Merdeka.com - Kisah sukses Claudia Lambeth ini mungkin bisa menginspirasi Anda yang ingin mulai berwirausaha. Claudia sendiri memulai langkah berani tersebut pada usia 22 tahun dengan mendirikan usahanya di bidang pakaian dalam di Australia.
Saat memulai usahanya, Claudia sendiri masih menempuh pendidikan di bidang hukum. Dengan sedikit uang yang diwarisi dari kakeknya, Claudia Lambeth membeli kain untuk membuat bra pertamanya.
Pantang menyerah, dia masih gigih mengembangkan pola pakaian dalamnya hingga akhirnya dia bisa mendirikan sebuah perusahaan dengan nama Luna Mae London, pada Oktober 2012 silam. Tak disangka. Luna Mae terus mengembangkan sayapnya hingga ke Amerika Serikat di tahun 2015.
Bahkan, beberapa wanita kaya di dunia sudah menjadi klien Luna Mae. Penjualannya pun meningkat sebanyak tiga kali lipat selama dua tahun terakhir.
Pada awalnya, Claudia Lambeth memang memiliki visi menciptakan pakaian dalam yang seksi dan juga mewah. Dia ingin membawa masuk Savile Row ke dalam pakaian dalamnya dengan menggunakan kain luxe yang dijahit dengan tangan yang terampil hingga memiliki harga tinggi.
"Keinginan saya adalah saya ingin membuat bra yang sangat indah, mewah, nyaman, dan pas. Karena saya bukan berasal dari latar belakang mode jadi saya harus paham betul dan memahami bentuk bra itu sendiri," kata Claudia seperti dilansir dari CNBC.
Saat ini, untuk harga celana dalam yang terbuat dari bahan sutra Prancis dibanderol Claudia dengan harga mulai dari Rp 11 juta. Kemudian untuk harga bra dengan bahan yang sama dibanderol dengan harga Rp 32 juta.
Dia juga merancang dan menjual pakaian renang yang harganya lebih mahal dari mobil. Pedesaan Inggris dipilih menjadi tempat pembuatan pakaian renang One Piece warna hitam yang dia jual dengan kisaran harga mulai dari Rp 800 juta.
Pakaian renang dengan bentuk seperti korset itu dipenuhi dengan tujuh ekor kupu-kupu yang terbuat dari benang logam langka yang dijahit menggunakan tangan dan dilapisi dengan kristal Swarovski dan manik-manik mahal.
Potongan manik-manik itu juga memiliki emas kuning 18 karat dan bros berlian 9 karat yang dibuat oleh perusahaan perhiasan milik Stephen Webster. Kupu-kupu Webster ini sudah termasuk dalam harga dan tidak dijual secara terpisah.
Para pelanggan Claudia Lambeth tidak merasa keberatan menghabiskan puluhan ribu dolar untuk pakaiannya. Para kliennya bersedia untuk menunggu selama berbulan-bulan.
Perjalanan Claudia Lambeth menjadi CEO dan pengusaha yang sukses sama menariknya dengan pakaian dalam yang dibuatnya. Sejak usia muda, Claudia Lambeth sudah terobsesi dengan pakaian dalam dan dia ingin menjadi seorang desainer setelah lulus dari SMA, namun ayahnya bersikeras untuk menyekolahkan anaknya ke studi akademis seperti praktis hukum.
Awalnya Claudia Lambeth berpikir bahwa ayahnya pasti bercanda, namun setelah berpikir bahwa mode adalah obsesi terbesarnya maka dia harus mempelajarinya sendiri.
"Saya benar-benar tidak bisa belajar hukum!. Saya ingin diperlakukan sebagai pengusaha dan wirausaha perempuan dan saya menganggap gelar sarjana hukum sebagai subjek yang dihormati orang." ucap Claudia yang memilih Kings College di Inggris untuk tempat dia menimba ilmu.
"Saya duduk di kuliah untuk membuat sketsa, saat semua orang membuat catatan serius aku tidak melakukannya," kenangnya.
Claudia Lambeth tidak ingin menyerah untuk mewujudkan visinya. Dia terus fokus memperbaiki pakaian yang dia buat dengan cara bekerjasama dengan merk pakaian kelas atas dengan dalihnya sebagai firma hukum.
"Saya ingin melihat semua sisi industri mode sehingga saya dapat memperluas pemahaman saya dan mempelajarinya. Saya berpikir jika saya tahu sedikit tentang tiap bidang yang berbeda, saya akan memiliki cukup wawasan untuk memulai perusahaan saya sendiri."
Dia menjalani magang di dunia mode dalam bidang hubungan masyarakat dan pemasaran, mendesain, menulis untuk majalah, gaya dan operasi umum. Dan karena Claudia Lambeth sangat terobsesi dalam merancang pakaian dalam, dia bertekad untuk belajar bagaimana membuat bra yang sempurna.
"Karena saya belum pernah belajar desain, maka saya belajar sendiri,"
Dia juga menghabiskan waktu untuk mencari supplier terbaik untuk berbagai komponen bra. Claudia Lambeth juga melakukan penelitian luas tentang ukuran bra dan berdiskusi dengan wanita tentang pengalaman mereka ketika menggunakan bra yang tidak pas.
"Itu adalah proses yang panjang, tetapi hal itulah yang membedakan dari Luna Mae,"
Butuh waktu selama dua tahun selama kuliah untuk Claduia Lambeth bekerja tanpa henti untuk menyempurnakan visinya itu. Selama dua tahun itu, dia meneliti industri pakaian dalam. Dia juga menghabiskan waktu mengunjungi penjahit profesional.
