan terus membenahi dan menyiasati hal ini, di antaranya dengan mengusulkan agar dilakukan penambahan daya tower terdekat agar bisa menjangkau daerah lain.

Diakuinya, tanpa ada komunikasi, kampung ini akan sulit berkembang, karena pengunjung akan membutuhkan akses internet dan telepon serta bagi dunia pendidikan.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas
Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas

Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya

Baca Selengkapnya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi

Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!

Baca Selengkapnya
Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal

Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Puluhan Tahun Hidup Gelap Gulita tanpa Listrik dan Sinyal, Begini Nasib Warga di Kampung Terpencil Taman Nasional Baluran
Puluhan Tahun Hidup Gelap Gulita tanpa Listrik dan Sinyal, Begini Nasib Warga di Kampung Terpencil Taman Nasional Baluran

Kampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Lali Gadget Sidoarjo, Anak-anak Asyik dengan Permainan Tradisional sampai Lupa Pegang HP
Mengunjungi Kampung Lali Gadget Sidoarjo, Anak-anak Asyik dengan Permainan Tradisional sampai Lupa Pegang HP

Kampung ini menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap desa tempat tinggalnya

Baca Selengkapnya
4 Pendaki yang Hilang di Gunung Sanghyang Bali Ditemukan Selamat
4 Pendaki yang Hilang di Gunung Sanghyang Bali Ditemukan Selamat

Empat pendaki yang sempat dikabarkan tersesat di Gunung Sanghyang, Kabupaten Tabanan, Bali, akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati

Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan, Bakar Jagung hingga Sosis di Tanah Berapi yang Sudah Ada sejak Ratusan Tahun Silam
Mengunjungi Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan, Bakar Jagung hingga Sosis di Tanah Berapi yang Sudah Ada sejak Ratusan Tahun Silam

Sejak ratusan tahun lalu, setiap kali tanah di kawasan ini digali, selalu muncul api.

Baca Selengkapnya
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih

Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.

Baca Selengkapnya