Merdeka.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dinilai sebagai pemimpin yang tegas dari segi ideologi. Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan Jokowi berani menindak kelompok radikal yang tidak mau mengakui Pancasila sebagai dasar negara.
"Secara ideologi, Jokowi ini orang yang berani mengambil risiko untuk menggebuk ormas yang tidak menjunjung tinggi pancasila dan NKRI. Artinya Jokowi mengambil risiko berhadap-hadapan dengan kelompok-kelompok yang selama ini tidak mengakui Pancasila dan demokrasi sebagai sistem politik kita," ujar pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno di Jakarta, Selasa (26/3).
Adi menilai langkah Jokowi membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bukan perkara mudah karena bukan kebijakan populer. "Jokowi tidak kompromi dengan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mengakui Pancasila. Jadi tidak ada tempat bagi siapa pun di negara ini yang tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Dan itu yang dilakukan Jokowi," jelas Adi.
Ideologi akan menjadi salah satu tema debat keempat Pilpres pada Sabtu, (30/3). Menurutnya, Jokowi bakal lebih menguasai tema ideologi tersebut karena berasal dari sipil.
"Mungkin karena Jokowi pemimpin sipil. Pemimpin sipil cenderung berani mengambil risiko berhadap-hadapan dengan kelompok-kelompok yang enggak setuju dengan Pancasila. Kalau logika politiknya militer cenderung zero enemy," kata Adi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu menilai pemimpin militer tidak mau ambil risiko, contohnya Susilo Bambang Yudhoyono. Pemimpin militer akan meminimalisir kelompok berseberangan dengan cara merangkul.
"SBY begitu, HTI itu kan besar juga di zaman SBY. Cuma karena Pak SBY cenderung tidak mau berkonfrontasi. Karena dianggap kelompok-kelompok radikal ini bisa dibina dengan cara pelan-pelan makanya tidak dibubarkan," jelas Adi.
"Tapi kelompok ini pintar juga menyembunyikan agenda politiknya. Mereka tidak konfrontasi terhadap negara tapi pada saat bersamaan mereka semakin konsolidatif. Mereka melebarkan sayap politiknya di mana-mana," imbuhnya.
Di bidang keamanan, kata Adi, Jokowi juga unggul. Sebab situasi keamanan selama lima tahun terakhir cukup terkendali. "Terorisme nyaris tidak ada. Ada satu dua cepat dilokalisir dan diredam, tidak merembet ke mana-mana. Pertahanan negara juga tidak ada ancaman yang nyata," tegasnya.
Menyoal kritik dari sejumlah pihak tentang jarangnya Jokowi hadir di acara-acara internasional, Adi mengatakan hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, Jokowi juga punya prestasi luar biasa di bidang hubungan luar negeri.
"Menurut saya yang paling nyata sikap dan keberpihakan Pak Jokowi dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Sekalipun dunia internasional pada dukung Israel, tapi Jokowi tetap mendukung Palestina, itu harga mati. Itu soal sikap kemanusiaan. Jadi menurut saya tidak benar juga bila dikatakan Jokowi absen," tutupnya.
Debat Capres keempat akan digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3) mendatang. Tema yang diusung dalam debat keempat Pilpres 2019 adalah ideologi, pemerintahan, keamanan serta hubungan internasional.
Baca juga:
KPU Umumkan Televisi Penyelenggara Debat ke-4 Capres
BPN Minta KPU Bersikap soal Penolakan Metro TV Siarkan Langsung Debat Pilpres
Jelang Debat 4, BPN Siapkan Simulasi Tanya Jawab Untuk Prabowo
BPN Prabowo-Sandiaga Keberatan Metro TV Jadi Penyelenggara Debat Keempat Pilpres
Alasan BPN Laporkan Metro TV Ke KPU
(mdk/ray)
Usai Kampanye Akbar, Jokowi akan Ngopi Bareng Komunitas Milenial Kota Dumai
Fadli Zon Sindir Jokowi: Kalau Elektabilitas Petahana di Bawah 50%, Itu Game Over!
Tersangka Persekusi Banser Ditangkap Polisi
Usai Kampanye di Malang, Jokowi Sempat Ngopi di Warung Bareng Erick Thohir & Luhut
Ketua DPR Tagih Janji Jokowi Pisahkan Ditjen Pajak dengan Kementerian Keuangan
Jokowi Kampanye Akbar di Dumai
Tokoh NU Pimpin Doa & CEO Arema Naik Panggung Kampanye Jokowi di Malang
Kumpulan Survei Merekam Jumlah Pemilih Belum Tentukan Pilihan Capres
Pernak-Pernik Kampanye Terbuka Jokowi-Prabowo
Minibus Hantam Tronton di Tol Madiun, 1 Tewas dan 6 Penumpang Luka
Ramah Lingkungan, Air New Zealand Mulai Gunakan Cangkir yang Bisa Dimakan
KPK Dalami Temuan PPATK Soal Kepala Daerah Simpan Uang di Kasino Luar Negeri
Depresi, Pria di Malang Potong Tangannya Gunakan Golok
Pemerintah Diminta Beri Kepastian Soal Moratorium Pemekaran Daerah
Antisipasi Banjir, Turap Kali Ancol Ditinggikan
Fendi Rilis Tas Eksklusif Beraroma Parfum Pertama di Dunia
ICW Kritik Jokowi: Koruptor Bisa Dihukum Mati, Tapi Hukuman Napi Dikurangi
PPP Putuskan Muktamar IX Dipercepat Setelah Pilkada 2020
Pemilihan Dipercepat Setelah Pilkada 2020, Ini Kandidat Calon Ketum PPP
Uji Coba Sistem Satu Arah di Jalan RM Margono Djojohadikoesoemo
VIDEO: Memulihkan Jiwa Lewat Sentuhan Karya
Eselon III dan IV Dipangkas, Negara Berpotensi Hemat Hingga Rp14 Triliun
Kontestan Jamaika Sabet Gelar Miss World 2019
Gempa 6,9 Magnitudo Guncang Melonguane Sulawesi Utara
PPP Muktamar Pondok Gede: Nabi Ada yang Ngaku Palsu, Apalagi Ketua Umum
Soal Dewan Pengawas KPK, ICW Minta Jokowi Tunggu Proses Putusan Gugatan di MK
Petugas PPSU Jelambar Sebut Masuk Got Bukan Syarat Perpanjangan Kontrak
Polisi Ringkus Pelaku Pembunuhan Mahasiswa UIN Alauddin yang Hamil 4 Bulan
Hasil Pertandingan Liverpool vs Watford: Liverpool Unggul 2-0
Tidur Siang dan Malam yang Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Stroke
Indonesia Gugat Uni Eropa ke WTO Soal Diskriminasi Kelapa Sawit
Jelang Laga Melawan Bali United, Pelatih Arema Harapkan Kualitas dari Tim
Melihat Progres Pembangunan Tol JORR II di Kawasan BSD
Tali Pengaman Putus, AKBP Andi Meninggal Terjatuh saat Panjat Tebing Gunung Parang
Hasil Pertandingan Real Sociedad vs Barcelona: Imbang dengan Skor 2-2
Partai Gerindra: Hukuman Mati Tidak Buat Jera Para Koruptor
Kementerian PUPR Berencana Siapkan Hunian Vertikal untuk Kaum Milenial