Cerita Bos BCA Sempat Khawatir soal Dampak Corona Pada Perbankan
Merdeka.com - Direktur Utama Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja membeberkan pandangannya soal dampak pandemi Corona ke sektor perbankan secara keseluruhan.
Ketika pandemi Corona menghantam, pemerintah langsung menginstruksikan agar perbankan melakukan beberapa langkah menyelamatkan ekonomi masyarakat, mulai dari memberi penundaan cicilan kredit hingga melakukan restrukturisasi.
Jahja menyatakan, sebenarnya sempat muncul rasa khawatir jika seluruh nasabah memanfaatkan kesempatan untuk menunda cicilan. Seperti yang diketahui, Dana Pihak Ketiga (DPK) sedikit banyak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perbankan.
"Ada positif negatifnya, awalnya kami khawatir, wah, bagaimana kalau semua nasabah nggak mau bayar, kan bank juga menggunakan dana masyarakat," kata Jahja dalam diskusi online, Rabu (10/6).
Tapi ternyata, khusus di bank BCA, Jahja memperkirakan hanya 14 persen nasabah yang didominasi nasabah korporasi yang butuh restrukturisasi hingga akhir tahun nanti. Artinya, sebagian besar nasabah BCA tidak mengalami kesulitan berarti dalam membayar cicilan kredit mereka.
"Hingga akhir tahun, hanya 14 persen yang butuh restrukturisasi, dan itu banyak yang nggak masuk kategori. Tapi dengan pengurangan bunga 1, 2, 3 persen mereka sudah oke," lanjutnya.
Pembayaran Cicilan Kredit
Pembayaran cicilan kredit nasabah di BCA, lanjut Jahja, berjalan secara tailormade. Artinya, kemampuan bayar nasabah disesuaikan dengan kondisi keuangannya saat ini. Ada yang jangka waktu pembayarannya diperpanjang dan cicilannya diringankan, ada yang distop dan dilanjutkan di kemudian hari dengan ketentuan bunga dan lainnya.
"Kecuali untuk KPR dan KKB, itu sesuai ketentuan, awalnya memang belum jelas, semua mengharap bisa dapat pengurangan cicilan, apakah kena (dampak Corona) atau enggak," katanya.
Jahja juga mengatakan, restrukturisasi membuat pihak perbankan harus mendalami kondisi keuangan nasabah yang lebih personal.
"Restrukturisasi ini kan jadi mengkamuflase yang nggak sanggup bayar, jadi tetap lancar sehingga sebagai perbankan, internal kami harus mendalami keadaan nasabah, apakah mereka ini sulit tapi akan surviving, atau ada serious problem," katanya.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaBCA juga mengimbau seluruh nasabah agar selalu berhati-hati terhadap berbagai macam modus penipuan.
Baca SelengkapnyaUang yang bisa ditukarkan mencakup pecahan Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, dan Rp20.000.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaMelalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaBayu menjelaskan bahwa SPHP merupakan program pemerintah melalui Badan Pangan Nasional yang dilaksanakan oleh Bulog dalam rangka menjaga stabilitas harga beras.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnya