Merdeka.com - Bergabung menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi impian sebagian besar anak muda. Selain mengabdi untuk rakyat dan negara, tentu akan dipandang sebagai sosok yang meningkatkan derajat keluarga.
Harapan tersebut bukan lagi khayalan semata. Seperti perjuangan Samuel Wamu yang patut diacungi jempol. Orangtuanya sampai rela menjual babi demi membelikan tiket dari kampungnya di gunung menuju Jayapura.
Sebuah kebanggaan menyelimuti Samuel, yang akhirnya berhasil menjadi Taruna Akademi Militer. Simak kisah lengkapnya berikut ini.
Dilansir dari channel YouTube TNI AD, kisah dua Taruna Akademi Militer (Akmil) dari Papua yang begitu menginspirasi. Salah satunya ialah sosok Samuel Wamu.
"Saya Samuel Wamu asal Wamena, Suku Dani," sapa Samuel seperti dikutip dari channel YouTube TNI AD.
Sejak kecil, Samuel sudah terbiasa hidup sederhana di kampung, bagian gunung. Pria yang berasal dari Suku Dani di Wamena ini mengaku bercita-cita menjadi guru semasa kecil. Lantaran melihat sosok pengabdian sang ayah, Hendrikus Wamu.
"Saya tinggalnya di bagian kampung, di bagian gunung. Karena bapak saya guru, cita-cita saya waktu kecil, sebenarnya mau ikut bapak jadi guru," ungkapnya.
Semenjak di bangku SMP, harapan Samuel berubah. Ia mengaku acap kali bertemu para tentara yang membawa senjata. Hal itu membuat Samuel kecil kagum dan mengubah cita-citanya.
"Tapi karena waktu SMP, saya sekolah di kota, saya biasa lihat tentara-tentara bawa senjata. Jadi saya semacam tertarik. Jadi dari situ saya cita-citanya jadi tentara," ucap Samuel.
Selama sekolah di kota, Samuel bersama para kawan dan saudaranya telah terbiasa jalan kaki. Setiap pagi mereka harus berjalan kaki selama 4 jam.
"Kalau jarak dari rumah ke sekolah, sekitar empat jam. Jadi di sana tidak ada jalan raya, jalan aspal. Jadi ke sekolah masuk hutan. Pas sekolah dulu, semuanya di kota. Jadi waktu berangkat ke sekolah sama-sama. Jam 4 mulai start dari kampung," ujar Samuel.
Alumni SMA YPPK Santo Thomas itu menceritakan, masa lalunya dengan senyum bahagia. Kala itu harus menyimpan sepatu dekat kota. Lantaran perjalanan melewati hutan, penuh lumpur dan kotor. Samuel tak mau sepatu sekolahnya menjadi rusak.
Perjuangan bukan hanya persiapan fisik dan batin saja. Orangtua Samuel yang begitu mendukung harapan buah hatinya, sampai rela menjual babi.
Semua itu demi ongkos dari kampungnya di daerah Wamena menuju Jayapura. Barulah ia menuju Kodam Cendrawasih untuk menjalankan serangkaian tes berikutnya.
"Dari Wamena ke Jayapura itu orang tua jual babi untuk uang tiket saya. Dari Jayapura ke sini, saya di antar dari perwakilan Kodam Cendrawasih," kata Samuel.
Sejak kecil nampaknya Samuel sudah terbiasa ditempa kehidupan. Fisiknya yang kuat, berkat keterbiasaannya membantu orangtua. Serta melatih diri dengan olahraga lain.
Tak disangka, dereta ujian fisik lain dinilai Samuel cukup mudah. Sampai dia perumpamakan dengan memanjat pohon sehari-hari di kampung.
"Persiapan saya masuk Taruna, saya menyiapkan fisik itu setiap selesai bantu orangtua cari kayu bakar. Saya olahraga lari. Saya hanya latihan push up dan lari. Waktu di sini mereka bilang ada audisi lapangan, saya bingung, tidak tahu bagaimana. Ternyata macam lompat, manjat, tidak terlalu berat," papar Samuel.
Berikut video Samuel Wamu menceritakan perjuangan orangtua dan dirinya, untuk bisa masuk Akmil TNI.
Baca juga:
Bintang Terang Mayjen TNI Maruli Menantu Menko Luhut, Kini jadi Panglima di Bali
Pangdam Siliwangi Akan Bubarkan Kerumunan Massa Langgar Protokol Kesehatan
Pesan Tegas Gatot Nurmantyo ke Semua Prajurit: Jangan Ikuti Pemimpin yang Jual TNI!
Bunuh Istri dengan Terencana, Praka Marten Lolos dari Hukuman Mati
Potret Aktivitas TNI Wanita di Rumah, Gendong Anak Tetap Pakai Seragam Loreng
Patroli di Tembagapura Papua, Prada Hengky Hilang Sejak 17 November
Baca Selanjutnya: Anak Kampung dari Gunung Berharap...
(mdk/kur)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!
Daftarkan
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami