Biodiesel B100 Riset Kementan Dinilai dapat Wujudkan Ketahanan Energi Nasional
Merdeka.com - Penggunaan bahan bakar terbarukan berbahan Crude Palm Oil (CPO) berpotensi mewujudkan ketahanan energi nasional. Bahan baku yang melimpah dan teknologi yang tersedia menjadi salah satu alasan pemanfaatan olahan sawit ini menjadi pengganti bahan bakar fosil yang makin menipis cadangannya.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang juga Dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB University, Desrial saat ini Kementerian Pertanian telah memiliki teknologi yang bisa memproduksi biodiesel yang 100 persen dari CPO atau yang biasa disebut Biodiesel B100. Teknologi ini menurut Desrial menjadi jawaban atas semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil.
"Sejak tahun 2004 kecenderungan bahan bahkan fosil makin menipis, harganya makin mahal. Saat ini, antara produksi bahan bakar fosil kita dengan impor rasionya makin tipis. Ini menjadi sesuatu yang mengerikan bagi masa depan Indonesia jika terus bergantung di dalamnya," ucap salah satu peneliti biofuel di Kementerian Pertanian ini pada Forum Tematik Bakohumas di kawasan Lido, Bogor, Kamis (4/7).
Berdasar data yang ada, papar Desrial, luasan lahan perkebunan sawit di Indonesia mencapai 14,03 juta ha dengan produksi mencapai 41,67 juta ton. Sementara konsumsi solar dalam negeri mencapai 25 ribu ton, setengahnya dipenuhi dari impor. Sehingga jika menerapkan penggunaan B100 sebagai pengganti solar, hanya membutuhkan. 15 persen dari ketersediaan CPO.
"Dari sisi sustainability-nya tidak bermasalah. Meski tidak ada penambahan luas lahan sawit, ketersediaan bahan bakunya 20 sampai 30 tahun lagi masih cukup. Paling hanya mengurangi kuota ekspor, dari 75 persen menjadi sekitar 60 persen," imbuhnya.
Penurunan volume ekspor juga berpeluang untuk menaikkan harga CPO di pasar dunia. Di sisi lain, penyerapam sawit dalam negeri juga berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani sawit.
Sebagai contoh, tambah Desrial, kebijakan Public Service Obligation (PSO) yang mewajibkan Pertamina menggunakan campuran 20 persen minyak nabati pada solar atau B20, terjadi peningkatan serapan dan harga sawit di tingkat petani. Harga Tandan Buah Segar (TDS) meningkat dari Rp.850/kg menjadi Rp.1.850/kg.
Di sisi pengguna, pemanfaatan Biodiesel B100 juga bisa meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Berdasarkan ujicoba pada kendaraan dinas di Kementan, 1 liter B100 bisa menempuh jarak hingga 13,1 km, lebih efisien dibanding penggunan solar yang hanya bisa mencapai jarak 9 km.
Selain itu, B100 yang memiliki kualitas setara dengan Perta dex ini bisa dijual dengan harga lebih murah. “Harganya bisa dihitung dari harga CPO ditambah 100 US dollar/ton plus biaya transportasi. Harga jualnya kalau dihitung-hitung sekitar 7-8 ribu,” ucapnya di hadapan lebih dari 100 peserta Forum Tematik Bakohumas dari 48 Kementerian dan lembaga.
Teknologi Biodiesel B100 yang dihasilkan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Litbang Kementan ini menjadi tema utama bahasan kegiatan Bakohumas yang diselenggarakan Biro Humas dan Informasi Publik Kementan. Selain berdiskusi dengan para peneliti, para peserta juga mengunjungi fasilitas penelitian Biodiesel B100 di Sukabumi, Jawa Barat.
(mdk/hrs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biodiesel menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaAsalkan dirinya terpilih menjadi presiden periode 2045-2029, Prabowo berjanji akan membawa Indonesia swasembada energi.
Baca SelengkapnyaSaat ini buah kelapa menjadi komoditas yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioavtur.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengembangan ini penting dilakukan mengingat Banten memiliki area pesisir pantai yang membutuhkan benih khusus.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga terus berkomitmen mendorong pengurangan emisi karbon.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa berperan dalam menyediakan bahan baku biomassa, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Baca SelengkapnyaTarget bauran EBT sebesar 17-19 persen bisa tercapai jika negara konsisten menyuntik mati PLTU batu bara
Baca Selengkapnya