Berdasar Fosil dan Penggalian, 10 Penyakit Ini Ternyata Juga Dialami Dinosaurus
Penyakit yang diialami oleh manusia di masa kini ternyata juga dialami oleh dinosaurus pada masa lampau.
Penyakit yang diialami oleh manusia di masa kini ternyata juga dialami oleh dinosaurus pada masa lampau.
Salah satu hewan yang masih menjadi misteri karena hanya kita ketahui melalui fosilnya adalah dinosaurus. Hewan ini hidup pada rentang waktu yang berbeda dari manusia sehingga bukti yang ada hanya fosilnya saja.
Namun, penemuan dan penggalian fosil pada sejumlah dinosaurus ini menemukan bahwa sejumlah penyakit juga memengaruhi kehidupan mereka. Penyakit-penyakit ini melanda populasi dinosaurus dan bahkan membunuh sejumlah besar dari mereka. Sejumlah penyakit yang ada ini, tidak hanya memengaruhi dinosaurus saja, namun juga hewan-hewan lain yang hidup sezaman dengan mereka.
Banyak dari penyakit-penyakit ini masih ada hingga saat ini dan beberapa bahkan memengaruhi manusia. Dilansir dari Listverse, berikut sejumlah penyakit yang memengaruhi kehidupan dinosaurus.
Tak hanya manusia, dinosaurus memiliki masalah ketombe juga. Dinosaurus tertua yang diketahui menderita ketombe adalah microraptor, dinosaurus pemakan daging kecil yang berukuran seperti gagak modern, berusia 125 juta tahun.
Para ilmuwan juga menemukan bukti ketombe pada dua dinosaurus lainnya, yaitu beipiaosaurus dan sinornithosaurus, yang keduanya sekitar dua kali lebih besar dari microraptor.
Para peneliti menemukan bukti ketombe secara kebetulan ketika mereka mempelajari cara dinosaurus mengganti bulu mereka. Mereka menemukan bahwa beberapa bagian bulu fosil mengandung corneocytes. Ini adalah hal besar karena corneocytes juga terbentuk saat ketombe muncul pada kulit manusia.
Dinosaurus juga ternyata memiliki penyakit kanker. Ini terungkap melalui sebuah studi yang dipimpin oleh Bruce Rothschild dari Northeastern Ohio Universities College of Medicine di Rootstown, Ohio. Rothschild dan timnya menemukan bahwa 29 dari 97 tulang hadrosaur yang diuji mengandung tumor ganas. yang mirip dengan tumor yang ditemukan pada pasien kanker manusia.
Malaria telah membunuh makhluk hidup sejak zaman dinosaurus. Beberapa peneliti, seperti George Poinar Jr., seorang entomolog (ilmuwan yang mempelajari serangga) dari Oregon State University, bahkan berpendapat bahwa malaria versi kuno ini bisa membunuh dinosaurus. Versi malaria ini diduga ditularkan oleh serangga terbang yang mungkin bukan nyamuk.
Meskipun tidak ada bukti konkret bahwa dinosaurus menderita katarak, teori ini diajukan oleh L.R. Croft dalam bukunya, "The Last Dinosaurs." Croft mengklaim bahwa dinosaurus mulai menderita katarak ketika panas berlebihan dan radiasi ultraviolet berbahaya dari Matahari menyebabkan pemanasan global. Radiasi berbahaya ini juga menyebabkan dinosaurus mengalami katarak, yang kemudian menyebabkan kebutaan. Begitu banyak dinosaurus menjadi buta sehingga akhirnya punah setelah tidak mampu mencari makan.
Osteoartritis adalah jenis arthritis paling umum yang memengaruhi manusia saat ini. Hal ini terjadi ketika kartilago yang licin di ujung tulang aus, menyebabkan sendi tulang bersentuhan langsung satu sama lain. Hal ini menyebabkan gesekan di antara ujung-ujung tulang, yang akhirnya membuatnya aus. Rasa sakit muncul pada tahap ini.
Pada tahun 1997, para peneliti menggali sisa-sisa Lufengosaurus huenei yang hidup 170–200 juta tahun yang lalu. Mereka melihat bahwa tulang rusuk dinosaurus ini agak tidak normal, beberapa bagian hilang, menunjukkan bahwa dinosaurus itu telah menderita cedera sebelum kematiannya.
Hadrosaur, dinosaurus herbivora bertubuh besar, tampaknya adalah makhluk yang menderita beragam penyakit. Selain kanker, mereka juga menderita artritis septik, kondisi yang dapat menyebabkan nyeri pada sendi mereka.
Dinosaurus menderita berbagai cacing parasit, termasuk cacing pita dan trematoda. Peneliti tidak tahu seberapa panjang cacing pita ini, tetapi mereka berpikir bahwa cacing ini bisa mencapai 30 meter, yang sebenarnya kecil jika dibandingkan dengan dinosaurus.
Labidosaurus hamatus (dikenal sebagai kadal berbibir) adalah makhluk punah yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya. Itu adalah reptil sepanjang 1 meter yang hidup sekitar saat dinosaurus berkeliaran di Bumi.
Pneumonia dan tuberkulosis bahkan sudah ada sebelum masa dinosaurus. Bukti awal dari penyakit paru-paru ini ditemukan pada Proneusticosasiacus, reptil laut yang hidup lebih dari 245 juta tahun yang lalu. Peneliti menemukan bahwa beberapa rusuknya tidak normal. Penyakit ini hingga kini masih ada dan mengancam kehidupan manusia.
Mengapa burung tidak ada yang bergigi meski merupakan keturunan dinosaurus? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca SelengkapnyaDinosaurus, misteri masa lalu yang memukau, kini diteliti oleh ahli paleontologi
Baca SelengkapnyaPenelitian ini mengungkap karena letusan gunung berapi, Dinosaurus menjadi kecil.
Baca SelengkapnyaSpesies vbaru ini berasal dari jenis sauropoda, dinosaurus berleher panjang dan berbadan lebar.
Baca SelengkapnyaBadak dengan kemiripannya yang mencolok dengan dinosaurus, terutama Triceratops ini telah menarik perhatian para ahli dan penggemar paleontologi. Simak disini!
Baca SelengkapnyaMengapa Fosil Dinosaurus Tidak Pernah Ditemukan di Indonesia? Alasannya Ternyata Klasik
Baca SelengkapnyaUsia manusia dan mamalia ternyata diperkirakan lebih panjang di masa lalu dan jadi memendek karena dominasi dinosaurus.
Baca SelengkapnyaSpesies baru dari dinosaurus yang berukuran kerdil baru-ini telah diidentifikasi berada di Maroko. Yuk, cek faktanya!
Baca SelengkapnyaTahun 2023 mencatat sukses para ahli paleontologi dalam menggugah kembali kehidupan prasejarah.
Baca Selengkapnya