Terdampak Corona, Supervisor Ini Banting Setir Jual Nasi Uduk
Merdeka.com - Merebaknya virus corona sangat berdampak pada kehidupan masyarakat. Tak hanya kesehatan, penyebaran virus yang tak terbendung ini juga sangat memukul perekonomian. Salah satunya dirasakan ibu rumah tangga, Alyssa Maulita
Alyssa (29) yang mempunyai 2 anak ini harus mengubah tatanan kehidupannya menjadi lebih sederhana semenjak adanya corona. Dia yang dulunya bekerja di salah satu tempat gym dan memiliki jabatan sebagai supervisor di tempat kerjanya tersebut. Saat ini dia memutuskan untuk resign atau mengundurkan diri.
Walaupun pekerjaannya tersebut sudah dibilang mapan karena memiliki jabatan yang cukup tinggi, Alyssa juga mempunyai gaji yang cukup besar dan cukup untuk menafkahi keluarganya. Akan tetapi Alyssa tetap memilih untuk keluar dari pekerjaannya tersebut karena gaji yang didapat semenjak corona tidak menutupi kebutuhan untuk anak-anaknya dan keluarga.
Cerita berawal 2014 awal lalu, di mana Alyssa bekerja dan mengantongi gaji kisaran Rp6 juta per bulan. Namun, semenjak adanya Covid-19 tempat kerjanya di tutup dan terpaksa tidak beroperasi seperti biasa.
"Dulu pas awal kerja saya enak mba bisa nutupin semua kebutuhan keluarga terutama anak-anak saya" kata Alyssa.
Alyssa terus mengikuti peraturan yang diterapkan pemerintah yaitu WFH atau work from home, dan mendapatkan gaji hanya 1 juta per bulannya. Dia sempat mencoba bertahan hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya tersebut.
Dia kini hidup dengan keluarga kecilnya yang bertempat tinggal di Jombang, Tangerang Selatan akhirnya memilih untuk membuka lapak nasi uduk di tengah pandemi seperti ini. Alyssa membuka lapak nasi uduk yang hanya bermodalkan Rp400.000 saja.
Dia tak habis akal agar dagangannya tetap laku dan bisa terkenal di mana-mana. Alyssa memberi nama untuk lapaknya itu dengan sebutan 'Nasi Uduk Mpok Lyssa'. Dia juga mengaku akan mengembangkan usahanya tersebut melalui aplikasi gojek/grab.
"Alhamdulillah, modal Rp400.000 sekarang bisa balik, bisa nutupin kebutuhan anak-anak juga, di bandingkan kerja WFH yang gajinya cuma Rp1 juta sebulan”
Pesaing yang banyak dan adanya PPKM seperti sekarang tak membuat perempuan yang satu ini putus asa, dia tetap berdagang meski kadang harus terima nasib karena dagangan yang sepi akibat dampak tersebut.
Alyssa tidak kenal lelah, hujan, angin, panas dia lalui demi keluarganya. Kritik dan masukan untuk dagangannya yang dilontarkan dari mulut tetangga, kerabat, keluarga semuanya dia dengarkan, untung dan rugi sudah dia rasakan.
"Ya namanya orang dagang mba, mau gimana lagi kan pasti ada naik turunnya. Komentar dari mulut pembeli saya terima aja," kata Alyssa. Kini Alyssa bertahan dari gempuran Corona dengan berdagang nasi uduk.
Reporter Magang: Mutiara Syafira
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita bermula ketiga Ega lulus sekolah. Dia memutuskan untuk bekerja di ritel di salah satu Mal di Bekasi selama 1,5 tahun.
Baca SelengkapnyaDia memilih usaha bisnis penggergajian kayu di Majenang, Jawa Tengah bersama dengan salah satu rekannya.
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ayahnya pernah menjual donat saat kecil jadi modal Ega mantap berwirausaha.
Baca SelengkapnyaAnnisa resign dan memulai bisnisnya di bidang makanan.
Baca SelengkapnyaCerita eks karyawan BUMN bangun bisnis keripik kentang rumahan.
Baca SelengkapnyaAksinya pun banjir sorotan hingga gelak tawa dari warganet.
Baca SelengkapnyaBukannya istirahat, selepas dinas ia masih harus mengurus usaha sampingan berjualan es tersebut di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaJika melihat latar belakang keluarga, Untung bukan berasal keluarga pengusaha. Ayahnya seorang sopir taksi, dan ibu guru honorer.
Baca Selengkapnya