Arkeolog Temukan Bangunan Romawi Berusia 2.000 Tahun Tak Hancur Dihantam Letusan Gunung, Ternyata Ini Rahasianya
Arkeolog mengungkap teknik konstruksi orang Romawi kuno.
Arkeolog mengungkap teknik konstruksi orang Romawi kuno.
Para arkeolog menemukan situs bangunan Romawi Kuno berusia 2.000 tahun. Melalui temuan ini, arkeolog mengungkap teknik konstruksi orang Romawi pada masa itu.
Bangunan ini ditemukan di Taman Arkeologi Pompeii, Italia, dengan kondisi sempurna atau tak hancur dihantam letusan dahsyat Gunung Vesuvius. Gunung ini meletus pada tahun 79 membuat seluruh kota terbakar, menewaskan 2.000 orang di kota Pompeii dan 16.000 orang lainnya di daerah sekitarnya. Ketika bencana dahsyat ini terjadi, abu dan reruntuhan menyelimuti kota dan sekitarnya.
Dikutip dari laman Indy100, bangunan yang ditemukan tersebut tampak dalam kondisi sempurna dengan peralatan kerja, tumpukan ubin, batu bata tufa (sejenis batu yang terbuat dari abu vulkanik), dan tumpukan kapur.
Ini memberikan para peneliti gagasan tentang teknik konstruksi yang digunakan orang Romawi Kuno dalam membangun rumah atau gedung yang masih berdiri hingga hari ini.
"Penggalian di Wilayah IX, insula 10, yang direncanakan selama tahun-tahun Proyek Besar Pompeii, seperti diharapkan, membuahkan hasil penting untuk memperluas pengetahuan kita tentang kota kuno tersebut," jelas Direktur Jenderal Museum, Massimo Osanna.
“Sebuah situs penelitian interdisipliner, lahir dari penggalian sebelumnya di Wilayah V, dari kebutuhan untuk mengkonsolidasikan batas-batas penggalian, yaitu dinding material letusan yang ditinggalkan oleh penggalian abad ke-19 dan ke-20 yang membayangi area yang digali."
Bangunan ini ditemukan di dalam sebuah rumah yang dijadikan toko kue dengan tungku besar, dilengkapi karya seni bergambar roti dan segelas anggur.
Arkeolog menduga bangunan ini aktif digunakan sampai erupsi Gunung Vesuvius terjadi karena ditemukan tiga jasad korban; dua perempuan dan seorang anak laki-laki di dekat tungku.
Para arkeolog juga menemukan tumpukan material bangunan, menandakan ketika bencana terjadi sedang berlangsung pembangunan di situs tersebut. Ditemukan wadah tanah liat (amphorae), diduga digunakan untuk mencampur plester pada dinding.
Pemberat timah – plumb bobs – untuk memastikan dinding vertikal sempurna ('plumb') pada cangkul besi yang digunakan untuk menyiapkan adukan semen dan kapur adalah beberapa alat konstruksi yang ditemukan oleh para arkeolog.
Bahan-bahan yang ditemukan dalam penggalian ini juga menegaskan kembali metode pencampuran beton Romawi yang baru ditemukan oleh para ahli tahun lalu.
Menurut para arkeolog, orang Romawi mencampur pasir kering (pozzolana) dan kapur kering dengan air panas dengan suhu tinggi untuk menghasilkan beton yang tahan lama dan mengeras dengan cepat.
“Ini adalah contoh lain bagaimana kota kecil Pompeii membuat kita memahami banyak hal tentang Kekaisaran Romawi yang agung, tidak terkecuali penggunaan semen,” kata Direktur Taman Arkeologi Pompeii Gabriel Zuchtriegel.
“Data yang muncul sepertinya menunjuk pada penggunaan kapur tohor pada tahap konstruksi dinding, sebuah praktik yang telah dihipotesiskan di masa lalu dan mampu mempercepat waktu konstruksi baru, serta renovasi bangunan yang rusak, misalnya. misalnya karena gempa bumi."
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
Baca SelengkapnyaPeran bocah ini tidak banyak diketahui sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPangkalan ini ditemukan di jalur perdagangan penting zaman kuno.
Baca SelengkapnyaArtefak-artefak ini berasal dari berbagai zaman, mulai dari Neolitikum sampai era Perang Dunia II.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Villa Mewah Romawi Kuno dari Zaman Perunggu, di Dalamnya Ada Koin dan Perhiasan
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Bukti Tempat Wisata Turki Dulunya Makam Orang Penting Zaman Romawi
Baca SelengkapnyaPenemuan ini dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas Tokyo, Jepang.
Baca SelengkapnyaRumah ini disinggahi tentara Mesir kuno saat melakukan operasi militer ke Mediterania.
Baca SelengkapnyaKorban tumbal ini bertujuan untuk menemani tuannya di alam baka.
Baca Selengkapnya