Menelusuri Jejak Kerajaan Sriwijaya di Palembang
Merdeka.com - Kerajaan Sriwijaya disebut-sebut sebagai kerajaan besar yang pernah ada. Tak hanya menguasai Nusantara, pada masanya kerajaan maritim itu juga menjelajah ke Asia Tenggara dan Selat Malaka.
Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui pusat kerajaan itu. Namun, para peneliti dunia menyebutkan Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang, Sumatera Selatan.
Peneliti dari Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwanti mengatakan, Palembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya berdasarkan prasasti-prasasti peninggalan yang ditemukan di kota itu. Semua prasasti tersebut ditulis menggunakan aksara atau huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
"Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dengan wilayah kekuasaan sangat luas. Kerajaan Sriwijaya adalah nyata dan fakta sejarah, bukan fiktif," ungkap Retno kepada merdeka.com.
Prasasti pertama yang menyebutkan nama Sriwijaya adalah prasasti Kota Kapur yang ditemukan pertama kali oleh JK Meulen di Desa Kota Kapur, Kepulauan Bangka Belitung pada 1892. Prasasti ini memiliki tinggi sekitar 1,5 meter dan berangka 608 saka atau 686 masehi.
Kemudian, seorang ahli epigrafi bangsa Belanda bernama H Kerm meneliti temuan itu. Dalam tulisannya, Kerm menyebut Sriwijaya sebagai nama seorang raja, namun Goerge Coedes (1918) menerbitkan tulisan dengan judul 'Le Royueme Sriwijaya' yang mengidentifikasi Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan.
Nama Kerajaan Sriwijaya semakin kuat ketika penemuan prasasti Kedukan Bukit di sebuah rumah warga di Lorong Kedukan, Kelurahan 35 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang. Prasasti itu ditulis pada sebuah batu andesit yang tidak dibentuk, masih dalam keadaan alami.
Pada batu tersebut tertulis tiga pertanggalan penting sampai terbentuknya sebuah kampung (wanua). Pertanggalan pertama yaitu pada 23 April 682 ketika Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang merupakan Maharaja Sriwijaya pertama melakukan perjalanan suci, untuk merayakan Hari Trisuci Waisak.
Pertanggalan kedua yakni 19 Mei 682. Diceritakan, Dapunta Hyang dengan membawa lebih dari dua laksa tentara dengan 200 peti perbekalan naik perahu dan 1.312 orang berjalan kaki berangkat dari Minana. Dan pada 16 Juni 682 rombongan Dapunta Hyang tiba di Mukha Upan, kemudian membuat kampung dan Sriwijaya menang.
"Prasasti Kedukan Bukit menjadi salah satu kunci keberadaan Kerajaan Sriwijaya," terangnya.
Penguatan keberadaan Kerajaan Sriwijaya dengan ditemukannya prasasti Telaga Batu di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, pada 1935. Prasasti ini memuat struktur birokrasi dan wilayah Kedatuan Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu juga ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, terdiri dari 28 baris tulisan. Secara garis besar isinya kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan, pengkhianatan, dan tidak taat kepada perintah datu.
Selanjutnya, ditemukan lagi prasasti Talang Tuo berangka tahun 686 Masehi tentang Taman Sriksetra di Talang Kelapa, Palembang, pada 1920. Prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno terdiri dari 14 baris itu dipahat pada sebuah batu berbentuk persegi jajaran genjang. Isinya tentang pembangunan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang pada 23 Maret 684 dengan tujuan untuk kesejahteraan semua makhluk.
"Artinya, Dapunta Hyang telah memikirkan tata kelola kota Sriwijaya, dia membuat taman yang ditanami banyak pepohonan dan buah untuk kepentingan semua makhluk," mata dia.
Keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang juga dibuktikannya dengan beragam prasasti lain yang ditemukan di Palembang. Semisal prasasti Bukit Siguntang, Boom Baru, Sabokingking, Kambangunglen, Baturaja dan Prasasti Siddhayatra.
Ada juga 19 situs yang sudah didata dengan carbon dan diperoleh pertanggalan 650-686 Masehi. Begitu juga dengan temuan arca baik pada abad ke-7 maupun abad ke-9.
"Seluruh temuan itu sudah cukup membuktikan eksistensi Kerajaan Sriwijaya dan terpusat di Palembang," kata dia.
Banyak Prasasti Belum Ditemukan
Sementara pemerhati Kerajaan Sriwijaya, Dudi Oskandar mensinyalir masih banyak situs-situs atau prasasti kerajaan itu yang masih belum ditemukan. Hanya saja, posisinya sudah sulit dijangkau lantaran telah dipenuhi pemukulan penduduk.
"Begitu juga di Sungai Musi. Tak heran banyak temuan barang-barang antik dari sungai itu karena Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim, menguasai laut dan sungai," terangnya.
Dudi berharap lokasi-lokasi penemuan prasasti dapat dipertahankan keberadaannya sebagai tapak tilas Kerajaan Sriwijaya. Sebab, hampir semua tempat-tempat penemuan tak lagi diketahui lagi dan jika pun ada terkesan tak terawat dengan baik.
"Seperti lokasi penemuan prasasti Talang Tuwo, lokasinya berada di kebun sawit, hanya dipasang penutup, jalannya sulit diakses, belum lagi lokasi-lokasi penemuan lain, tidak mudah mencarinya," tukasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaPerjanjian Kalijati adalah awal mula era penjajahan Jepang di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaGagasan itu dikatakan Surya Paloh perlu dihormati.
Baca SelengkapnyaWilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSebuah komando militer yang dibentuk saat masa perjuangan kemerdekaan di Sumatera Tengah ini awalnya untuk memerangi para penjajah Belanda setelah PD II.
Baca SelengkapnyaTanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Baca Selengkapnya