Cegah Beban Negara Bertambah, Pertamina Masih Tahan Harga Pertamax di Rp12.500
Merdeka.com - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati belum berpikir untuk menaikkan harga Pertamax, yang kini dipatok di angka Rp 12.500 per liter. Sebab, dia tak ingin konsumen berbondong-bondong migrasi ke Pertalite, sehingga akan semakin menekan keuangan negara dalam memberikan subsidi kepada Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) tersebut.
"Kita masih menahan dengan harga Rp 12.500. Karena kita juga pahami, kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka kemudian shifting ke Pertalite akan terjadi. Sehingga menambah beban negara," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (6/7).
Nicke lantas membandingkan harga Pertamax dengan harga BBM jenis RON 92 lain yang dijual perusahaan kompetitor. Mereka menjual produk serupa di atas harga keekonomian sampai melebihi Rp 18.000 per liter.
"Perbandingan dengan kompetitor. Di DKI dan Banten untuk Pertamax dan RON 92, kompetitor yang market share kedua setelah Pertamina itu harganya Rp 18.500. Kita masih jual di angka Rp 12.500. Demikian juga untuk dexlite, kita juga sudah menyesuaikan dengan harga pasar," imbuhnya.
Akan tetapi, Pertamina juga tetap memantau pergerakan harga minyak dunia untuk penetapan nilai jual Pertamax ke depan. "Namun demikian ini kita pantau terus kondisi harga pasar. Kita selalu koordinasi dengan pemerintah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan," kata Nicke.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamina mempertimbangkan evaluasi harga serta kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPertalite merupakan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), perubahan dalam penyalurannya harus melalui kebijakan Pemerintah.
Baca SelengkapnyaPertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan penyaluran untuk BBM gasoline di Nataru 2023/2024 mengalami kenaikan hingga 4,6 persen.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPertamina menjamin ketersediaan stok LPG di pangkalan-pangkalan resmi.
Baca SelengkapnyaPertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca SelengkapnyaAngka konsumsi BBM jenis Pertalite dan Pertamax (RON 92) pada periode mudik lebaran 2023 melonjak 6,4 persen.
Baca Selengkapnya