Merdeka.com - Dua tahun sudah kasus penyiraman air keras yang dialami penyidik KPK Novel Baswedan tak kunjung terungkap. Kasus ini berawal pada 11 April 2017 lalu, segala cara dan upaya untuk membongkar kasus ini sudah dilakukan.
Mulai dari membentuk tim khusus hingga melibatkan masyarakat. Namun hingga kini polisi belum juga berhasil mengungkap siapa pelakunya. Belum adanya titik terang dalam kasusnya membuat Novel Baswedan tidak tahu upaya seperti apa lagi yang patut dilakukan guna mempertanyakan kejelasan kasus yang terjadi dua tahun lalu itu.
"Pak Jokowi sudah tiga kali ngasih deadline, kita tunggu aja kita lihat. Enggak tahu mau ngomongin apa lagi," ujar singkat Novel seusai mengisi acara yang digagas Turun Tangan Jakarta, Sabtu (9/11).
Padahal Novel Baswedan sudah beberapa kali memberikan kisi-kisi terkait pelaku yang menyiram air keras. Berikut ulasannya:
Novel Baswedan mengaku sebelum peristiwa penyiraman air keras, 11 April 2017, dirinya sempat diberi informasi oleh petinggi Polri akan diserang.
"Saya mendapat informasi dari petinggi Polri sebulan sebelumnya bahwa saya akan diserang," kata Novel dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa dikutip merdeka.com, Rabu (26/7/2017).
Menurutnya, saat itu petinggi Polri itu memintanya untuk berhati-hati. Bahkan, petinggi Polri yang tak disebutkan namanya oleh Novel itu sempat menawarkannya penjagaan alias pengawalan.
"Tapi tidak mungkin saya (mau) karena saya dari KPK," katanya.
Dia mengatakan ada dua kelompok di Kepolisian yang berbeda sikap kepadanya. Kelompok pertama berusaha mengamankan atau melindungi dirinya. Sedangkan kelompok kedua mencari-cari kesalahannya.
"Ada 2 kelompok (Polri), ada yang berupaya mengamankan, ada yang mencari-cari kesalahan. Iya kelompok Polri," katanya kala itu.
Novel Baswedan mengungkapkan, diduga ada petinggi Polri yang terlibat kasus penyiraman air keras kepada dirinya. Bahkan, salah satu anggota Polri yang diduga terlibat sudah berpangkat jenderal.
"Satu jenderal diduga terlibat," katanya saat wawancara khusus dengan Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa di Metro TV seperti dikutip merdeka.com, Rabu (26/7/2017) lalu.
Dia menjelaskan, tidak bisa mengungkapkan apakah masih ada anggota Polri yang terlibat selain pejabat polri berpangkat jenderal.
"Saya rasa tidak pantas saya bicarakan di ruang terbuka," ujar Novel.
Sejak kejadian penyiraman air keras dua tahun lalu, tepatnya pada 11 April 2017, pelaku hingga kini belum juga diketahui dan diungkap polisi. Pasca kasus penyiraman air keras terjadi, polisi terus mendalami siapa dan apa motif pelaku melakukan hal tersebut.
Kemudian pada 24 November 2017, polisi merilis sketsa wajah terduga pelaku penyiraman air keras. Sketsa wajah terduga pelaku juga disebar ke kantor polisi di seluruh Indonesia. Polisi mendapat ciri-ciri wajah pelaku dari kesaksian warga yang melihat. Warga sekitar melihat sosok orang mencurigakan sesaat sebelum peristiwa terjadi.
"Dalam perjalanan penyelidikan ini, lebih kurang 66 saksi diperiksa, kemudian dari beberapa saksi yang sejak 2-3 bulan ini lalu mengerucut pada dua orang yang diduga sebagai pelaku penyiraman terhadap korban," kata Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Idham Azis, 24 November 2017.
Meski sudah merilis sketsa wajah pelaku, polisi belum bisa menangkap pelaku tersebut hingga kini.
Dua tahun kasus ini tak kunjung terungkap. Akhirnya pada 8 Januari 2019, Tito Karnavian yang menjabat sebagai Kapolri membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Tugasnya, menyelidiki kasus penyiraman air keras hingga mencari siapa pelakunya.
Saat itu, TPF diketuai Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis dan Tito menjadi penanggung jawabnya. Beberapa anggotanya terdiri dari unsur KPK, yaitu Budi Agung Nugroro, Harun, Novrizal, Herda K, Tessa Mahardika.
