Tengah Ramai Dibahas, Ini Penjelasan IDAI Terkait Olahan ASI Perah menjadi Bubuk
Perubahan ASI menjadi bentuk bubuk saat ini tengah ramai. Ketahui panduan dan pendapat IDAI terkait hal ini.
air susu ibuTengah Ramai Dibahas, Ini Penjelasan IDAI Terkait Olahan ASI Perah menjadi Bubuk
Perubahan ASI menjadi bentuk bubuk saat ini tengah ramai. Ketahui panduan dan pendapat IDAI terkait hal ini.
Pemberian air susu ibu (ASI) baik dengan menyusui langsung atau memerah merupakan dua metode yang biasa digunakan. Saat ini, tengah ramai dibahas mengenai satu teknik lagi yaitu pembekuan ASI.
Belakangan ini, metode pembekuan ASI dan konversinya menjadi bubuk, yang dikenal sebagai freeze-drying atau lyophilization telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat, terutama di media sosial.
Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan ASI dari 6 bulan menjadi 3 tahun dalam freezer, dengan alasan efisiensi penyimpanan dan kenyamanan bagi ibu yang ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.
- Cara Menghilangkan Bekas Jerawat secara Alami, 15 Bahan Ini Ampuh Hilangkan Jerawat dalam Semalam
- Cuma dengan Satu Bahan Dapur, Begini Cara agar Minyak Jelantah Jadi Jernih Lagi
- Gunakan Metode Tanam yang Berbeda, Pria Ini Ungkap Rahasia Sukses Bisnis Sayuran Hidroponik di Riau
- Mencicipi Kue Gandus, Kudapan Berbahan Ikan Khas Palembang Dipadukan dengan Taburan Unik
- Mengaku Nabi Ismail, Pria Pemimpin Sekte Sesat Ini Sekap 251 Anak untuk Tujuan Mengerikan
- Bacaan Asholatu Khairum Minannaum dan Artinya, Perlu Diketahui
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr. Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), menyampaikan pandangan terkait metode ini. Dia mengemukakan bahwa proses freeze-drying, yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan air, dapat berdampak pada rasa dan kualitas ASI.
Namun, hingga saat ini, belum ada bukti penelitian yang memadai untuk menentukan apakah ASI yang dihasilkan melalui proses freeze-drying memiliki kandungan nutrisi yang tepat untuk bayi, termasuk zat aktif yang penting untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr. Naomi dilansir dari Antara.
Proses freeze-drying melibatkan pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 Celsius selama beberapa jam, diikuti dengan mengubah ASI beku menjadi bubuk menggunakan teknik sublimasi. Hal ini menghasilkan susu bubuk yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Namun demikian, proses pembekuan ASI konvensional yang sering dilakukan di rumah juga telah terbukti dapat menyebabkan perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, serta penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring dengan lamanya penyimpanan beku.
Salah satu kekhawatiran terkait penggunaan metode freeze-drying adalah tidak melalui proses pasteurisasi, yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya. Meskipun pasteurisasi dihindari untuk menjaga probiotik penting dalam ASI, hal ini meninggalkan risiko kontaminasi yang perlu diwaspadai, terutama saat air ditambahkan pada bubuk freeze-dried ASI sebelum dikonsumsi bayi.
“Menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” ujar Dr Naomi.
Oleh karena itu, menyusui tidak hanya sebatas memberikan nutrisi ASI, tetapi juga menciptakan hubungan yang mendalam antara ibu dan bayi.
Meskipun metode freeze-drying merupakan temuan relatif baru, namun belum ada bukti ilmiah yang memadai untuk mendukung penggunaannya. Sampai saat ini, tidak ada aturan atau rekomendasi resmi dari organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), American Academy of Pediatrics (AAP), atau Food and Drug Administration (FDA) terkait penggunaan metode ini.
Oleh karena itu, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mempromosikan atau menggunakan freeze-dried ASI, terutama bagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti bayi prematur atau bayi dengan gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.