Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lestarikan Badak Sumatra, Seorang Dokter Hewan Dedikasikan Hidupnya hingga Tutup Usia

Lestarikan Badak Sumatra, Seorang Dokter Hewan Dedikasikan Hidupnya hingga Tutup Usia Umi Pipik. YouTube Trans TV Official ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Badak Sumatra merupakan salah satu satwa endemik Sumatra yang keberadaannya kini terancam punah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak pihak untuk menjaga populasi badak yang semakin berkurang jumlahnya.

Di Sumatra sendiri, pusat konservasi badak berada di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Sumatra. Di taman nasional ini berbagai upaya penelitian dan konservasi terus dilakukan untuk membantu memastikan masa depan spesies yang terancam punah ini.

Tak banyak yang tahu, ada seorang dokter hewan yang dikenal penuh pengabdian mendedikasikan hidupnya bagi kelestarian Badak Sumatra.

Marcellus Adi Riyanto, seorang dokter hewan dan ahli konservasi yang berada di barisan depan penelitian veteriner dan reproduksi spesies badak di penangkaran di Indonesia.

Penuhi Panggilan Hati

penuh pengabdian dokter hewan ini dedikasikan hidupnya demi lestarikan badak sumatra

Sumber: mongabay.co.id ©2020 Merdeka.com

Dilansir dari mongabay, Marcel merupakan lulusan kedokteran hewan di Institut Pertanian Bogor. Ia jatuh cinta dengan badak pertama kali saat penelitian tesisnya di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta.

Lulus tahun 1983, Ia memenuhi panggilan hatinya untuk bergabung dengan Yayasan Mitra Rhino, organisasi pertama negara yang didedikasikan untuk satwa ini.

Banyak program-program upaya untuk melindungi badak sumatra di Indonesia bisa terlaksana karena Marcel.

“Kontribusi Marcel untuk penelitian dan konservasi Badak Sumatra sangat besar. Informasi tentang badak sumatra yang telah diterima oleh kita sampai saat ini adalah salah satu mahakarya dia.” kata staf di Aliansi Lestari Rimba Terpadu (AleRT), Den Danang Wibowo.

Abdikan Dirinya untuk Kelestarian Badak Sumatra

Marcel datang sebagai dokter hewan di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS), Way Kambas pada akhir tahun 1990-an. Pada tahun 2000, Marcel menjadi manajer pertama di fasilitas penangkaran itu. Ia melakukan survei taman badak, dan menyajikan serangkaian perbincangan mengenai konservasi.“Beliau seorang pekerja keras, sangat mencintai badak, hal itu juga yang menginspirasi saya. Pada saat itu, tidak banyak dokter hewan ingin menghabiskan hidup di hutan untuk satwa liar. Marcel coba mengubah paradigma dengan konservasi badak. Saat ini, banyak dokter hewan bekerja dengan satwa liar di Indonesia. Marcel memberi contoh baik untuk generasi muda dokter hewan.” kata International Rhino Foundation-Indonesia Coordinator, Sectionov yang juga kolega Marcel selama satu dekade.

Mendirikan Kelompok Konservasi Bernama AleRT

Pada 2009, Marcel meninggalkan posisinya di SRS dan kemudian mendirikan AleRT. Karena kepemimpinannya di SRS, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan WWF Indonesia meminta Marcel merencanakan tempat penagkaran lain di Kalimantan Timur, setelah adanya penemuan kembali badak Sumatra pada 2016.

Ia kemudian mengarahkan pengawasan penyakit dan lebih banyak lagi untuk badak di Kabupaen Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Di sana, Ia bekerja sama dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur, WWF, sekolah dan entitas lainnya.

Berjuang hingga Akhir Hayat

Marcel jatuh sakit dan meninggal dunia pada 27 April 2020 di Kalimantan. Tepat lima hari setelah ulang tahunnya yang ke-55.Dalam beberapa bulan terakhir sebelum sakit, Ia masih melakukan banyak project untuk membantu penyelamatan Badak Sumatra. Ia merencanakan SRS baru di Aceh Timur, Aceh, di ujung utara Sumatra. Selain itu juga aplikasi pengenalan wajah berbasis artificial intelligence untuk penghitungan yang lebih baik, pelacakan, menentukan jenis kelamin dan menilai reproduksi badak. Termasuk mengumpulkan foto-foto hewan melalui pemakaian perangkat lunak, yang masih berlanjut sampai hari ini.

