Sering Dituding 'Mengcovidkan' Pasien, Begini Tanggapan RSUD Gunungsitoli Sumut

Merdeka.com - Setelah sering menerima tudingan dari masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli, Sumatra Utara (Sumut) akhirnya buka suara. Pihak RS membantah jika pihaknya telah 'mengcovidkan' pasien.
Kepala Instalasi Patologi Klinik Terpadu (Laboratorium) RSUD Gunungsitoli dr. Yuliani Zalukhu pada Jumat (6/11) mengatakan, pihaknya memastikan hasil tes Covid-19 yang dikeluarkan melalui alat tes cepat molekuler (TCM) atau Polimerase Chain Reaction (PCR) akurat.
"Banyak tudingan RSUD Gunungsitoli mengcovidkan pasien, itu tidak benar. Kami jelaskan bahwa kami tidak ada niat membuat hasil yang negatif menjadi positif, sebab kami bekerja di bawah sumpah. Hasil tes usap yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium," katanya.
Melansir dari ANTARA, berikut bantahan lebih lanjut dari pihak RSUD Gunungsitoli.
Dokter Bisa Kena Sanksi dan Izin Praktik Dicabut
Yuliani mengatakan, jika mereka terbukti melakukan hal tersebut atau mengcovidkan pasien, mereka bisa kena sanksi dan izin mereka bisa dicabut. Hal itu dapat membuat mereka tidak bisa praktik lagi.
"Kami sangat menyayangkan tudingan itu dan kami jelaskan bahwa untuk menerbitkan hasil tes usap, kami bekerja di laboratorium bersama analis kami selama tujuh hari dalam sepekan dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB, bahkan kadang sampai pukul 02.00 dini hari," katanya.
Dokter Telah Bekerja Keras
Yuliani lebih lanjut mengatakan kepada media, Ia mengatakan jika bisa diberi pilihan tugas, Ia akan memilih untuk tidak memeriksa Covid-19. Hal itu karena membuat badan mereka lelah dan mereka rentan terkena virus tersebut.
"Kami setiap hari hampir tidak bisa bersama keluarga, karena kerap pulang dini hari dan tidak pernah libur," ucapnya.
Proses Tes Covid-19 Tidak Sembarangan
Untuk menyatakan seseorang positif Covid-19, Ia mengatakan kalau perlu dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Saat ini yang banyak digunakan adalah tes cepat antibodi dan tes cepat hanya pemeriksaan skrining (menyaring) untuk memastikan ada yang reaktif karena Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena hasilnya belum menunjukkan diagnosis, maka seorang pasien belum bisa diisolasi.
Setelah tes cepat, dilakukan pemeriksaan molekuler atau berbasis genetik atau asam nokler yang berbasis gen dengan menggunakan alat TCM atau PCR.
"Kami memiliki dua alat pemeriksa Covid-19, yakni alat PCR dan TCM," ucapnya.
Kedua alat tersebut telah dirancang untuk tidak bisa diatur ulang dan semua pemeriksaan diatur oleh alat, sehingga hasilnya tidak bisa diubah.
"Kita tidak sembarangan melakukan pekerjaan dan semua dilakukan sesuai aturan, karena pekerjaan kami selalu dipantau oleh senior dan profesor kami, dan hasil yang ada selama ini tidak ada yang kami tukar-tukar atau kami mengcovidkan pasien," tegasnya.
Baca Selanjutnya: Dokter Bisa Kena Sanksi dan...
(mdk/far)
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami