Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Pasokan beras tersebut diklaim mencukupi untuk penyaluran program bantuan sosial (bansos) pangan pemerintah Jokowi.
Pasokan beras tersebut diklaim mencukupi untuk penyaluran program bantuan sosial (bansos) pangan pemerintah Jokowi.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCPP) Perum Bulog, Mokhamad Suyamto menjamin pasokan beras aman hingga Lebaran Idul Fitri 2024. Saat ini, pasokan beras di gudang Bulog mencapai 1,2 juta ton.
Bahkan, pasokan beras tersebut diklaim mencukupi untuk penyaluran program bantuan sosial (bansos) pangan pemerintah Jokowi.
"Masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu panik, stok yang ada di gudang Bulog cukup untuk kegiatan stabilisasi maupun bantuan pangan," kata Suyamto dalam keterangannya dikutip Jumat (29/3).
Apalagi, sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya. Suyamto optimis harga beras akan mengalami penurunan menjelang Idul Fitri 2024.
"Sekarang sudah mulai panen, jadi saya yakin harga beras akan semakin turun dan terjangkau oleh masyarakat." tegasnya.
Suyamto mengungkapkan kenaikan harga beras pada Januari - Februari 3024 disebabkan oleh turunnya faktor produksi. Dia menyebut, kenaikan harga beras di awal tahun sendiri bersifat musiman.
"Kemarin-kemarin memang di bulan Februari (2024) itu harga sempat tinggi, karena memang siklus tahunan Januari-Februari itu minus," bebernya
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan harga beras diprediksi akan tetap bertahan dan diperkirakan tidak turun kembali ke harga seperti semula.
"Bayangannya adalah harga beras mungkin akan bertahan, tidak sampai serendah seperti yang diperkirakan semula," ujar Bos Bulog Bayu melansir Antara di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Bayu menyebutkan bertahannya harga beras dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti biaya produksi petani yang terdiri atas ongkos tenaga kerja, sewa lahan, harga pupuk dan benih.
Lebih lanjut, dengan naiknya biaya produksi petani maka harga gabah yang dijual pun akan ikut berubah. Dengan demikian, harga beras tidak akan serendah seperti sebelumnya.
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaKebutuhan beras hingga Juni sudah terpenuhi. Untuk enam bulan ke depan menurut Bayu stok sudah aman.
Baca SelengkapnyaPemicu masih mahalnya harga beras disebabkan oleh pola konsumsi beras dan masa tanam hingga panen.
Baca SelengkapnyaUntuk stok cadangan beras pemerintah (CBP), saat ini Bulog sudah menguasai sekitar 1,4 juta ton.
Baca SelengkapnyaBapanas memperkirakan, pada panen raya kali ini produksi beras nasional akan cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga beras terlihat dari menurunnya harga gabah kering panen di tingkat produsen.
Baca SelengkapnyaHarga beras di tingkat penggilingan mengalami penurunan, dari awal bulan puasa seharga Rp12.500 per kilogram hingga kini menjadi Rp10.500 per kilogram.
Baca SelengkapnyaGanjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca Selengkapnya