Merdeka.com - Ahmad Sofyanto (27) menjadi kepala desa termuda di Kabupaten Banyuwangi. Bersama istri dan anaknya, Sofyanto datang ke Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi untuk mengikuti prosesi sumpah dan pelantikan sebagai Kepala Desa Kenjo, Kecamatan Glagah. Sofyanto menjadi yang termuda dari 130 kepala desa terpilih, dalam kontestasi Pilkades serentak Oktober 2019.
Mulanya, Sofyanto tidak memiliki niat untuk maju dalam kontestasi Pilkades serentak. Dia merupakan sosok pemuda yang jarang dikenal di Desa Kenjo. Namun akhirnya Sofyanto berani mendaftarkan diri karena didorong oleh sesama pemuda yang ada di desanya.
"Kendala enggak karena tidak berdasarkan ambisi, jadi siap saja. Kalah diterima, kalau menang ya rezeki, karena untuk nyalon tidak diprediksi warga, jadi ini atas dorongan pemuda-pemuda, teman teman pemuda minta, nyalon saja, pas saya pulang liburan kuliah," kata Sofyanto di Pendopo, Rabu (20/11).
Saat itu, Sofyanto akhirnya memutuskan mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Kenjo di akhir masa pendaftaran. Sosoknya yang jarang dikenal membuat tiga calon kepala desa yang lain tidak menyangka akan ada pesaing tambahan. Dari total empat pasangan calon kepala desa, satu diantaranya merupakan petahana.
"Saya lengkapi dokumen dan dikumpulkan, pas hari terakhir, jadi calon lain tidak menyangka. Dan itu pengumuman saya mau nyalon tidak jauh dari tanggal pencalonan," ujarnya.
Sofyanto jadi sosok yang kurang dikenal di desanya karena sejak duduk di bangku SMA 1 Banyuwangi, dia sudah ngekos atau menyewa tempat tinggal. Namun profil pendidikannya yang bisa melanjutkan di Universitas Brawijaya, Malang dan Southeast University, China, membantu dirinya meraih suara terbanyak. Selain itu Sofyanto juga menjadi salah satu pemuda yang pernah umrah ke tanah suci Mekkah.
"Tantangan paling kenceng saya sosoknya kurang dikenal, sejak SMA kos di SoBo, SMA 1 Banyuwangi. Kemudian kuliah di Malang Brawijaya, teknik pertanian 2011 dan Kuliah di Cina tahun 2015," paparnya.
Meski belum lulus di dua kampus, status Sofyanto saat mencalonkan diri sebagai kepala desa merupakan mahasiswa. Dia berencana untuk melanjutkan pendidikannya dengan sistem terminal, melanjutkan semester pendidikannya di kampus Universitas Airlangga (Unair) yang ada di Banyuwangi.
"Sampai sekarang belum lulus, rencana bakal, Nanti sambil menjabat saya akan kuliah lagi, di Unair," terangnya.
Sofyanto mengambil jurusan Teknik Pertanian di Brawijaya hingga semester 6, kemudian dia mendapat rekomendasi dari dosennya untuk lanjut kuliah di China. Sofyanto akhirnya lolos seleksi mendapat beasiswa Chinese Government Scholarship (CGS) dari pemerintah China. Di Kampus Southeast University China, Sofyanto mengambil jurusan arsitektur.
"Kemarin pulang untuk umroh, setelah umroh saya didorong oleh pemuda di desa untuk mendaftar calon kepala desa," terangnya.
Ke depannya, Sofyanto berkomitmen untuk menjaga kepercayaan publik sesuai dengan janji-janjinya. Apalagi, Desa Kenjo yang terkenal stigma santet, bakal diubah menjadi desa yang maju dan percaya diri.
"Serupa dengan gagasan Bupati Banyuwangi yang terus mengubah Banyuwangi dari kota santet ke kota sunrise," jelasnya.
Sesai semangat pemerintah daerah, Sofyanto juga ingin merubah wajah Desa Kenjo menjadi lebih dikenal positif.
