Merdeka.com - Sebelum adanya manusia, tepatnya di masa prasejarah, Bumi tidak dalam kondisi setenang saat ini. Planet tempat kita tinggal ini bergejolak akibat bencana, dan bencana ini serupa dengan adanya hari kiamat.
Para ilmuwan sendiri sudah banyak mempelajari berbagai detail yang cukup untuk dipelajari dan jadi informasi bagi kita.
Mungkin kita tahu soal kiamat yang melenyapkan dinosaurus. Namun masih banyak berbagai bencana yang bisa dikategorikan 'kiamat', yang mungkin juga akan melenyapkan manusia jika kita sudah ada ketika itu. Berikut beberapa di antaranya, melansir Listverse.
Di 13.000 tahun yang lalu, banyak sekali megafauna di area Amerika utara. Di antaranya adalah Mastodon, kucing bergigi tajam, kungkang raksasa, dan banyak lagi. Namun kesemuanya mengalami kepunahan karena sebuah fenomena di masa geologi yang bernama Younger Dyas.
Hal ini terjadi jelang akhir zaman es terakhir, ketika Bumi sedang mengalami pemanasan dan gletser surut. Di kondisi seperti ini, ekosistem makhluk hidup membaik. Namun tiba-tiba pemanasan Bumi berhenti dan temperatur global Bumi anjlok. Temperatur dingin ini bertahan hingga 1.000 tahun dan menewaskan banyak spesies.
Ternyata hal ini terjadi karena sebuah danau bernama Danau Agassiz yang bendungan es alaminya roboh. Bendungan ini sangat besar, luasnya hampir 1 juta hektar. Air dingin yang mengisi danau tersebut akhirnya meleleh ke arus laut yang hangat dan mengguncang temperatur Bumi karena laut tak lagi hangat.
Antariksa memang terlihat damai jika kita lihat berbagai fotonya. Meski demikian, bukan berarti itu bukan tempat yang kejam. Justru, itu adalah tempat yang mengerikan.
Seperti ledakan sinar gamma yang merupakan ledakan paling kuat di alam semesta. Hal ini pun pernah terjadi sekitar 200 juta tahun sebelum dinosaurus pertama lahir, yakni di Periode Ordovician.
Berdasarkan studi dari ilmuwan NASA dan Brian Thomas, ilmuwan calon PhD dari University of Kansas, ledakan sinar gamma ini punya kekuatan yang melebihi nalar manusia. Bayangkan saja, 10 detik ledakan dari jarak 6.000 tahun cahaya dari Bumi, akan menghancurkan setengah ozon dari Bumi. Hal ini saja sudah cukup untuk membuat semua makhluk hidup punah karena radiasi matahari.
Bayangkan saja jika Bumi dihujani dengan banyak sekali batuan angkasa yang berukuran besar dengan waktu yang lama. Namun hal ini benar-benar terjadi di 3,9 miliar tahun yang lalu.
Sebuah fenomena yang dikenal dengan nama Late Heavy Bombardment ini, merupakan bencana yang disebabkan oleh adanya gangguan di sabuk asteroid antara Bumi dan Mars. Sudah ada beberapa bukti bahwa batuan Bulan dan Bumi memiliki struktur yang serupa dan disimpulkan bahwa Bumi dan Bulan mengalami rentetan hujan meteorit tersebut selama 100 juta tahun.
Banjir Gibraltar atau Zanclean Flood, bisa jadi merupakan 'kiamat' yang skalanya kecil, namun benar-benar mengubah ekosistem. Di sekitar 5 juta Tahun yang lalu, terjadi kenaikan air laut di selat Gibraltar. Dulu Laut Mediterania tidak pernah ada, dan Eropa dan Afrika tergabung menjadi satu. Namun di akhir zaman es, permukaan laut naik.
Selat Gibraltar yang awalnya memblokade adanya air laut hingga laut mediterania kering kerontang, akhirnya terisi kembali secara masif.
90 Persen cekungan terisi dalam periode dua tahun, dengan kecepatan isi 10 meter ketinggian per harinya. Sehingga pulau yang ada ini disebabkan oleh banjir air asin yang terbesar di dunia.
Semua flora dan fauna non laut di area tersebut musnah, terganti dengan munculnya area laut baru yang memisahkan Afrika utara dan Eropa.
Dikenal di dunia sains barat dengan nama "The Great Dying", fenomena ini adalah kepunahan massal terbesar dari kehidupan di Bumi. Hal ini terjadi jutaan tahun sebelum adanya dinosaurus.
Hampir seperempat milyar tahun yang lalu, tepatnya di akhir era Permian, 90 persen kehidupan di Bumi musnah karena bencana ini. Hanya 4 persen saja dari kehidupan yang bertahan, dan itupun dari ekosistem laut. Hal ini diyakini terjadi karena 'banjir erupsi basal' dari letusan supervulkanik di area Siberia.
Yang mengerikan, letusan ini tak terjadi dari gunung, melainkan dari bukaan besar di Bumi. Walhasil, letusan ini menyebar di area yang sangat luas. Hal ini diyakini terjadi saat daratan Bumi terdiri dari satu benua, atau Pangaea.
Letusan tersebut mencakup area seluas 3 juta kilometer kubik, dan fenomena ini berlangsung selama jutaan tahun. Sehingga di era ini, Bumi diselimuti angka karbon dan sulfur dioksida yang tinggi.
Di 66 juta tahun yang lalu, Bumi pernah mengalami 'kiamat,' di mana asteroid besar menghantam Bumi dan menghabiskan seluruh spesies Dinosaurus.
