Laporan BI: Konsumsi Masyarakat Terbatas Berdampak ke Seluruh Lapangan Usaha
Merdeka.com - Kinerja seluruh lapangan usaha mengalami pelemahan pada semester I-2020 akibat terbatasnya mobilitas manusia, barang dan jasa. Masyarakat pun membatasi konsumsi barang non-esensial.
"Mobilitas yang berkurang tajam dan kecenderungan masyarakat membatasi konsumsi barang non-esensial menyebabkan penurunan kinerja lapangan usaha perdagangan, penyediaan akomodasi, transportasi dan pergudangan," tulis Bank Indonesia dalam Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2020 yang diluncurkan Rabu, (27/1).
Kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan juga ikut melambat signifikan. Ini sejalan dengan penurunan kinerja ekspor dan permintaan domestik.
Meskipun demikian, beberapa lapangan usaha yang masih mampu bertahan dan mengambil peluang baik dari pandemi ini. Antara lain di sektor jasa, pertambangan bijih logam, dan beberapa sub industri pengolahan mampu bertahan pada paruh pertama.
Lapangan usaha pertambangan bijih logam dan industri logam dasar masih tumbuh positif. Sebab pemulihan ekonomi di China yang lebih cepat, terutama pembangunan infrastruktur di negara tersebut yang terus berlangsung.
Selain itu, kinerja beberapa lapangan usaha industri pengolahan dan sektor jasa terkait dengan aktivitas penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia tumbuh baik. Antara lain industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, jasa kesehatan, dan jasa Lainnya.
Sementara itu, pada semester II-2020 terjadi perbaikan ekonomi. Hal ini tercermin dari kinerja lapangan usaha yang terkait dengan ekspor dan mobilitas.
Lapangan Usaha di Era New Normal
Di satu sisi, lapangan usaha yang menopang perilaku kenormalan baru (new normal) dan penanganan Covid-19 melanjutkan pertumbuhan positif. Antara lain di sektor informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan.
Namun, tetap masih ada lapangan usaha yang mengalami kontraksi tetapi mengalami pemulihan secara signifikan. Sektor tersebut antara lain transportasi dan pergudangan, penyedia akomodasi makanan dan minuman.
"Kedua lapangan usaha ini sangat terdampak PSBB pada semester I, sehingga pemulihannya merupakan dampak dari pelonggaran PSBB yang dilakukan pada semester II," tulis Bank Indonesia.
Selain itu, penanganan Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan yang semakin baik menurunkan kekhawatiran masyarakat untuk melakukan mobilitas. Terutama ke restoran, tempat perbelanjaan, dan tempat wisata.
Sebagai dampak perbaikan tersebut, kinerja lapangan usaha industri pengolahan sebagai sektor pemasok barang juga mulai membaik. Perbaikan di sektor industri pengolahan juga sejalan dengan permintaan ekspor yang sudah mulai meningkat, terutama dari Amerika Serikat dan China.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional kembali menugaskan Bulog untuk melanjutkan penyaluran bantuan pangan beras tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaPertamina memprediksi konsumsi BBM mengalami kenaikan sebesar 6 persen secara agregat.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaAda pun lini bisnis yang terdampak kenaikan pajak hiburan antara lain karaoke, kelab malam hingga spa.
Baca Selengkapnya