Sedang Melakukan Penelitian, Ilmuwan tak Menyangka Menemukan Ladang Lithium yang tak Akan Habis
Saat sedang meneliti dasar danau raksasa, para ilmuwan dikejutkan temukan ladang lithium besar.
baterai ion litiumSedang Melakukan Penelitian, Ilmuwan tak Menyangka Menemukan Ladang Lithium yang tak Akan Habis
Saat sedang meneliti dasar danau raksasa, para ilmuwan dikejutkan temukan ladang lithium besar.
Para ilmuwan telah menemukan ladang “emas putih” dengan nilai sekitar Rp 8,7 ribu triliun di dasar sebuah danau raksasa di California Selatan, Amerika Serikar (AS), seperti dikutip dari Indy100 dan UNILAD, Senin (13/5).
Penemuan tersebut terjadi pada tahun 2023 dalam sebuah penelitian terhadap Laut Salton, danau terbesar di negara bagian California.
Penelitian yang didanai oleh Departemen Energi AS tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah litium atau “emas putih”, yang dinamakan karena warnanya yang seperti pasir putih, di dasar Laut Salton.
Sebelumnya, para ilmuwan telah mengetahui bahwa terdapat 4 juta ton litium di dalam Laut Salton. Dengan penelitian terbaru ini, terungkap bahwa ternyata terdapat litium yang lebih banyak, yaitu 18 juta ton litium di dasar danau raksasa ini.
- Sains Jelaskan Mengapa Manusia Begitu Percaya Adanya Hantu
- Ilmuwan Dibuat Bingung Ada Baterai Bell Masih Berfungsi Sejak Tahun 1840, Bahan Pembuatannya Masih Misterius
- Salah Satu Danau Terbesar di AS ini Pernah Menghilang, Muncul, lalu Lenyap Lagi
- Ilmuwan sebut Medan Magnet Bumi akan Terbalik, Apa Dampaknya?
- Gudang Peluru Yon Armed Kebakaran, Petugas Belum Bisa Mendekat karena Masih Banyak Ledakan
- Ini Sejumah Konsep dan Tantangan Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran
Dengan 18 juta ton litium tersebut, dapat dibuat lebih dari 382 juta baterai untuk kendaraan listrik. Penemuan litium dalam angka yang sangat besar ini juga menjadikan Laut Salton sebagai reservoir litium terbesar di dunia.
Pada tahun lalu, 1 ton litium memiliki nilai sekitar 29.000 dolar AS atau Rp465 juta. Dengan demikian, 18 juta ton litium akan bernilai sekitar 540 miliar dolar AS atau sekitar Rp8,7 ribu triliun.
“Ini adalah salah satu endapan air garam litium terbesar di dunia,” ujar Michael McKibben, profesor geokimia dari Universitas California, Riverside, yang merupakan salah satu anggota dari tim peneliti. “Hal ini dapat membuat Amerika Serikat benar-benar swasembada litium dan dapat berhenti mengimpor litium melalui Tiongkok.”
Jurnalis yang fokus pada isu iklim, Sammy Roth, mengatakan kepada radio KJZZ bahwa litium yang ditemukan tersebut cukup untuk memasok baterai kepada “lebih banyak kendaraan daripada jumlah kendaraan yang ada di jalan raya di Amerika Serikat pada hari ini.”
Di balik potensi besar yang menggiurkan, penambangan litium dari danau ini mempunyai beberapa risiko buruk yang bisa timbul.
Untuk dapat mengambil litium, diperlukan usaha yang besar dan tidak mudah. Penambangan, menurut SFGATE, akan memerlukan “sumur produksi panas bumi untuk mengekstrak air garam yang kaya akan litium dari ribuan kaki (ratusan meter) di bawah permukaan bumi dan ketika litium dilarutkan dari air garam, cairan itu dipompa kembali ke bawah tanah.”
Laut Salton dialiri air irigasi dari Sungai Colorado, sumber air utama di wilayah tersebut. Salah satu dampak utama dari pengeboran litium adalah jumlah besar dari air yang dibutuhkan dari sungai untuk menjalankan proses tersebut.
Dampak lain yang mungkin dirasakan oleh 180.000 penduduk yang tinggal di daerah sekitar tempat pengeboran adalah kualitas udara yang buruk serta terancamnya situs-situs budaya penduduk asli Amerika.