Pasca asteroid besar tersebut menghantam Bumi, sinar matahari terhalau masuknya ke Bumi karena tetesan asam sulfur yang berasal dari asteroid tersebut seakan membuat benteng di atmosfer Bumi. Suhu Bumi secara global turun hingga kehidupan laut pun semua mati. Keadaan ini terjadi selama sekitar 3 tahun, di mana temperatur global di Bumi turun lebih dari 26 derajat celcius hingga berada di bawah titik beku.
Keadaan Bumi jauh menjadi lebih buruk karena tak ada cahaya matahari. Hal ini membuat Bumi diselimuti es. Bahkan di daerah tropis, temperatur menurun dari rata-rata 27 derajat celcius, jadi hanya 5 derajat celcius.
Pendinginan dalam jangka waktu panjang ini disebabkan oleh aerosol sulfat. Hal inilah yang membuat dinosaurus punah, ekosistem mati dan Bumi seakan-akan kiamat. Untuk aerosol sulfat ini hilang dari atmosfer Bumi, dan membuat satu persatu flora tumbuh secara perlahan dan membentuk ekosistem baru, Bumi membutuhkan waktu selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, iklim Bumi telah kembali normal. (mdk/idc)
Baca juga:
7 Ilmuwan Islam yang Berjasa Dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmuwan Perkirakan Terdapat Samudera Luas di Permukaan Pluto
Ini yang Akan Terjadi Jika Umat Manusia Pindah ke Mars
Ilmuwan Sebut Nenek Moyang T-Rex Ternyata Mungil, Tak Sampai 1 meter!
7 Kesalahan Penelitian Yang Berguna dan Akhirnya Tetap Dipakai
5 Teori Konspirasi Yang Terbukti Benar Adanya
7 Ilmuwan Islam yang Berjasa Dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmuwan Perkirakan Terdapat Samudera Luas di Permukaan Pluto
JANGAN DITIRU, BOCAH ISENG BAKAR KENDARAAN RODA TIGA
Ini yang Akan Terjadi Jika Umat Manusia Pindah ke Mars
Ilmuwan Sebut Nenek Moyang T-Rex Ternyata Mungil, Tak Sampai 1 meter!
7 Kesalahan Penelitian Yang Berguna dan Akhirnya Tetap Dipakai
5 Teori Konspirasi Yang Terbukti Benar Adanya
Banyak Film Baru, Ini Rahasia Posisi Duduk Terbaik di Bioskop Menurut Sains!
Teori Sains Menyebut Bahwa Waktu di Alam Semesta Bisa Berhenti Total, Benarkah?
VIDEO: Kata JK, Generasi Bangsa Tak Punya Semangat Belajar Jika UN Dihapus
Ari Askhara dan Eks Direksi Garuda Indonesia Dipecat dari Komisaris Anak & Cucu Usaha
Mangkir, KPK Buka Kemungkinan Panggil Paksa Bos Lippo Group James Riady
Asah Kemampuan Personal Skill, Kemensos Gelar Peningkatan Pendamping BPNT
VIDEO: Suara Siswa dan Guru Soal Rencana Nadiem Hapus Ujian Nasional
Mahfud MD: Nama Dewan Pengawas KPK Sudah di Kantong Presiden
Luthfi Pembawa Bendera Jalani Sidang Perdana
Target Raih Sepakat Awal 2020, Pertamina Tawarkan Aramco Skema Baru Kilang Cilacap
Jokowi Lantik 9 Anggota Wantimpres Besok
Jika APBD Molor Hingga Januari, Anies dan DPRD DKI Terancam Sanksi
Buruh Harian Tewas Terjatuh dari Lantai 7 Mal di Purwokerto
3 Penyuap Bupati Pakpak Bharat Diadili di PN Medan
Eks Presdir Lippo Cikarang Minta Penyidik KPK Jujur dan Transparan
Pemerintah Incar Ekspor Mobil Indonesia Tuju 20 Negara di 2020
Mobil BMW X4 Belum Bayar Pajak Ditemukan di Parkiran Gandaria City
Pertamina dan AKR Corporindo Raih Penugasan Penyaluran BBM Subsidi 2020
Tak Mau Ulangi Kesalahan, Bos Pertamina Lebih Selektif Akuisisi Blok Luar Negeri
Pemerintah Rampungkan Inventarisasi 200.000 Ha Lahan di Ibu Kota Baru
Jadwal Padat, Sidang Lanjutan Tubagus Chaeri Wardana Ditunda
Ari Askhara Lengser, Garuda Indonesia Kembali Beri Kru Rute Internasional Penginapan
Saut Pastikan KPK Pantau Kasus Tewasnya Mahasiswa di Kendari
Kubu Luthfi Ajukan Penangguhan Penahanan, Wakil Ketua dan Anggota DPR jadi Penjamin
Benarkah Nata De Coco Berbahan Seperti Plastik dan Bahaya Bagi Tubuh?
Mendikbud: Dunia Tidak Membutuhkan Anak-anak yang Jago Menghafal
Belasan Ular Kobra Muncul di Permukiman Warga Purwakarta
Mendikbud: Mohon Maaf, UN Bukan Dihapus Tapi Diganti Asesmen Kompetensi
RSJ Grogol Minta Perusahaan Penyalur Tindak Tegas Sekuriti Marahi Pasien
Mulai Hari ini, Garuda Indonesia Diskon Tiket Rute Domestik Hingga 40 Persen