Kemudian dari pegiat HAM dan mantan wakil pimpinan KPK dan guru besar hukum pidana Universitas Indonesia, Indriyanto Seno Adji, Peneliti LIPI Hermawan Sulistyo, Ketua Ikatan Sarjana Hukum Indonesia Amzulian Rifai.
Setelah TPF dibentuk, Presiden Jokowi kemudian memberikan tenggat waktu selama 3 bulan atau sampai Oktober 2019 untuk menyelesaikan kasus ini.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada TPF (Tim Pencari Fakta, red) sudah sampaikan hasilnya dan hasil itu mesti ditindaklanjuti oleh tim teknis untuk menyasar dugaan-dugaan yang ada. Oleh sebab itu, kalau Kapolri sampaikan meminta waktu 6 bulan, saya sampaikan 3 bulan tim teknis harus bisa menyelesaikan apa yang kemarin diselesaikan," kata Jokowi, 19 Juli 2019.
Namun hingga tenggat waktu berakhir, kasus penyiraman Novel tetap jalan di tempat.
Sudah Oktober 2019, atau tepat tiga bulan tenggat waktu yang diberikan Presiden Jokowi untuk membongkar kasus Novel, Tim Pencari Fakta buatan Tito akhirnya gagal menyelesaikan tugasnya. Tenggat waktu yang diberikan sejak Juli 2019.
Apalagi posisi Kapolri sudah berganti, dari Tito Karnavian kepada Idham Azis. Namun kasus penyiraman air keras ini tak juga menemukan titik terang.
Presiden Jokowi kembali memberikan tenggat waktu untuk memecahkan misteri kasus ini sampai awal Desember 2019 kepada Kapolri Idham Azis.
"Saya sudah sampaikan ke Kapolri baru, saya beri waktu sampai awal Desember," kata Jokowi.
Sementara itu, sehari sebelum dilantik menjadi Kapolri, Idham Azis mengatakan akan menunjuk Kabareskrim untuk menyelesaikan kasus Novel.
"Kalau tidak ada aral melintang, besok saya kemungkinan besar akan dilantik oleh Bapak Presiden dan sesaat nanti setelah itu saya akan menunjuk Kabareskrim yang baru untuk segera mempercepat pengungkapan kasus Novel Baswedan," kata Idham.
Namun, setelah dilantik, Idham bungkam saat ditanya wartawan tentang pengusutan kasus penyerangan air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Alih-alih menjawab, mantan Kabareskrim itu hanya diam dan mengakhiri sesi tanya jawab. Idham lalu pergi meninggalkan Istana Negara.
Siapa pelaku yang menyiramkan air keras terhadap Novel Baswedan yang mengakibatkan mata kirinya cacat permanen, belum terungkap. Namun ada segelintir orang yang justru melontarkan tudingan miring kepada Novel. Novel justru dituding merekayasa kasus penyiraman air keras yang dialaminya.
Ia adalah Politikus PDIP Dewi Ambarwati alias Dewi Tanjung. Dia melaporkan Novel Baswedan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan penyebaran berita bohong terkait teror air keras.
"Saya melaporkan Novel Baswedan penyidik KPK terkait dugaan rekayasa kasus penyiraman air keras. Ada beberapa hal yang janggal dari rekaman CCTV dia, yakni dari bentuk luka, dari perban, kepala yang diperban tapi tiba-tiba mata yang buta begitu kan," ujar Dewi di Polda Metro Jaya, Rabu (6/11).
Dewi menduga Novel hanya berpura-pura saat terkena air keras. "Saya orang seni, saya juga biasa beradegan. Orang kalau sakit itu tersiram air panas reaksinya tidak berdiri, tapi akan terduduk jatuh terguling-guling. Itu yang saya pelajari, dan tidak ada reaksi dia membawa air untuk disiramkan," kata Dewi.
"Faktanya kulit Novel kan enggak apa-apa, hanya matanya. Yang lucunya kenapa hanya matanya sedangkan kelopaknya, ininya semua tidak (rusak)," kata Dewi menambahkan.
Dituding merekayasa kasus penyiraman air keras yang dialaminya, Novel Baswedan enggan menanggapi banyak atas laporan tersebut. Hanya dengan tegas, mantan Kasatgas kasus simulator SIM itu mengatakan tindakan Dewi ngawur.
Usai menghadiri acara yang digagas Turun tangan Jakarta, Novel justru khawatir ulah Dewi ditiru sejumlah pihak. Atas pernyataan Dewi tersebut, Novel juga mengatakan bahwa politisi yang gagal nyaleg itu justru hanya mempermalukan diri sendiri.
