Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dokter Amerika Jadi Selebtwit di Indonesia karena Bahas Kasus Covid yang Melonjak

Dokter Amerika Jadi Selebtwit di Indonesia karena Bahas Kasus Covid yang Melonjak Akun Twitter Dr Faheem Younus. ©Screengrab Twitter

Merdeka.com - Orang Indonesia telah menemukan sebuah otoritas baru sebagai rujukan soal Covid-19, seorang dokter di Amerika Serikat yang tinggal 16.000 kilometer jauhnya.

Dr Faheem Younus, kepala penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, telah menjadi seorang selebtwit atau selebritis Twitter, setelah menggunakan akunnya untuk berbagi saran berkaitan dengan virus corona dan tindakan terbaik untuk mengendalikan penyebaran virus tersebut dalam Bahasa Indonesia.

Dia juga mematahkan mitos-mitos seputar Covid-19 seperti klaim minyak kayu putih atau susu kaleng Bear Brand bisa mengobati penyakit tersebut.

Sejumlah kicauannya viral dalam beberapa pekan terakhir, memperkuat statusnya sebagai idola di dunia maya khususnya di Indonesia. Saat ini pengikutnya sebanyak 360.000 di Twitter.

“Dr Faheem Younus sekarang seorang dokter selebtwit di Indonesia. Terima kasih telah peduli, Dr Faheem. Anda adalah ahli dari luar Indonesia yang kami butuhkan saat ini. Tuhan memberkati Anda,” tulis putri mantan Presiden Abdurahman Wahid, Alissa Wahid, di Twitter pada Minggu, dilansir South China Morning Post, Rabu (7/7).

Beban kasus dan angka kematian di Indonesia secara konsisten terus naik sejak 24 Juni. Pada Selasa (6/7), Indonesia melaporkan 31.189 kasus infeksi baru dan 728 kematian.

Kepada This Week in Asia, Faheem mengatakan dia berkicau dalam Bahasa Indonesia merupakan cara terbaik menyampaikan pesan-pesannya agar mudah dipahami saat kasus Covid terus melonjak.

“Saya mengakui kurang dari 25 persen orang Indonesia berbahasa Inggris,” ujarnya melalui surel.

“Mengetahui cepatnya virus akan menyebar di negara paling padat keempat di dunia ini, saya harus melewati batas-batas dan menjangkau orang-orang biasa,” lanjutnya.

Dokter peraih penghargaan yang juga bisa berbahasa Urdu ini menggunakan Google Translate untuk tweet pertamanya dalam bahasa Indonesia pada 2 Juli.

“Saya tahu itu tidak sempurna. Tapi saya tidak akan membiarkan kesempurnaan menjadi musuh baik dalam situasi kritis ini. Sekarang banyak orang-orang Indonesia yang baik hati menawarkan diri untuk menerjemahkan tweet-tweet saya,” jelasnya.

Namun belakangan, pengikutnya yang dari Indonesia memperhatikan kemampuannya dalam menggunakan Bahasa Indonesia meningkat.

Beberapa mitos Covid yang dibantah Yunus seperti penggunaan disinfektan untuk membersihkan permukaan gagang pintu dan ponsel, termasuk mengonsumsi obat herbal seperti jahe dan serai. Dia juga menyinggung soal susu Bear Brand yang banyak diburu belakangan ini, mengatakan “susu ini, atau vitamin, atau ivermectin tidak punya peran dalam pengobatan Covid-19”.

Faheem juga mentweet perihal susu dan obat Covid ini setelah mempelajari jenis-jenis misinformasi yang beredar di tengah masyarakat Indonesia.

Dia juga pernah membuat serangkaian tweet dalam bahasa Spanyol dan Urdu saat kasus Covid melonjak di Amerika Selatan dan Pakistan.

“Selama pandemi ini, saya telah berusaha mengikuti virus tersebut. Seperti polisi ketika memburu orang jahat, saya berusaha membantu negara-negara yang sedang mengalami krisis Covid-19,” jelasnya.

Mudah dipahami

Pakar kesehatan masyarakat dari Asosiasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Hermawan Saputra mengatakan dirinya mengapresiasi upaya tenaga kesehatan asing seperti Faheem untuk membantu menekan kurva pandemi di Indonesia, khususnya jika saran-saran tersebut disertai data ilmiah dan medis.

