Merdeka.com - Tak bisa dimungkiri, smartphone atau HP sudah jadi kebutuhan besar untuk masyarakat saat ini. Dengan satu perangkat canggih ini, kita dapat berkomunikasi secara real time, menggunakan aplikasinya untuk berbagai kebutuhan secara luas, hingga untuk hiburan.
Oleh karena itu, smartphone adalah perangkat yang kita bawa kemana pun kita bepergian, mengingat fungsinya yang jauh melebihi sekadar alat berkomunikasi. Hal ini pun sudah lazim dilakukan secara meluas, dan kita bahkan bisa menemui kesulitan jika tidak membawa HP kala bepergian.
Hal ini membawa pengaruh secara individu. Di mana, banyak dari kita tak bisa lepas dari genggaman ponsel pintar. Terkadang, jika HP kita tidak berada pada satu raihan tangan, kita akan gelisah.
Bahkan, ketika HP ketinggalan di rumah atau hilang, seseorang bisa mengalami gelisah atau bahkan ketakutan irasional.
Jika Anda kerap menemui hal tersebut, ini adalah sebuah kondisi psikologis, yakni nomophobia. Kondisi ini sendiri tak melulu soal kegelisahan ketika jauh dari HP, namun juga gelisah kala tidak ikut perkembangan informasi, hingga berusaha keras mencari sinyal atau jaringan wifi jika tidak ada sinyal.
Apakah Anda termasuk pengidap kondisi ini? Mari kita bahas seperti yang dilansir dari The Healthy berikut.
Nomophobia adalah gangguan kecemasan yang muncul akibat tidak memiliki akses pada ponsel pintar atau layanan ponsel.
Berdasarkan hasil studi tahun 2019, ditemukan bahwa separuh dari total responden yang didapatkan mengalami stres saat tidak bersentuhan dengan ponsel pribadinya. Kondisi ini pun dinilai semakin berkembang parah setiap tahunnya. Di mana semakin banyak masyarakat yang mengalami kecemasan saat tidak sedang menggunakan atau mengakses ponsel pintar.
Meskipun begitu, nomophobia bukan termasuk kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis seperti gangguan mental lainnya. Namun pada tahun 2014, para peneliti mengajukan agar nomophobia bisa masuk dalam data Manual of Mental Disorders (DSM). Sebab nomophobia dapat memberikan masalah kecemasan pada penderita hingga terdapat kemungkinan mempengaruhi perilaku sehari-hari.
Secara umum, berikut kecenderungan perilaku atau gejala nomophobia yang dapat terjadi:
Dalam hal ini, ternyata gangguan nomophobia memberikan pengaruh pada gangguan tidur, sering merasa kantuk di siang hari, dan kebiasaan tidur yang buruk.
Berdasarkan hasil penelitian Journal Sleep yang dilakukan pada 327 mahasiswa pada tahun 2020, ditemukan sebesar 90 persen dari total mahasiswa memiliki kategori nomophobia sedang hingga parah. Di mana, mereka memiliki kebiasaan memeriksa email, sms, atau media sosial saat telah mematikan lampu untuk tidur.
Bukan hanya itu, perilaku yang sering dilakukan orang dengan nomophobia termasuk membuka media sosial di tempat tidur, bangun untuk memeriksa ponsel di tengah malam, hingga terus mengaktifkan notifikasi saat sedang tidur.
Nomophobia juga memberikan dampak kecemasan ketika seseorang kehilangan koneksi atau akses ponsel pintarnya. Hal ini biasanya terjadi, saat seseorang lupa membawa ponselnya di rumah saat sedang pergi. Atau ketika seseorang lupa meletakkan ponsel maupun saat ponsel hilang atau dicuri.
Maka rasa cemas dan panik akan muncul dengan sendirinya. Ini juga termasuk salah satu gejala nomophobia yang perlu diperhatikan. Bagi yang sering mengalami hal ini, perlu berhati-hati dan mengubah kebiasaan buruk tersebut agar tidak ketergantungan.
Berikut adalah beberapa rekomendasi cara mengatasi nomophobia yang bisa Anda praktikkan:
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
Tetap Produktif dan Bergaya Kala Bekerja dari Rumah dengan IT
Samsung Galaxy A02 Bakal Usung Baterai Besar 5.000mAh
Ini 5 Smartphone Pertama yang Usung Snapdragon 875, Segera Rilis!
25 Password Terburuk dan Termudah Dibobol di 2020, Kamu Pakai?
Samsung Dilaporkan Tengah Siapkan Galaxy Z Flip Versi Terjangkau
Ini Bocoran Kamera Xiaomi Mi 11 Pro, Secanggih Apa?
Samsung Galaxy S22 Sudah Bocor di Internet, Seperti Apa?
Baca Selanjutnya: Dampak Dalam Diri...
(mdk/idc)
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami