Margin Kecil, Investor Tak Mau Masuk Bisnis Kilang Minyak di Indonesia
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) mengakui sulitnya mencari investor dalam proyek pengembangan dan pembangunan kilang bahan bakar minyak di Indonesia.
SVP Strategic & Investment Pertamina, Daniel Purba mengatakan, minat investasi kilang bergantung pada margin yang diberikan. Saat ini, minimnya margin dari bisnis kilang belum cukup menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor hilir minyak ini.
"Jadi, kalau selisih harga antara produk jadi dengan bahan bakunya itu semakin kecil, artinya pengolahan minyak mentah untuk produksi BBM pun menjadi less attractive bagi pelaku ekonomi," kata dia dalam dalam webinar Indef - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (30/11).
Daniel menjelaskan, minimnya margin ini disebabkan oleh penurunan permintaan BBM sebesar 0,7 juta barel per hari pada kuartal II-2020 dibandingkan dengan level pada kuartal IV-2019.
Mengacu pada kondisi itu, stok BBM menjadi tinggi dan membuat sistem kilang menurunkan crude runs ke level 0,7 juta barel per hari dan menurunkan utilisasi sebesar 16 persen.
"Dengan rendahnya crack spread yang ada ini sangat mempengaruhi investor untuk berinvestasi membangun kilang karena tingkat margin yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya di mana crack spread masih tinggi," ungkap dia.
Fase Pemulihan Ekonomi
Daniel menambahkan, dalam fase pemulihan ekonomi dua tahun ke depan, pihaknya memperkirakan margin harga bahan baku dan produk jadi BBM masih tetap rendah. Sehingga ini akan menjadi tantangan berat bagi bisnis kilang.
Karena itu, pihaknya perlu mengupayakan optimasi margin dan jenis produk. Antara lain dengan mengendalikan tingkat produksi kilang untuk mitigasi kelebihan produk kilang, serta memilih menurunkan level inventory minyak mentah domestik dengan cara menyerap atau ekspor.
"Jadi, dengan rendahnya permintaan membuat harga produk lebih rendah, sehingga margin bisnis yang makin kecil ini bisa berdampak pada iklim investasi dalam pembangunan kilang-kilang di dunia," kata dia.
Reporter: Pipit Ika Ramdhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaBahlil menilai kenaikan tarif pajak hiburan ini bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaBerbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
Baca SelengkapnyaDiakui Jokowi, banyak investor yang memilih untuk menunggu untuk berinvestasi di Indonesia saat pemilu 2024 berlangsung.
Baca Selengkapnya