Luar biasa, Claudia Lambeth mampu lulus dengan gelar sarjana hukumnya meskipun banyak waktu dan fokusnya dihabiskan untuk menciptakan mereknya, Luna Mae. "Aku merasa beruntung memiliki teman yang mempunyai catatan perkuliahan yang bagus, sehingga aku masih bisa lulus menjadi sarjana!"
Claudia Lambeth lulus tahun 2012 dan meluncurkan Luna Mae di AS tiga tahun kemudian. Claudia Lambeth beristirahat sebentar setelah mengunjungi Vogue Magazine di New York untuk memperkenalkan merek dagangnya.
Salah satu jurnalis yang ditemui Claudia Lambeth selama kunjungan itu merekomendasikan Luna Mae kepada seorang kolega yang tidak dapat menemukan perancang pakaian dalam untuk membuat bustier khusus pada gaun pengantinnya.
Rekomendasi itulah yang akhirnya membuat Claudia Lambeth mendapat klien besar pertamanya di AS.
Keberhasilan itulah yang kemudian menyebar dari mulut ke mulut dan seiring berjalannya waktu berkembang menjadi bisnis yang besar dan sukses.
"Sudah pasti butuh waktu untuk menjadi besar, tetapi saya percaya itu adalah bentuk rekomendasi terbaik dari seorang wanita yang berbagi pengalaman langsung dan menanamkan rasa kepercayaan," katanya.
(mdk/idr)
Luncurkan Produk Lipstick, Anak Gus Dur Coba Peruntungan di Dunia Bisnis Kecantikan
Kisah Sukses Masaru, Pekerja Sayur yang Kini Jadi Miliuner Berharta Rp14 Triliun
JANGAN DITIRU, BOCAH ISENG BAKAR KENDARAAN RODA TIGA
Berkat KUR, Pengusaha Asal Morotai ini Sukses Jual Lobster Hingga Luar Negeri
Cerita Korban Gempa Palu Sukses Jadi Produsen Jipang
CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata: Kopi Berkualitas Tak Harus Mahal
Jurus Kopi Kenangan Gaet Pelanggan: Pertahankan Harga yang Tak Bikin Kantong Bolong
Alasan Kopi Kenangan Tak Masuk Bisnis Waralaba
Seluk Beluk Bisnis Jastip di Indonesia, Bisa Raup Hingga Rp25.000 per Barang
SBY Soroti Pemilu 2019: Pertama dalam Sejarah, Politik Identitas Melebihi Takaran
Tanggapan Menko Airlangga dan Mendag soal Uni Eropa Tetapkan Bea Masuk Biodiesel RI
Ingin Dipasangkan dengan Gibran, Ketua PPP Solo Daftar ke PDIP Jateng
VIDEO: Mobil Berlogo MPR Terjaring Razia Pajak di Parkiran Mal
Pelajar SMA di Solo Diamankan Usai Pamer Kemaluan di Indekos Putri
Bangun Rumah Buruh, Kementerian PUPR Jajaki Dana BPJS Ketenagakerjaan Rp100 Triliun
Direktur Poltekkes Kupang Sebut Pelaku yang Ambil iPhone 11 belum Jadi Dosen Tetap
Foto Keluarga Anti Mainstream Keluarga Hanung Bramantyo dan Zaskia, Bertema Horor!
SBY: Malu kepada Rakyat Kalau Saat Ini Nafsu Dapatkan Kekuasaan di 2024
Bambang Pacul: Gibran Harus Tunjukan Kompetensi, Kalau Tidak Ditertawakan
Prabowo Tanggapi Luhut Minta Kapal Besar: Semua Tergantung Anggaran
Mensesneg Sebut Nama Dewan Pengawas KPK Belum Final
Aturan Baru Sri Mulyani: Pejabat Eselon III Tak Boleh Lagi Pakai Pesawat Bisnis
Bawa 10 Kilogram Sabu, 2 Kurir Divonis Hukuman Mati
Mendikbud Nadiem Jamin Penghapusan Ujian Nasional Tak Buat Siswa Jadi Lembek
Sandra Dewi Bicara Soal Uang: Uang Penting tapi Lebih Penting Kesehatan Keluarga
Erick Thohir Mulai Singgung Pelecehan Seksual di Perusahaan BUMN
Anggota Berkurang, Anggaran TGUPP Anies Baswedan Tetap Rp19,8 M
Putusan MK Soal Eks Koruptor Maju Pilkada Bisa Jadi Rujukan Ubah PKPU
Jaksa Tolak Pemindahan Penahanan Bupati Nonaktif Kudus ke Lapas Kedungpane
Hamil Anak Kedua, Marissa Nasution Didoakan Punya Anak Laki-laki
Gelar Akad Massal, BTN Mulai Salurkan Tambahan FLPP Rp2 Triliun
Sejumlah Hal yang Perlu Diwaspadai Ketika Mengalami Andropause atau Menopause Pria
Strategi Indosat Ooredoo Perkenalkan Internet ke Masyarakat
Peneror Bom di Palembang Ternyata Pelapor, Motif Sakit Hati Terhadap Keluarga
PKS Silaturahim ke Sekretariat PGI
Penyandang Disabilitas di Bandung Tuntut Mensos Tak Ubah Status Panti Sosial
Data Kementerian PUPR: Program Satu Juta Rumah Capai 1,2 Juta Unit