Sosok Marcel di Mata Koleganya

Semangat dan perjuangan Marcel untuk menjaga kelestarian Badak Sumatra banyak menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Di mata teman-temannya, Ia dikenal sebagai orang yang selalu rendah hati dan berdedikasi tinggi. Cintanya kepada Badak Sumatra akan terus dikenang dan perjuangannya akan terus dilanjutkan oleh rekan-rekannya.“Saya berani bertaruh dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan badak ketimbang istrinya. Sampai dia meninggal, dia secara konsisten bekerja untuk Badak Sumatera.” kata Sectionov.“Dedikasinya terhadap badak sumatera seumur hidupnya. Dia rendah hati, namun juga banyak bekerja di dunia internasional. Dia adalah orang yang ceria, periang, sangat disukai dan lebih kreatif dibandingkan kebanyakan ilmuwan.” kata pendiri dan presiden Lembaga Penyelamatan Spesies Langka Indonesia, Claire Oelrichs.

(mdk/far)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
IDI: Perlu Kerja Sama Strategis Mewujudkan Pemerataan Dokter di Indonesia
IDI: Perlu Kerja Sama Strategis Mewujudkan Pemerataan Dokter di Indonesia

IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.

Baca Selengkapnya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.

Baca Selengkapnya
Ketika Tarsum Mendadak Tanya Kabar Istri Padahal Sudah Dia Bunuh dan Dimutilasi
Ketika Tarsum Mendadak Tanya Kabar Istri Padahal Sudah Dia Bunuh dan Dimutilasi

Tarsum kini dirujuk ke RS Jiwa Cisarua, Bandung setelah sebelumnya dirawat di RSUD Ciamis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gelar Kedokteran Sp.KK dan Sp.DV Berubah menjadi Sp.DVE, Ini Penjelasan Detail dari Perdoski
Gelar Kedokteran Sp.KK dan Sp.DV Berubah menjadi Sp.DVE, Ini Penjelasan Detail dari Perdoski

Ruang lingkup dokter Sp.DVE, lanjut Prof Yulianto, menangani berbagai kelainan kulit.

Baca Selengkapnya
Dokter Forensik ini Ungkap Kasus Pembunuhan Bayi dari Belatung, Sosoknya Dulu Ramai Disorot di Kasus Kopi Sianida Mirna
Dokter Forensik ini Ungkap Kasus Pembunuhan Bayi dari Belatung, Sosoknya Dulu Ramai Disorot di Kasus Kopi Sianida Mirna

Cerita ahli forensik Indonesia pernah ungkap kasus pembunuhan dari hasil otopsi.

Baca Selengkapnya
Letjen TNI Eks Wamenhan Lulus S3 Raih Summa Cumlaude di Usia 71 Tahun, Kini Bergelar Doktor
Letjen TNI Eks Wamenhan Lulus S3 Raih Summa Cumlaude di Usia 71 Tahun, Kini Bergelar Doktor

Ternyata usia kepala 7 tak menghalangi pria kelahiran 30 Oktober 1952 ini untuk terus menambah ilmu.

Baca Selengkapnya
Mengenal Abdul Rivai, Dokter Sekaligus Wartawan Perintis Surat Kabar Bahasa Melayu
Mengenal Abdul Rivai, Dokter Sekaligus Wartawan Perintis Surat Kabar Bahasa Melayu

Namanya hingga kini tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor di Universitas Gent, Belgia.

Baca Selengkapnya
Anak Pembuat Becak Ini Gagal Jadi Dokter hingga Terjerat Utang, Kini Jadi Konglomerat Tanah Air yang Dikenal Dermawan
Anak Pembuat Becak Ini Gagal Jadi Dokter hingga Terjerat Utang, Kini Jadi Konglomerat Tanah Air yang Dikenal Dermawan

Pria ini masuk barisan orang terkaya di Indonesia. Siapakah sosoknya?

Baca Selengkapnya
Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Ini Kisah Wiwit Nurhidayah yang Menginspirasi
Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Ini Kisah Wiwit Nurhidayah yang Menginspirasi

Wiwit tak menyangka bisa meraih gelar Doktor di usia yang masih muda.

Baca Selengkapnya