“Tapi kita juga harus mendengar para ahli yang dekat dengan kita karena situasinya berbeda (negara yang satu dengan negara lainnya,” jelasnya.

“Negara yang berbeda punya sumber daya dan kebijakan yang berbeda, seperti penggunaan obat-obatan tertentu.”

Popularitas Faheem di tengah para pengguna Twitter Indonesia juga memunculkan pertanyaan apakah pengguna internet di Indonesia lebih mendengar dokter negara lain daripada dokter lokal yang memberikan saran yang sama.

Muncul sejumlah respons yang beragam setelah sejarawan Bonnie Triyana mengangkat hal ini di Twitter, tapi lebih banyak menyatakan tweet-tweet Faheem lebih mudah dipahami dan dia juga tidak berkaitan dengan politisi Indonesia.

Faheem Younus mengatakan Indonesia harus mengubah cara penanganan terhadap disinformasi dan mempercepat program vaksinasi untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.

“Indonesia punya alasan yang sama seperti hampir setiap negara di mana virus menghancurkan secara massal. Penyangkalan, berpuas diri, disinformasi, dan program vaksinasi yang lemah,” jelasnya.

“Yang harus segera dilakukan pemerintah adalah mengambil alih komunikasi. Mereka harus secara agresif memberantas disinformasi dan mengedukasi massa. Mereka harus membuat bangsa menyadari ancaman nyata virus. Sayangnya, karena mereka tidak melakukannya, virus yang melakukannya.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Viral Ancam Petugas Medis Puskesmas Leuwisadeng, Pria Ini Tertunduk Lesu di Kantor Polisi
Viral Ancam Petugas Medis Puskesmas Leuwisadeng, Pria Ini Tertunduk Lesu di Kantor Polisi

Hari alias Jepang tertunduk lesu saat dihadirkan di Polres Bogor, Senin (28/4). Padahal sebelumnya dia viral mengancam petugas medis Puskesmas Leuwisadeng.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dosen UGM yang Viral karena Tetap Mengajar dalam Kondisi Sakit Kini Meninggal Dunia, Warganet Ikut Berduka
Dosen UGM yang Viral karena Tetap Mengajar dalam Kondisi Sakit Kini Meninggal Dunia, Warganet Ikut Berduka

Pada kelas terakhirnya itu, rupanya Pak Edi juga menyiapkan surat kecil untuk para mahasiswanya.

Baca Selengkapnya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.

Baca Selengkapnya
Selamat! Tiga Perwira TNI AD Raih Gelar Doktor dan Cumlaude di UGM, Ini Sosoknya
Selamat! Tiga Perwira TNI AD Raih Gelar Doktor dan Cumlaude di UGM, Ini Sosoknya

Tiga perwira TNI AD bergelar doktor dan cumlaude itu ialah Mayjen TNI Heri Wiranto, Kolonel Inf Dwi Tjahjo Harsono dan Letnan Kolonel Arh Syarief Syah Banjar.

Baca Selengkapnya
Mengenal Abdul Rivai, Dokter Sekaligus Wartawan Perintis Surat Kabar Bahasa Melayu
Mengenal Abdul Rivai, Dokter Sekaligus Wartawan Perintis Surat Kabar Bahasa Melayu

Namanya hingga kini tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor di Universitas Gent, Belgia.

Baca Selengkapnya
Letjen TNI Eks Wamenhan Lulus S3 Raih Summa Cumlaude di Usia 71 Tahun, Kini Bergelar Doktor
Letjen TNI Eks Wamenhan Lulus S3 Raih Summa Cumlaude di Usia 71 Tahun, Kini Bergelar Doktor

Ternyata usia kepala 7 tak menghalangi pria kelahiran 30 Oktober 1952 ini untuk terus menambah ilmu.

Baca Selengkapnya
Cerita di Balik Unggahan Viral Bayi Usia 2 Hari di Klaten Meninggal Usai Dipijit Neneknya
Cerita di Balik Unggahan Viral Bayi Usia 2 Hari di Klaten Meninggal Usai Dipijit Neneknya

Peristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.

Baca Selengkapnya