"Bagi saya ini tantangannya berat, ini tanggung jawab baru dan tidak mudah. Kita lihat dulu datanya, apakah jadi wisata. Renaca saya akan usung konsep wisata pertanian, saya punya dasar arsitek dan pertanian, mencari sisi hal baru yang belum ada," terang bapak satu anak inI.
(mdk/paw)
Ingin Belajar Program Inovasi, Bupati Belitung Timur Boyong Jajarannya ke Banyuwangi
Banyuwangi Raih Penghargaan Tertinggi untuk Kabupaten Sehat
Kepanikan Turis Dikejar Harimau Saat Kunjungi Taman Nasional
Warga Cluring Banyuwangi Sulap Sungai Penuh Sampah Jadi Lokasi Wisata
Banyuwangi Batik Festival, Samuel Wattimena Siap Berkolaborasi dengan Desainer Daerah
Majukan Desa, Bupati Anas Syaratkan Empat Acuan Program Prioritas
Perkuat Koordinasi, Bupati Anas Kumpulkan Seluruh Kepala Desa Terpilih
Serunya Berlari di Tengah Kawasan Geopark Alas Purwo Banyuwangi
Ratusan Siswa Jawa Timur-Bali, Buat Jembatan Berbahan Spageti di Banyuwangi
Menguji Ketangguhan dalam Maraton 109 Km Lintasi Gurun Ica
Seorang Pria Tewas Usai Terjun dari Lantai 4 Galaxy Mal Surabaya
IIMS Motobike 2019: Total Transaksi Rp11 Miliar dan 133 Unit Motor Terjual
Mengapa Kasus Pemerkosaan di India Makin Mengerikan?
Twitter Perbarui Kebijakan Privasi Data
Kebijakan Mencengangkan Erick Thohir Rombak Ulang Aturan BUMN
Tak Kenal Maka Tak Sayang Angkie Yudistia
5 Hal yang Membuat Mata Tampak Lelah Kendati Sudah Cukup Tidur
Menanti Siapa Dewan Pengawas KPK Pilihan Jokowi
TKI di Hong Kong Ditangkap lalu Dideportasi Usai Beritakan Demo
Kontroversi Usulan Jokowi Ganti Eselon dengan Robot, Ini Untung Ruginya
Telkomsel Siapkan Gelaran The NextDev Summit 2019
Mengenal Jenis-jenis Granat dan Fungsinya, Ini yang Meledak di Monas
Kisah Pasangan Suriah Menikah di Pengungsian
Enaknya Jadi PNS di Era Jokowi, Kerja dari Rumah Sampai Bisa Tambah Libur Sendiri
Fakta-Fakta soal Hakim PN Medan Diduga Dibunuh Orang Dekatnya
Serangan Beruang Madu Betina di OKU Tewaskan Seorang Warga
Komjen Firli Jabarkan 6 Tupoksi KPK: Demi Indonesia Bebas Korupsi
Mau Berikan Karangan Bunga Matahari? Ini Arti di Baliknya
Pengunjung Lapas Kediri Ketahuan Sembunyikan Narkoba di Pakaian Dalam
Mendikbud Nadiem Minta Sosok Ayah Tak Cuma Sibuk Cari Duit
Lolos P3K, Ribuan Guru Honorer di Bogor Masih Digaji Rp500.000 per Bulan
Seorang Mahasiswa di Kupang Cabuli Gadis Disabilitas
Polisi Sita 80 Kg Ganja Siap Edar untuk Karyawan dan Buruh di Karawang
PNS di Kutai Kertanegara Kembali Masuk Bui, Dulu Pemakai Sekarang Bandar Narkoba
Salahi Aturan, Proyek IPAL Komunal Senilai Rp 900 Juta di Solo Dibongkar
Angka Balita Stunting di Bekasi Mencapai 16,7 Persen
Farah Ann, Bintang Senam Artistik Malaysia yang Mempesona