Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Bos BCA Sempat Khawatir soal Dampak Corona Pada Perbankan

Cerita Bos BCA Sempat Khawatir soal Dampak Corona Pada Perbankan Dirut BCA Jahja Setiaatmadja. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Direktur Utama Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja membeberkan pandangannya soal dampak pandemi Corona ke sektor perbankan secara keseluruhan.

Ketika pandemi Corona menghantam, pemerintah langsung menginstruksikan agar perbankan melakukan beberapa langkah menyelamatkan ekonomi masyarakat, mulai dari memberi penundaan cicilan kredit hingga melakukan restrukturisasi.

Jahja menyatakan, sebenarnya sempat muncul rasa khawatir jika seluruh nasabah memanfaatkan kesempatan untuk menunda cicilan. Seperti yang diketahui, Dana Pihak Ketiga (DPK) sedikit banyak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perbankan.

"Ada positif negatifnya, awalnya kami khawatir, wah, bagaimana kalau semua nasabah nggak mau bayar, kan bank juga menggunakan dana masyarakat," kata Jahja dalam diskusi online, Rabu (10/6).

Tapi ternyata, khusus di bank BCA, Jahja memperkirakan hanya 14 persen nasabah yang didominasi nasabah korporasi yang butuh restrukturisasi hingga akhir tahun nanti. Artinya, sebagian besar nasabah BCA tidak mengalami kesulitan berarti dalam membayar cicilan kredit mereka.

"Hingga akhir tahun, hanya 14 persen yang butuh restrukturisasi, dan itu banyak yang nggak masuk kategori. Tapi dengan pengurangan bunga 1, 2, 3 persen mereka sudah oke," lanjutnya.

Pembayaran Cicilan Kredit

Pembayaran cicilan kredit nasabah di BCA, lanjut Jahja, berjalan secara tailormade. Artinya, kemampuan bayar nasabah disesuaikan dengan kondisi keuangannya saat ini. Ada yang jangka waktu pembayarannya diperpanjang dan cicilannya diringankan, ada yang distop dan dilanjutkan di kemudian hari dengan ketentuan bunga dan lainnya.

"Kecuali untuk KPR dan KKB, itu sesuai ketentuan, awalnya memang belum jelas, semua mengharap bisa dapat pengurangan cicilan, apakah kena (dampak Corona) atau enggak," katanya.

Jahja juga mengatakan, restrukturisasi membuat pihak perbankan harus mendalami kondisi keuangan nasabah yang lebih personal.

"Restrukturisasi ini kan jadi mengkamuflase yang nggak sanggup bayar, jadi tetap lancar sehingga sebagai perbankan, internal kami harus mendalami keadaan nasabah, apakah mereka ini sulit tapi akan surviving, atau ada serious problem," katanya.

Reporter: Athika Rahma

Sumber: Liputan6.com

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP