Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Membuka tabir pembunuhan massal PKI di Bali seperti kata Soe Hok Gie

Membuka tabir pembunuhan massal PKI di Bali seperti kata Soe Hok Gie PKI. ©foto IPOS

Merdeka.com - Tahun 1965-1966 menjadi fase gelap dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada periode tersebut, terjadi pembantaian massal besar-besaran terhadap orang-orang yang dituduh simpatisan dan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bali menjadi daerah tempat pembantaian massal terhadap mereka yang dituding komunis. Ini pernah diungkap Soe Hok Gie melalui esainya yang dibukukan dengan judul Zaman Peralihan. Soe Hok Gie memberi gambaran tentang Bali yang mencekam saat pembantaian anggota PKI.

"…Bali menjadi sebuah mimpi buruk pembantaian. Jika di antara pembaca ada yang mempunyai teman orang Bali, tanyakanlah apakah dia mempunyai teman yang menjadi korban pertumpahan darah itu. Ia pasti akan mengiyakan, karena memang demikianlah keadaan di Bali. Tidak seorang pun yang tinggal di Bali pada waktu itu yang tidak mempunyai tetangga yang dibunuh atau tidak dikuburkan oleh setan hitam berbaret merah yang berkeliaran di mana-mana pada waktu itu…" tulis Soe Hok Gie.

Kamis (29/10), menjadi hari penting membuka tabir kebenaran terjadinya pembantaian besar-besaran di Bali seperti yang pernah diungkap Soe Hok Gie. Warga Desa Pakraman Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali akhirnya melakukan pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI pada zaman pemberontakan G30S. Pembongkaran diawali dengan prosesi upacara khusus secara Hindu. Prosesi tersebut diikuti oleh ratusan warga krama (warga) adat setempat serta beberapa pihak keluarga jenazah dan disaksikan Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Sugiasa serta sejumlah saksi peristiwa.

Satu per satu saksi sejarah peristiwa itu buka suara. Ketua Legiun Veteran Jembrana, Ketut Gede menuturkan, anggota PKI yang berada di sana sedikit yang melakukan tindakan kekerasan. Namun saat peristiwa gerakan 10 September (Gestok) 1965, mereka justru dibantai habis-habisan.

"Yang jelas peristiwa Gestok di Jembrana terjadi setelah peristiwa G30S di Jakarta," ujar Ketut Gede ketua Legiun Veteran Jembrana dengan nada terbata-bata, Minggu (1/11).

Kakek (Kakiang) Kerende (96), salah seorang warga Mesean yang jadi saksi hidup pembantaian juga ikut angkat bicara. Kakek Kerende menuturkan, mereka dieksekusi warga menggunakan pedang. Tidak satu pun yang menggunakan senapan atau bedil. "Mereka itu dikubur di bulan awal-awal tahun 1966. Setelah kejadian G30S PKI di Jawa," jelasnya.

Merdeka.com merangkum kesaksian mereka soal pembantaian besar-besaran di pulau dewata. Berikut paparannya.

Dimulai kasus tertembaknya anggota TNI

Salah satu saksi sejarah di sana, Ketut Gede menerangkan bahwa gerakan pembantaian para anggota PKI di Jembrana terjadi merupakan imbas dari peristiwa penculikan tujuh jenderal di Jakarta. Menurutnya, tidak ada pemberontakan yang dilakukan PKI di Jembrana. Namun saat itu setelah diketahui ada tujuh jenderal yang diculik dan dibunuh, tanpa diperintah barisan PNI bersama TNI membunuh anggota PKI yang dijumpainya.

Tapi sebelum pembunuhan anggota PKI terjadi, terlebih dahulu didahului oleh kasus penembakan salah seorang anggota TNI dan dua orang Pemuda Ansor oleh diduga anggota polisi.

"Saat itu oknum polisi itu memimpin rapat gelap para anggota PKI di Desa Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Jembrana. Kemudian datang anggota TNI bersama dua pemuda Ansor untuk membubarkannya. Namun mereka ditembak oleh anggota polisi itu hingga ketiganya tewas," tutur pria yang mengaku kelahiran tahun 1944 ini.

Pembantaian terbesar di Jembrana

Sejak peristiwa penembakan anggota TNI dan pemuda Ansor, terjadi pembantaian besar-besaran anggota PKI. Ada yang dibunuh langsung dan ada pula yang ditangkap dan diletakkan di tahanan, namun akhirnya dibantai juga.

"Pembantaian yang terbesar di Jembrana terjadi di Desa Tegal Badeng, tempat berlangsungnya rapat gelap PKI yang dipimpin anggota polisi itu. Di Desa Tegal Badeng warganya disapu bersih karena sebagian besar warganya PKI," kenangan Ketut Gede sambil menatap atap rumahnya.

Pembantaian PKI di mana-mana

Bahkan tahanan-tahanan anggota PKI di kantor tentara yang tersebar di Jembrana diambil satu persatu dan dikumpulkan di Toko Wong yang berlokasi di Lelateng, Negara.

Setelah terkumpul di toko tersebut jumlahnya mencapai ratusan orang, kemudian dibunuh. Namun Ketut Gede mengaku tidak tahu siapa yang melakukan pembantaian PKI di toko Wong tersebut. 

"Yang jelas saat itu saya hanya bertugas mengambil mayat PKI di toko Wong untuk dikuburkan. Seingat saya mayat yang saya angkut dengan truk jumlahnya sekitar 30 orang," tutur mantan anggota TNI ini.

Ketiga puluh orang anggota PKI yang dia bawa dikuburkan di pinggir Pantai Candi Kusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana. Pemberangkatan dari toko Wong hingga dikubur mendapat pengawalan ketat dari aparat TNI. Satu liang kubur berisi sekitar 3 sampai lima orang.

"Yang jelas saat itu terjadi pembantaian anggota PKI di mana-mana. Termasuk di desa-desa yang ada di Jembrana. Tapi peristiwa yang terjadi di desa-desa saya tidak tahu karena saya bertugas di kota," terangnya.

Dibunuh bersamaan dan dikubur massal

Kakek (Kakiang) Kerende (96), salah seorang warga Mesean yang jadi saksi hidup pembantaian menuturkan, setelah kasus G30S PKI di Jawa pecah dan para anggota PKI berhasil ditumpas, para anggota PKI di Jembrana semuanya menyerah.

"Termasuk yang di Mesean ini. Para anggota PKI yang memang warga sini tidak ada yang berani melawan. Semuanya menyerah," tuturnya.

Setelah itu di Banjar Mesean, kata Kakiang Kerende, para anggota PKI semuanya ditangkap dan dikumpulkan. Tidak ada perlawanan, mereka hanya pasrah.

"Mereka lantas digiring ke tempat ini (tempat kuburan massal). Kemudian mereka dibariskan dan dibunuh secara bersamaan. Saya sendiri melihatnya sambil mengintip di balik semak-semak bersama beberapa pemuda kala itu," ujarnya.

Perintah habisi PKI meski tidak memberontak

Menurut Kakiang Kerende, ada sembilan orang warga lokal Mesean yang dibunuh dan dikubur di tempat tersebut dan dua orang warga pendatang, satu dari Tabanan dan satu lagi dari Lateng, Negara.

"Yang dari Tabanan itu memang tinggal di sini beberapa hari sebelum dibantai. Dia kabur dari Tabanan ke sini karena takut ditangkap. Begitu pula yang dari Leteng," imbuhnya seraya meyakinkan hanya jumlah tersebut yang dilihatnya. Untuk korban yang lainnya, dirinya tidak tau.

"Mereka memang anggota PKI, tapi setahu saya mereka tidak melakukan pemberontakan. Saat itu memang ada perintah untuk menangkap dan menumpas anggota PKI, seperti daerah-daerah lainnya," lanjut kakek berjenggot putih ini.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Turis Asing ke Bali Wajib Bayar Rp150 Ribu Mulai Februari 2024, Begini Mekanismenya
Turis Asing ke Bali Wajib Bayar Rp150 Ribu Mulai Februari 2024, Begini Mekanismenya

Pungutan Rp150 ribu ke turis asing akan diberlakukan di seluruh pintu masuk Pulau Bali.

Baca Selengkapnya
PSI Janjikan Pembangunan Bandara di Bali Utara Jika Masuk Senayan
PSI Janjikan Pembangunan Bandara di Bali Utara Jika Masuk Senayan

Di Bali, Kaesang juga membagikan kaus Pecinta Belimbing Sayur saat Kampanye

Baca Selengkapnya
Parah! Sopir Taksi di Bali Terekam Peras 2 Bule USD50, Tak Diberi Ancam Pakai Pisau
Parah! Sopir Taksi di Bali Terekam Peras 2 Bule USD50, Tak Diberi Ancam Pakai Pisau

Dua turis itu berulang kali meminta untuk turun, tetapi mobilnya terus melaju sambil memalak dua bule.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kaesang Ajak Warga Bali Coblos Prabowo-Gibran dan PSI
Kaesang Ajak Warga Bali Coblos Prabowo-Gibran dan PSI

Kaesang menargetkan dapat satu kursi DPR dari Bali.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Wayan Koster soal Pemeriksaannya Terkait Kasus Korupsi
Blak-blakan Wayan Koster soal Pemeriksaannya Terkait Kasus Korupsi

Polda Bali mengatakan, terkait dugaan korupsi masih didalami kebenarannya karena hal itu baru sebatas laporan.

Baca Selengkapnya
Caleg PKB di Bali Siap Ditembak Mati Jika Korupsi, Ini Reaksi Cak Imin
Caleg PKB di Bali Siap Ditembak Mati Jika Korupsi, Ini Reaksi Cak Imin

"Pokoknya komitmen antikorupsi harus dibuktikan dengan perbaikan sistem, peningkatan aparat yang bersih, itu yang paling pokok," kata Cak Imin.

Baca Selengkapnya
Kaesang Ingin Ajak Jokowi Kampanye untuk PSI: Tapi Beliau Sibuk
Kaesang Ingin Ajak Jokowi Kampanye untuk PSI: Tapi Beliau Sibuk

Kaesang tak mengetahui apakah Jokowi akan mengajukan cuti untuk kampanye Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Tiga Orang Jadi Tersangka Usai Ketahuan Gelar Nobar Ilegal di Bali, Salah Satunya Warga Negara Asing
Tiga Orang Jadi Tersangka Usai Ketahuan Gelar Nobar Ilegal di Bali, Salah Satunya Warga Negara Asing

Penetapan tersangka setelah kelompok kerja penindakan DJKI Kemenkum HAM bersama dengan Korwas dan pihak ahli hak cipta melakukan gelar perkara.

Baca Selengkapnya
Besok, Gibran Kampanye di Lumbung Suara PDIP di Bali
Besok, Gibran Kampanye di Lumbung Suara PDIP di Bali

Buleleng adalah tempat bersejarah bagi Bung Karno di Bali

Baca Selengkapnya