"Saya cuma ingin menyampaikan bahwa prihatin dengan perilaku perilaku yang buruk seperti ini. Kata-kata orang itu jelas menghina lima rumah sakit, tiga rumah sakit di Indonesia dan dua rumah sakit di Singapura" ujar Novel, Jakarta, Sabtu (9/11). (mdk/dan)
Baca juga:
VIDEO: Novel Baswedan Anggap Laporan Dewi Tanjung Aneh dan Lucu
Novel Soal Perpanjangan Waktu Penyelidikan: Enggak Tahu Mau Ngomong Apa Lagi
Novel Baswedan Khawatir Tindakan Dewi Tanjung Diikuti Pihak Lain
Haris Azhar Heran Dewi Tanjung Polisikan Novel: Apa Dia Ahli Medis?
Tim Kuasa Hukum Tuding Polisi Lamban Usut Kasus Novel Sampai Masuk Angin
Novel Baswedan Dilaporkan soal Rekayasa Penyiraman Air Keras, Ini Kata ICW
VIDEO: Novel Baswedan Anggap Laporan Dewi Tanjung Aneh dan Lucu
Haris Azhar Heran Dewi Tanjung Polisikan Novel: Apa Dia Ahli Medis?
Viral, Ibu Pukul dan Eksploitasi Anak jadi Pengemis
Novel Baswedan Khawatir Tindakan Dewi Tanjung Diikuti Pihak Lain
Novel Soal Perpanjangan Waktu Penyelidikan: Enggak Tahu Mau Ngomong Apa Lagi
Tim Kuasa Hukum Tuding Polisi Lamban Usut Kasus Novel Sampai Masuk Angin
Novel Baswedan Dilaporkan soal Rekayasa Penyiraman Air Keras, Ini Kata ICW
Kasus Sarang Burung Walet Libatkan Novel Diminta Dilanjutkan, Ini Kata Jaksa Agung
Tudingan & Fitnah Sesat Ini Amat Menyakitkan Novel Baswedan
Kirim Karangan Bunga, Unpad Salah Tulis Nama Rektor UI
Jokowi akan Resmikan Operasional KA Bandara Solo Tanggal 24 Desember
7 Makanan yang Bisa Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Ginjal
Semangat Penyandang Disabilitas Ikut Lomba Lari di Jalur Gaza
Warga Karawang Olah Limbah Cair Rumah Tangga Jadi Air Bersih
4 Zodiak Berjiwa Paling Kompetitif, Memandang Segala Hal seperti Perlombaan
Tingkatan Pajak Bahan Bakar, BPRD DKI akan Pasang RFID di SPBU
90 Korban Penipuan Laporkan Bos Akumobil ke Bareskrim Polri
9 Napi Kabur dari Tahanan Polsek Kerinci, 8 Tertangkap dan 1 Masih Buron
Sakit Hati dan Cemburu, Seorang Warga di Rembang Bakar 2 Pria
Belasan Sapi Mati Bersamaan Usai Disambar Petir di Kupang
DPD Golkar Bogor Nilai Pencabutan Moratorium DOB akan Berimbas Positif di Pemilu 2024
Garbi Depok Sebut Penurunan Billboard Tidak Dapat Ditolerir
Anggaran Komputer Ratusan Miliar Rupiah, BPRD DKI Tiru Kemenkeu
BNN Tingkatkan Operasi Jelang Perayaan Tahun Baru
Dinonaktifkan Dewan Pengawas, Dirut TVRI Helmy Yahya Melawan
Cegah Kerusakan Hutan, Pelajar di Riau Diingatkan Dampak Karhutla
Tiga Mobil Mewah yang Tunggak Pajak Ratusan Juta Terparkir di Apartemen Regatta
Wapres Ma'ruf Amin Tutup Munas Partai Golkar
BNN sebut Kandungan Ganja untuk Obat Belum Teruji
Wapres Sebut Munas Golkar Awalnya Gegeran dan Berakhir Gergeran
Tutup Munas Golkar, Wapres Ma'ruf Amin Harap Airlangga dan Bamsoet Kompak
Agung Laksono Kembali Jabat Ketua Dewan Pakar, Akbar Tandjung Dewan Kehormatan
Munas Golkar Ditutup, Airlangga Terima Kasih pada Bamsoet
Tambah Struktur Kepengurusan Dewan, Golkar Akomodasi JK dan Luhut
Erick Thohir Ungkap Kronologi Harley Selundupan dari Dua Surat Ini
Polda Papua Barat Periksa 3 WN China Terkait Penambangan Emas Ilegal di Tambrauw
Deretan Pariwara Lembaga Keuangan Terbaik Versi OJK