BNPT Sebut Kelompok Terorisme Senang Rekrut Anak Muda
Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengatakan, sikap intoleran terhadap agama dapat menyebabkan bencana. Sehingga dia mengajak masyarakat untuk menghargai perbedaan.
"Seperti yang terjadi di Provinsi Kaltim pada 2016 silam, yakni ketika Gereja Oikumene di Kota Samarinda diledakkan. Itu adalah wujud tindakan dari orang-orang intoleran," katanya di Samarinda, Minggu (19/9).
Saat pertemuan dengan tokoh agama dan keluarga penyintas terorisme di Kaltim, dia menjelaskan, orang-orang intoleran sudah tersusupi alam pikirannya untuk mengadu domba.
Dalam pertemuan yang didampingi Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Untung Budiharto itu, Boy mengungkapkan, adu domba oleh orang intoleran dengan sasaran di antara warga, yakni dengan keyakinan menurut mereka adalah sebuah kebenaran, padahal itu adalah sebuah kekeliruan.
"Kasus terorisme dan intoleransi terus saja terjadi. Pengeboman gereja di Makassar dan terorisme di Mabes Polri, misalnya, kasus ini merupakan bukti bahwa propaganda jaringan terorisme terus menebar tindakan kebencian," terangnya seperti dilansir dari Antara.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lanjutnya, ada 120 negara di dunia yang terkena dampak propaganda teroris. Tingginya angka ini karena arus globalisasi dan banyak penduduk khususnya anak muda menggunakan sosial media.
"Berdasarkan data, saat ini ada sekitar 202 juta pengguna internet di Indonesia. Dari 202 juta ini, sekitar 80 persen sebagai pengguna media sosial yang 60 persennya adalah anak muda. Generasi Z, generasi milenial," tuturnya.
Kelompok terorisme tersebut, lanjutnya, senang merekrut anak-anak muda yang mereka anggap berani, idealis, dan sedang mencari jati diri.
"Generasi milenial ini dengan mudah mengikuti akun-akunnya, terus 'update' sampai pintar membuat surat wasiat (siap mati) untuk orang tuanya saat akan menjalankan aksinya. Itulah akhirnya dia menjadi pelaku bom bunuh diri," ucap Boy.
Menurutnya, perkembangan kelompok terorisme di Indonesia masih mengusung ideologi berbasis kekerasan dengan karakter ideologi teroris, yakni intoleransi, tidak bisa menerima perbedaan, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
"Karakter itulah yang diusung oleh terorisme. Kelompok ini mengusung slogan agama. Itu yang kita sayangkan, karena semua agama memiliki cinta kasih, semangat untuk mengasihi satu sama lainnya, dan menghormati perbedaan," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSL adalah warga Tangerang. Tetapi dua tahun terakhir tinggal di rumah meretuanya.
Baca SelengkapnyaDengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen (Purn) Boy Rafli Amar dianugerahi tanda penghormatan oleh Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaMenurut Kemenkumham, saat ini ada sebanyak 135.823 orang yang mendekam di lapas se-Indonesia, terdiri atas 21.198 orang tahanan dan 114.625 orang narapidana.
Baca SelengkapnyaAksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaTujuh orang tersangka berinisial SL,AM, DH dan DP, AI dan IY, serta FH
Baca SelengkapnyaPenangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI ini pasang badan terhadap 3 anak buahnya yang diamankan oleh polisi Malaysia.
Baca Selengkapnya